Bukan Hari Keberuntungan

244 39 11
                                    

Peringatan: mengandung banyak kekerasan fisik maupun ucapan.

*****

Kantor Ornanmawa (Organisasi Keamanan Mahasiswa)

"Kamu itu emang sengaja cari sensasi atau gimana, sih, cil! Nggak malu sama maba? Nggak malu sama teman-temanmu?"

Fajri yangg sedang dalam keadaan tubuhnya diikat di kursi, menatap suram ke arah anggota keamanan yang mengintrogasinya.

"Cal, cil, cal, cil, gua bukan bocil, dasar b*bi!" sarkas Fajri dengan suara datarnya yang dingin.

Tanpa menarik napas panjang, mahasiswa keamanan yang berdiri dihadapan Fajri tersebut melangsungkan tendangan ke kepala anak muda itu hingga orang beserta kursinya terjungkal ke lantai. Gilang yang juga berada di sana menjadi keki dengan adegan tersebut dan bertidak sigap menghentikannya.

"Adnan, kamu mundur dulu sajalah!" intruksi Gilang.

Yang dipanggil "Adnan" sengaja tak rensponsif dengan intruksi, malah meneruskan perlakuan penyudutan terhadap Fajri yang kian terlihat mimisan di lantai.

"Kayaknya mulai dari sekarang gue Nggak setuju banget jika lo dikeluarkan dari universitas sebelum lo abis sama gua," cibir Adnan.

"Cukup! Adnan, dengarkan intruksi saya! Ko mundur lah!" tegur Gilang, dahi di antara kedua alisnya berkerut, (wajahnya masih pucat).

Yang ditegur akhirnya bangkit, dan mundur satu langkah. Gilang perlahan mendekati Fajri, ia perlahan jongkok dan kemudian seperti hendak berbicara sesuatu pada anak muda yang sedang berada di lantai bersama kursinya tersebut.

"Kamu asrama dua empat?" tanya Gilang dengan nada pelan, dengan wajah yang dibuat terlihat sebersahabat mungkin.

"Gak usah deket-deket gue, gak sudi!" ketus Fajri.

"Saya kan sudah tanya baik-baik, kebetulan, saya juga dari asrama dua empat, baru pindah kemarin pagi."

"Tch, bagus ...  asrama gua sekarang tercemar ... " Sarkas Fajri, terkekeh dibalik amarah hebat yang teredam.

Gilang menghela napas, ia pun bangkit lalu mencengkram garis leher kaos Fajri dan menariknya hingga kursi yang menampa tubuh seseorang tersebut Kembali tegak. Fajri terkejut dengan aksi pemuda itu dan reaksi dirinya sendiri. Bersamaan dengan itu, orang-orang di dalam kantor pengurus Ornanmawa tersebut dikejutkan dengan suara jendela ruangan itu yang tiba-tiba terpecah oleh sebuah bola kasti dari luar.

*****

Fenly deg-degan setengah mati, bola kasti yang tadi dipukulnya terlempar melayang sampai memecah kaca jendela suatu ruangan di lantai dua sebuah gedung sisi utara lapangan kasti yang baru kali ini digunakan Latihan oleh klub kastinya. Beberapa detik kemudian, seseorang yang dari kejauhan tampak seperti mengenakan ban lengan simbol anggota keamanan muncul dari dalam kaca jendela yang berlubang besar di sana, berteriak memarahi kumpulan yang berseragam sama dengan si pelaku pelempar bola salah haluan.

"Tanggung jawab! atau squad kasti kalian kami pastikan diskors!" tuntut sekaligus ancam mahasiswa tersebut dari atas sana dengan lantang.

"Dahlah Fen, lo ke sana yuk, sama gua, biar lo nggak sendirian buat pertanggungjawaban," saran seorang kapten klub kasti kepada Fenly, Fenly dengan gugupnya mengangguk mengiyakan.

*****

Kantor Ornanmawa

Gilang menatap Fajri dalam diam. Fajri menatap kosong lantai lalu tatapan kosongnya beralih ke arah Gilang di hadapannya yang juga sedang menatapnya.

Guardian in My RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang