ZAT PADAT || Like father like son

2.6K 303 5
                                    

Kini Niel telah duduk diam pada karpet bulu depan TV sembari memakan chitato barbeque kesukaannya, setelah sempat terjadi pertikaian antara Niel dan Mars. Anak itu sudah merasa lebih baik sekarang berkat obat dari Mars yang kembali turun setelah abangnya itu berlari memasuki kamar.

"Loh... gue kira lo di kamar Niel." Ucap Bagas tiba-tiba datang dari arah pintu. Masih lengkap menggunakan jas kerjanya.

Niel mengangkat bahu acuh, "Bosen mending nonton TV disini."

"Kaya dikamar lo kaga ada TV-nya ae." Gumam Bagas menggelengkan kepala melihat kelakuan adik bungsunya, "Udah makan belom?"

"Udah... tadi makan bakso yang Bang Mars janjiin." Jawab Niel fokus terhadap tontonannya. "Lo sana ah! Jangan ngerecokin gue." Usir Niel begitu Bagas mendudukan diri pada sofa, merasa terganggu. Bagas mungkin kalem tapi jiwa jahil seorang Kakak tidak bisa dihindari bagi orang kalem sekalipun. Jadi, Niel saat ini sedang barjaga-jaga saja tidak ingin terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.

"Capek gue." Kata Bagas merebahkan kepalanya pada sofa.

Niel tidak memberikan jawaban hanya menghela nafas lega karena Bagas mungkin memang tengah lelah saat ini dan tidak bisa menjahili dirinya, Niel memutuskan kembali fokus pada siaran TV tanpa perduli akan Bagas yang teronggok di sofa.

Namun, ternyata dugaan Niel salah. Tiba-tiba bau busuk tercium oleh indra penciumannya juga kepalanya kini menjadi memiliki suatu beban walau tidak berat sama sekali. Niel mearaba kepalanya, mengernyit heran karena menangkap suatu benda. Dengan segera dia ambil benda itu, kemudian melotot kaget saat kaus kaki berada di tangannya.

"BANG BAGAS!! JOROK BANGET! KAUS KAKI LO BAU ANJIR!"

Akhirnya teriakan Niel kembali menggema seiring dengan tawa Bagas terdengar memasuki kamarnya menghindari amarah Niel. Sudah dibilang bukan, Bagas memang kalem, tapi menjahili adik dia jagonya.

"Nyesel gue tadi pagi sempet bilang Bang Bagas paling waras." Gerutu Niel melempar kaus kaki Bagas kesegala arah.

Ona datang membawa laptop terkekeh pelan tatkala mendengar gerutuan adik bungsunya. Dia lantas mendudukan diri diatas sofa, membiarkan Niel yang tengah sekarang terlentang di karpet. Mereka berdua sama-sama hening, Ona yang biasanya aktif kini memilih duduk diam memangku laptop menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan Niel yang belum menyadari kedatangan Ona fokus terhadap tontonannya.

Setengah jam berlalu, suara pintu terbuka terdengar. Namun, tidak berhasil menyita perhatian kedua bersaudara itu. Apalagi Niel yang entah perduli atau tidak, karena cowok itu sama sekali tidak melakukan pergerakan yang berarti.

"Aduh... bujang! Lo ngapain di karpet sih?" Seru seseorang yang baru datang. Berdecak malas melihat penampakan Niel di karpet.

Niel mendengus meski tatapannya tak teralihkan, "Buta lo buta mata lo... tidur." Walaupun kesannya kurang ajar, Ona dan orang yang baru saja datang tadi terkekeh mendengarnya.

"Sopan dikit dong kalau sama Ayah." Peringat Ona, bagaimanapun ia sebagai seorang kakak harus mengajarkan hal yang baik terhadap adiknya.

"Sipin dikit ding kilii simi iyih." Ejek Niel mengukuti perkataan Kakaknya. "Lagian tumben banget Ayah udah pulang?" Niel akhirnya bangkit memutar tubuh agar berhadapan dengan sang Ayah, yang sekarang telah duduk manis sebelah Ona.

"Pulang awal salah, pulang telat juga salah. Mau kamu tuh apa sih, Dek?" Tanya Ayah menggeleng.

Niel cengengesan, "Mau aku bakwan keladi."
Ucap Niel menatap Ayahnya seperti anak kecil.

"Mau bakwan keladi? Ayo! Biar Bunda buatin." Sahut Bunda dari arah luar rumah, membuat Ona dan Niel menengok menunggu sosok Bundanya memasuki rumah.

Orang tua mereka memang sama-sama berprofesi sebagai Dokter. Tetapi tempat mereka praktik berbeda, mengharuskan keduanya berangkat sendiri, dan juga seperti perkataan Niel mereka berdua tidak dapat bucin 24 jam non-stop.

"Jangan! Kemarin di buatin Bunda bukannya masuk perut malah masuk tempat sampah." Tolak Niel mentah-mentah mengingat kejadian me Masak Bundanya yang tidak pernah berhasil.

Bunda mendengus, "Iya deh... Emm, kalian udah makan?" Tanya Bunda kemudian menghampiri Suami dan anak-anaknya.

"Udah tadi makan bakso, bareng Atha sama Mars juga. Kalau Bang Bagas ga tau deh, baru balik soalnya." Jawab Ona tanpa mengalihkan perhatian.

"Kalau kamu Yah?" Bunda beralih kepada suaminya, yang di balas anggukan singkat. "Ya-udah... Bunda ke kamar dulu ya bersih-bersih, kamu juga Yah buruan ganti baju!" Lantas Bunda berlalu meninggalkan ketiganya.

"Iya sayang..." Ucap Ayah sebelum Bunda memasuki kamar.

Setelahnya Niel menyenderkan kepala pada kaki Ayahnya, tidak perduli bahwa sang Ayah belum mandi.

"Dek... duduk di sofa enggak bisa emangnya?" Ayah mengelus rambut Niel. "Percuma dong Ayah beli sofa gede terus mahal, kamunya malah hobi guling-gulingan di karpet, kaya gembel."

Ona tertawa, "Bukan kaya lagi Ayah, tapi kan udah gembel." Ejek Ona menjulurkan lidah saat Niel mendongak menatapnya sangsi.

"Denger ya, duduk di sofa itu emang nyaman tapi kalau tiduran di karpet lebih enak." Niel mengeles.

"Kenapa enggak sekalian aja ya Ayah buatin kamu tempat tidur di bawah kandangnya Bobo."

Bobo adalah monyet peliharaan Ayah...

"Bodo amat terserah Ayah aja, kamu suci aku penuh dosa."

"Masak iya kamu yang suci, Ayah penuh dosa. Enggak mungkin lah!" Kata Ayah lalu tertawa bersama Ona yang setia mendengarkan. "Btw, ini tiga lelaki lainnya kemana? Kok cuma kamu doang sama Kak Ona disini? Mager-megeran lagi."

"Nonton 365 days kali... haha,"

Kening Ayah mengernyit bingung, "Film apa itu?"

"Coba cari di google deh Yah." Suruh Ona tersenyum aneh bersama Niel.

Benar, Ayah langsung mengambil hp-nya dan search Film apa yang Niel sebutkan tadi, begitu mendapatkan jawaban dari google, kedua mata Ayah membola sempurna. Menatap Niel murka.

"Kamu nonton dek?"

Niel menggeleng, memang ia belum menonton Film itu sama sekali, Niel tahu Film-nya juga dari Dika. "Belum, lagi pula itu rate-nya 18+ kok. Niel kan udah 18,"

"Baru Otw, belum 18." Mata Ayah memicing tidak setuju akan ucapan Niel. "Pasti Atha sama Mars nih yang ngajarin kamu nonton begituan. Enggak boleh Ayah biarin." Lalu Ayah bangkit, meninggalkan wajah melongo Niel dan Ona yang tidak mengerti atas kelakuan Ayah mereka.

Belum sampai beberapa meter dari sofa, terlihat Atha bersama Mars tengah berbincang menuruni anak tangga.

"Kalian berdua ngajarin adek kok yang aneh-aneh?!"

Mendengar pertanyaan ngegas dari Ayah, Atha dan Mars menghentikan langkah mereka lalu saling bertatapan bingung. Ini Ayah mereka salah makan apa sampai-sampai ngegas tidak jelas seperti ini. Sedangkan di sofa Niel dan Ona tertawa bersama lantas melakukan tos.

to be continue...
——

Udah ada yang nonton Film-nya belum? Haha...

Jangan lupa klik bintang guys, i love you <3

Gold, 22 Juli 2020

ZAT PADATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang