Sebuah motor matic hitam dengan piranti merk yang terkelabuhi pembaharuan warna--- melesat menyerang pergerakan angin dari arah berlawanan. Langit tak sesuai prasangka banyak orang, bahwa hawa yang turun dari sana begitu terik seolah tanpa diiringi udara bermassa yang dapat bergerak. Semua pengendara di jalanan kota seperti halnya para penguasa yang tak terkalahkan. Adapun Fenly, tak lagi memakai jas almamaternya. Ia agak was-was dengan cara Gilang menaklukkan kendaraan mereka. Akan tetapi, itu bercampur dengan kontraksi kesenangan yang berdenyut dalam nadinya, tersebab, kali ini ia dapat merasakan bagaimana menjadi seseorang yang dibawa pergi oleh sang pejalan liar berwujud Gilang yang Zahir."Pegangan Fen!" Perintah Gilang, terdengar khawatir dibalik visor.
Orang yang berada di boncengan dengan ragu menyabukkan kedua tangannya ke perut sang pengemudi. Alih-alih, Fenly takut apabila gilang dapat merasakan detak jantungnya melalui punggung yang ia dekap.
*****
Fakultas Kesenian
Shandy ada jam mata kuliah pada jam dua belas nanti. Ia memutuskan untuk pulang ke asrama setelah melaksanakan rapat BEM fakultasnya. Ya, Shandy lah yang terpilih menjadi ketua BEM dan membawahi Arlex sebagai kandidat lainnya. Arlex tak bisa mengalahkan Shandy karena beberapa hal, salah satu yang paling fatal, adalah karena ia berani mengambil jabatan rangkap. Dalam peraturan kepemimpinan pada umumnya itu tidak diperkenankan, namun entah bagaimana bisa, Arlex lolos menjadi kandidat, dengan persyaratan naif dari panitia pemilihan BEM; seseorang bisa memiliki jabatan rangkap apabila ia mendapat rekomendasi minimal dua puluh lima orang dan berhasil meyakinkan siapapun bahwa ia sanggup memiliki jabatan lebih dari satu. Nyatanya, Arlex tak bisa meyakinkan siapapun, ia tak bisa menolak kewajiban dan panggilan keamanan bahkan di hari-hari penting dalam kepentingan pilpres BEM. Hukum alam memang yang paling bijaksana.
*****
Fakultas Teknik Elektro
Setelah baru keluar dari kelasnya, Fajri mendapat pesan dari via obrolan di HP pintarnya. Rupanya, sang pengirimnya adalah Farhan, rekan kamar sekaligus abang-abangannya. Itu berisikan pemberitahuan bahwa hari ini merupakan salah satu hari istimewa dari daftar hidupnya. Hari ini, merupakan hari ulang tahun mamanya.
*****
Waduk Kota
Gilang maupun Fenly mendatangi sebuah waduk yang berada dalam satu kawasan pusat kota Laksana, tepatnya hanya sekitar satu kilometer dari taman kota. Waduk tersebut seringkali didatangi para pemburu ikan alias pemancing, yang mayoritas merupakan penduduk kota Laksana tersebut.
Gilang memang tidak bisa ditebak, siapa sangka ia membawa Fenly ke tempat semacam ini dan mengajak rekan kamarnya tersebut memancing. Fenly tertawa di dalam hati memikirkan itu seiring kakinya mengikuti Gilang yang kian berjalan menuju tenda penyewaan alat pancing. Lantaran, ia merasa tertipu dengan dirinya sendiri yang sebelumnya sempat berpikir bahwa Gilang mungkin akan membawanya ke tempat-tempat seperti Café, kedai, taman kota, atau setidaknya tempat lain yang punya sedikit kesan romantis. Kemudian disadari kembali oleh Fenly orientasi Gilang tak akan melenceng dari keperempuanan.
Waduk tersebut lebih sering disebut sebagai waduk kota Laksana ketimbang disebut dengan nama aslinya. Karena memang letaknya yang berada di kota, dan terlebih, satu wilayah dengan tempat-tempat pelayanan dari pemerintahan daerah setempat.
Setelah mengambil peralatan dan perlengkapan pancing di tenda penyewaan, Gilang dan Fenly mencari posisi yang pas untuk tempat mereka memancing. Dan mereka--- pada akhirnya memutuskan memancing di atas sebuah gladak berpagar pembatas yang seolah sengaja disediakan untuk para pemancing. Adapun posisi mereka saat ini, sekitar tujuh puluh meter dari tenda penyewaan alat pancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian in My Room
FanfictionSinopsis Terbaru* mengisahkan sebuah kehidupan di perguruan tinggi berasrama khusus maha pelajar laki-laki. Di Sebuah perguruan tinggi berasrama bernama "Universitas Pamoeda 97", didirikan sebuah organisasi keamanan untuk menjaga ketertiban , kesta...