Keputusan Fajri

259 37 3
                                    

Perhatian: bagi yang tidak suka musik berfrekuensi tinggi, tidak dianjurkan mendengarkan musik dari vidio di atas, atau kecilkan volumenya. Bagi yang suka, anggap itu soundtrack nya. Jika kalian ingin bisa membaca cerita Ini sambil mendengarkan musik di atas tetapi di hp tidak bisa, silahkan membuka apk ini di laptop atau Di komputer kalian. Selamat membaca...

Gilang masih betah menunggui Fajri yang sampai detik itu tak berbicara apapun, anak itu entah berpikir tentang apa hingga membuatnya masih bertahan membeku dengan keadaannya yang saat ini masih terikat tali dengan kursi kayu tersebut. kini hanya ada mereka berdua di dalam ruang kantor keamanan itu. kesenyapan sudah agak lama hinggap di antara mereka.

"Mau sampai kapan kamu diam seperti ini? Apa kamu bisa saya antar ke asrama sekarang?" tanya sekaligus bujukan tersirat dari Gilang.

Tak ada tanggapan dari yang di ajak bicara, Gilang malah bermaksud menatap pemuda di hadapannya lebih lama sampai anak itu menjawab pertanyaannya atau setidaknya melakukan hal lain. beberapa saat kemudian, Gilang mendengar isakan yang tak lain dari anak itu.

"Kenapa hidup gue kayak gini..."

Gilang terpaku, ada yang berubah dalam situasi ini. Fajri tiba-tiba saja menangis. Gilang paham betul setiap manusia yang berbuat onar memiliki alasan tersendiri yang mereka simpan untuk diri mereka sendiri, dan ia cukup bersimpati akan hal itu meski ia tak membenarkan perbuatan onar yang di dasari dengan alasan yang memang ada benarnya.

Gilang memiliki masa lalu yang mengerikan, ia pernah menjadi anggota mafia yang hari-harinya penuh penyamaran, setiap hari berbuat kejahatan dan sering melihat orang lain menderita, hingga bahkan suatu ketika sahabatnya sendiri terbunuh di tangan kepolisian. Di lubuk hatinya yang paling dalam, Gilang sangat membenci kejahatan. Tetapi hidup menjadi orang baik dulunya juga merupakan bukan pilihan yang terbaik, ia sendiri adalah mantan korban bully di panti asuhan.
gilang mengambil sebuah alat tuas lalu melepas tali yang mengikat Fajri pada sebuah kursi, sembari itu ia berbicara,

"Seburuk-buruknya orang yang mengambil keputusan adalah dia yang pada akhirnya menyesali keputusannya lalu dia menghabiskan waktu dengan penyesalan itu, setidaknya, jika kamu menyesali sesuatu cepatlah berubah meski perubahan itu sedikit, itu namanya tanggung jawab dengan keputusan."

Tali tambang itu akhirnya benar-benar terlepas. Fajri mulai benar-benar menghentikan isakannya. Rupanya, efek bujukan Gilang yang tadi kini baru mempan. Fajri bangkit dan Gilang tersenyum dengan keputusan anak itu yang ia pikir sepertinya lebih baik, meski firasatnya merasakan ada suatu keganjalan.

Setelah mereka berdua keluar dari kantor keamanan mahasiswa FISIP, entah mengapa intuisi Gilang bekerja layaknya pacuan detak jantungnya yang tak beraturan, dan benar, mulai terdengar langkah kaki dibelakangnya semakin menjauh dengan tempo gesit. Gilang seketika berbalik, mendapati Fajri melarikan diri dari pengawasannya.

*****

Kepala Farhan bertumpu di sela-sela terbuka antara ibu jari dan telunjuk kedua tangannya yang saling bertumbuk. Suara derit pintu kemudian tiba-tiba terdengar, Farhan secara otomatis menoleh dan mendapati Ricky yang masih mengenakan almamter jingga telah membuka pintu kamarnya.

"Aji masih belum pulang ke kamar ya?" tanya Ricky dengan nada santai yang dipaksakan.

Farhan menyisir kasar rambut bagian depan kepalanya dengan jemari tangannya, hembusan nafasnya menandakan bahwa ia kelelahan dengan segala kesibukan perkuliahannya hari itu sekaligus mengenai Fajri. Ricky kemudian berjalan mendekat ke arah Farhan dan duduk di tepi ranjang di samping Farhan.

"Gue sampai sekarang belum memahami apa ya dipikirin sama Aji sampai-sampai dia sering bikin onar, hatchiii!"

Ricky tiba-tiba bersin akibat sedikit sisa debu yang masuk ke hidungnya yang entah sejak kapan.

"Gue lemah banget ya Rick, aji tadi dikejar-kejar anggota keamanan dan gue nggak bisa apa-apa karena kelemahan yang gue milikin sekaligus gue nggak tau Aji ada di mana, dia udah nganggep gua kayak abangnya sendiri dan sekarang lo liat, gua nggak guna banget. Gua khawatir Aji kenapa-napa, secara anggota keamamanan itu rata-rata orangnya keras, main hakim langsung dan tak kenal ampun," pundung Farhan sembari terkekeh putus asa.

"Jangan kayak gitu, lo udah berusaha keras, lagian setiap orang itu punya batasan, bang," Ricky berusaha menenangkan Farhan.

*****

Gilang mengejar Fajri yang begitu cepat berlari. Bukan hal yang tak lazim bagi anggota keamanan seperti Gilang yang harus menangkap mahasiswa pelanggar hingga sampai melalui loteng-loteng, plafon atau apapun yang merupakan bagian atas bangunan yang dapat dipijak oleh layaknya para anak klub parkour. Fajri memang bagian dari salah satu klub parkour yang berasal dari fakultasnya, jadi kelincahan pergerakannya tak dapat lagi diragukan. Namun bagaimanapun juga, Gilang memiliki masa lalu terkait keahlian seperti parkour yang ada dengan sendirinya, berawal dari paksaan dari keadaannya yang keras di masa lalu, terlebih, anggota keamanan di koordinator tetentu dilatih untuk bisa terampil dalam hal memanjati atau melompat di area-area tinggi.

Gilang berhasil menarik pakaian Fajri. Ia berhasil menangkap anak itu tepat di loteng gedung markas ornanmawa Fakultas Ilmu Budaya, fakultasnya sendiri. Yang membuat Gilang tak habis pikir, entah sejak kapan Fajri mendapat sebuah benda seperti pisau ketika membalik tubuh ke arahnya, lalu benda itu digoreskan mengenai area pipinya, dari goresan itu darah merembes secara perlahan.

*****

Fenly yang ketika itu sedang akan berganti pakaian setelah klub kastinya mengakhiri kegiatan, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mengganjal, dan ia merasa resah sendiri. Entah kenapa, pikirannya bertumpu kepada Gilang dan Fajri. Mengingat Gilang yang tadi Malam masih dalam keadaan sakit tetapi ia seperti mulai bertugas sebagai anggota keamanan apalagi juga mengingat kondisi Fajri di kantor Ornanmawa FISIP dengan luka di wajahnya dan posisinya yang diikat di kursi seakan menjadi pertanda bahwa mungkin saja Gilang yang terlibat di sana akan memperburuk kondisinya yang sakit. Fenly seketika terkejut dengan pikirannya, bahwa bagaimana bisa ia mengkhawatirkan Gilang sampai seperti itu, bukankah laki-laki tetap memaksa bekerja meski dalam keadaan sakit ringan itu hal biasa? Padahal yang perlu lebih ia khawatirkan adalah kondisi teman seasramanya yang lain, yaitu Fajri, yaitu terkait kondisi dan perlakuan para anggota keamanan terhadap temannya yang dari kamar nomor dua asrama dua empat itu. Fenly layaknya orang frustasi, menjedotkan ubun-ubunnya ke almari besi ruang ganti olahraga, sambil merutuki dirinya sendiri. kelakuannya itu membuat teman-temannya yang melihatnya bertanya-tanya.

*****

Gilang dan Fajri pada akhirnya bertarung di atas loteng gedung keamanan FIB (Fakultas Ilmu Budaya). Gilang berhasil menangkis setiap serangan Fajri yang kali ini seraya memakai senjata tajamnya. sepersekian detik sejak serangan balasan Gilang berupa tendangan ke perut dan dada dengan pergerakan yang cepat dan mengeksekusi, Fajri kehilangan keseimbangan, Gilang menjatuhkan dirinya ke plester karena pergerakan reflek serangannya sendiri, lalu tumit kaki Gilang menggeser kaki Fajri dengan gerakan tiba-tiba dan Fajri terjatuh ke plester dengan terbanting.

Gilang melentingkan tubuhnya dari posisi terbaring untuk kembali bangkit. Fajri berusaha turut bangkit namun pergerakannya cukup lambat, Gilang secara tak terduga membanting tubuhnya ke arah Fajri yang setengah bangkit dengan teramat keras dengan tujuan pengurasan tenaga sang lawan, lalu secara cermat namun pasti, Gilang melakukan pergerakan yang membuat Fajri kwalahan hingga ia berhasil mengunci pergelangan dan leher fajri, dan senjata tajam yang berbentuk pisau itu berhasil ia pisahkan dari penggunanya.

*****

Terima kasih untuk para pembaca setia yang mau meluangkan waktunya dan pemberi vote setia fanfic Ini, apapun bentuk apresiasi kalian terhadap suatu karya menunjukkan bahwa kalian pecinta literasi yang baik.

Jaga kesehatan selalu, dan Selamat beraktivitas, Semoga hari kalian menyenangkan. Author suka berkomunikasi dengan para pembaca Karena itu author tunggu suara kalian di kolom komentar, salam sayang dari author 😘😊.

Guardian in My RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang