ZAT PADAT || Babi teriak babi

2.7K 305 8
                                    

"Jujur sekarang?! Lo habis di keroyok apa gimana sebenarnya?" Tanya Ona tidak sabaran, menatap Niel intens.

Niel menghembuskan nafas menjatuhkan kepala pada sandara sofa, kepalanya telah di obato tadi oleh Mars. Mendapati darah di tangan Mars, mereka panik sampai-sampai Rahel— pacar Mars yang sedang menyambut pengunjung menghampiri mereka karena pekikan Ona. Mereka mencuci tangan Mars tetapi tidak menemukan apapun, namun suara ringisan Niel berhasil menjadi jawaban atas darah yang berada di tangan Mars.

"Gue udah bilang tadi jatuh di jalan waktu ke restauran." Ucap Niel bersabar, "Mau tidur jangan bacot terus. Pusing gue dengernya,"

Atha mencubit lengan Niel pelan, "Lagian lo kalau sakit bilang monyet! Itu lo biarin lukanya bisa iritasi." Omel Atha tanpa merasa curiga lagi.

"Coba buka jaket dulu," Perintah Mars kepada Niel.

Bola mata Niel melotot tidak percaya, "Mau mesum lo? Jangan sama gue anjir! Gue masih lurus." Niel menggelengkan kepala tidak setuju.

"Bukan! Gue mau ngecek ini luka lo cuma kepala doang atau ada lainnya." Mars menarik kerah jaket Niel, tidak seperti biasanya ketika Niel atau yang lainnya berkata sembrono, Mars pasti akan menyahuti, namun tidak untuk sekarang Niel tahu Abangnya itu tengah serius saat ini, begitupun Atha dan Ona kedua orang itu juga memikirkan hal yang sama seperti pikiran Niel.

Perlahan Niel menjauhkan tangan Mars dari kerah jaketnya. "Udah, enggak ada kok cuma ini doang."

"Buka sendiri atau gue buka paksa?" Pertanyaan tajam Mars yang seperti pernyataan itu mengundang gidikan ngeri Atha begitupun Ona, mereka saling bersitatap sebelum memilih diam.

Pada akhirnya Niel membuka jaket hati-hati, bagaimanapun dia tidak bisa berbohong saat ini bukan hanya kepalanya yang sakit tapi tangan juga kakinya sama. Setelah jaketnya terbuka Niel bisa melihat wajah Mars berubah kesal.

"Jatuhnya kearah mana?"

"Kiri."

"Gue udah curiga dari tadi pas kepala lo berdarah, lo itu enggak bodoh kan Niel sampai enggak bisa bedain mana memar karena jatuh dari motor atau ketimpa beban. Lengan lo ini memar bukan karena jatuh kan? lo gak usah ngelak lagi, kalau pun gara-gara ketimpa motor enggak mungkin tangan kanan lo yang memar apalagi lo bilang jatuhnya ke kiri." Mars menghela nafas, "Terus helm semahal ini enggak masuk akal bisa lepas karena jatuh doang, kemungkinannya lo lepas sendiri dan satu lagi kaki lo. Dipikir gue enggak liat kaki lo juga luka." Tangan Mars menarik celana panjang Niel membuat si pemilik celana mengaduh kesakitan.

Ona melotot tidak mampu berkata-kata atas penjelasan Mars sedangkan Atha mendecih. "Jelasin sekarang! Enggak perlu sembunyiin apapun lagi!"

Bibir Niel mengerucut, "Iya deh iya... Jadi jalanan tadi tuh lenggang banget, sepi dan gue naik motornya juga dalam keadaan pelan, nah 5 sampai 7 meter dari restauran gue masih bingung nyari restaurannya, terus di depan gue ada cewek mau nyebrang, awalnya sih b aja tapi dari arah berlawanan gue liat mobil lajunya kenceng banget gila..." Niel menatap ketiga Kakaknya yang masih setia mendengarkan. "... menurut gue sih udah di rencanain gitu mau nabrak si cewek apalagi yang nyebrang cuma dia. Ya karena gue orang baik gue nepi dan selamatan cewek itu sampai kaya gini."

"Terus cewek tadi keadaannya gimana?" Tanya Ona penasaran.

Niel menoleh ke atas seperti memikirkan sesuatu, kemudian kembali memusatkan perhatian pada Ona. "Baik sih gue liat enggak ada lecet."

"Terus yang parah elo? Goblok banget! Untung lo bisa narik, kalau lo dorong terus elo yang ketabrak gimana? Enggak mikirin diri sendiri." Decakan Atha terdengar seiring dengan tangannya yang terlipat di depan dada.

"Lah... gue harus gimana? Masak iya gue lihat orang mau ketabrak di depan mata? guenya malah diam doang, nonton sambil nyemil popcorn, gitu?!" Sahut Niel melotot pada Atha. "Lagian cewek itu temen sekelas gue, enggak mungkin gue diem doang."

"Temen sekelas?"

"He'em... gue aja baru ngeh waktu mau narik dia."

Pintu utama tiba-tiba terbuka setelah Niel berucap menampilkan Bagas dengan raut andalannya, datar. Namun raut-nya berubah saat mendapati semua adiknya berkumpul di sofa depan TV. "Tumben siang-siang udah ngumpul. Biasanya cuma si bungsu yang keliatan nelangsa  di karpet." Ujar Bagas mendekati mereka. Mendapati ke-empat adiknya diam seperti batu Bagas mengernyit heran.

"Kalian lagi— astaga! Itu kepala kenapa dek? Di gigit Atha?"

Atha mendongak menatap Bagas jengah, "Nuduh kok sembarangan!"

Tidak perduli terhadap Atha, Bagas memilih nyempil di tengah-tengah Mars dan Niel mengundang decakan malas Mars.

"Orang tua kerjaannya nyempil melulu heran." Gumam Mars sedikit berpindah agar tidak berdempet-dempetan.

Bagas menekan kepala Niel, menyebabkan pekikan Niel kembali terdengar. "Bang lo emang... shh mata lo enggak buta kan? Ini tuh sakit!" Sewot Niel penuh kesakitan.

Bukannya meminta maaf Bagas malah menoyor kepala Niel. "Lo yang gila, kepala sendiri di biarin berdarah kaya gini, hebar banget lo!" Kata Bagas.

"Bang anjir kita aja ngeri liatnya lo malah neken sama noyor pala Niel. Perih gue Bang," Ona meringis mendapati Niel kembali mengaduh karena tindakan Bagas.

"Lagian kalian bertiga itu dimana? Bisa-bisanya si Avniel luka kaya gini?" Bagas menatap ketiganya bergantian datar.

"Tadi jatuh dari motor, udah gitu aja." Bukan Ona, Atha ataupun Mars yang menyahut melainkan Niel. Anak itu bangkit. "Mau tidur, bye." Dia berjalan pergi dari hadapan para Abang dan Kakaknya menuju kamar, pusing mendengar ocehan mereka.

Sebelum Niel sampai anak tangga Ona sudah mengejar adiknya, "Gue ikut. Enggak ada penolakan," Niel hanya mengangkat bahu acuh membiarkan Ona melakukan apa yang dia inginkan.

"Gimana?" Setelah kepergian Ona dan Niel, atensi Bagas kembali pada kedua adiknya yang lain.

Atha menggaruk keningnya, "Tadi kan udah Niel bilang jatuh dari motor."

"Bener?"

Anggukan Atha menjadi jawabannya. "Bener, ya-kan Mars?" Dia menyikut lengan Mars di balas anggukan juga oleh Mars.

Bagas menghela nafas, "Kalau gitu gue ke kamar dulu." Ucapnya lantas berlalu ke kamarnya.

Atha menyandarkan punggung sembari menghembuskan nafas. "Padahal tadi gue pengen nambah makanan lagi," Atha mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Gila emang itu otak! Adek lo udah kaya gitu masih aja mikirin makanan. Dasar babi!"

"Babi teriak babi lo bangsul!"

to be continue...
——

Udah enggak ada yang waras emang :))

Gold, 24 Juli 2020

ZAT PADATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang