Gilang dan Fenly kian memasuki kamar nomor dua. Dan rupanya, di sebuah kamar kecil di dalamnya, Fajri belum tuntas dengan acara mandinya dan terdengar sibuk dengan berbagai bunyi air di sana.
Gilang, lantas meletakkan kotak makan begitu saja di atas suatu nakas. Ia menoleh ke arah Fenly dan mengangguk sebagai isyarat kata "baiklah", lalu keduanya berjalan keluar dan pintu ruangan itu akhirnya tertutup kembali.
*****
Di Kediaman Sang Pendiri
Terlihat dua orang lelaki yang sama-sama duduk di sofa sebuah ruang tamu, yang mana satunya terlihat berusia melampaui batas paruh baya dan satunya lagi terlihat berumur tiga puluhan. Ruangan itu berada di dalam kediaman sang pendiri Perguruan Tinggi Pemoeda 97. Pendirinya, tak lain adalah salah satu dari kedua lelaki yang sedang berinteraksi formal tersebut, yang terlihat beruban dan yang tentu terlihat lebih tua di wajahnya, ia adalah Prof. Dr. Mughni Shohibin, M.PSi., M.Hum.
Satunya lagi, merupakan seorang pimpinan tertinggi organisasi keamanan di tingkat direktorat, orang itu kemudian menyodorkan beberapa foto mahasiswa keamanan pada sang pendiri tersebut yang duduk begitu bersahaja di seberangnya.
"Sebelumnya, saya mau bertanya terlebih dahulu, apakah bapak memiliki anggota keamanan favorit bapak? yang mungkin ada di salah satu foto ini?" tanya profesor Mughni.
"Ada prof, fotonya memang ada di antara foto-foto ini," jawab sang pimpinan tertinggi organisasi keamanan tersebut.
Mughni memerhatikan dengan seksama foto-foto yang dipampangkan di atas meja, sesekali ia membenarkan kacamatanya dan sesuatu di antara dua alisnya berkerut.
"Siapa namanya?" tanyanya.
"Arlex Ibrahim Salim, mahasiswa prodi etnomusikologi."
"Oh, ketua yang di tingkat universitasnya ya?"
Perhatian sang profesorpun teralihkan dari foto-foto itu, dan yang ditanyapun mengangguk.
*****
Saat Gilang dan Fenly sampai dan akan berpisah di halaman kampus mereka, keduanya tiba-tiba terpaku di tempat saat pemuda lain tiba-tiba berada di dekat mereka, rupanya itu adalah seorang penggemar yang pernah pengobrak-abrik kamar lama Gilang di asramanya yang dulu.
"Wah, wah, wah, wah... Bang Gilang gimana kabarnya...?"
"Baik, kamu kabarnya gimana?" tanya Gilang balik, memasang senyum palsunya.
Mendengar pertanyaan balik dari Gilang membuat senyum menyebalkan dari anak laki-laki itu tiba-tiba hilang. Fenly hanya diam menatap keduanya.
"Buruk," jawab anak itu.
"Siapanya Bang?" sela Fenly, seraya menunjuk anak itu dengan dagunya.
Anak laki-laki itu kemudian sekonyong-konyong mendekati Fenly.
"Kenalin, Aku Kendrick, anak fisip, prodi antropologi, dan siapun nama lo gua nggak peduli."
Tangannya mencengkram tangan Fenly dengan erat dan berlebihan. Fenly mencoba menahan mimiknya agar tidak meringis terutama ketika Kendrick memelintir tangannya, dan tiba setelah ketukan satu detik, siku bagian dalam tangan Kendrick seketika dipotong oleh tangan pisau Gilang menjadikan tautan tangan Kendrick dengan Fenly secara otomatis terlepas. Kendrick menahan rintihan sakitnya, dan Gilang tak cukup diam sampai di situ hingga dengan segera ia mencekik Kendrick dengan tangannya, memberi kuncian di leher anak itu.
"Kalau kamu macam-macam, saya pastikan kamu tidak akan bisa kuliah hari ini," bisiknya.
"Gua nggak bakalan diem aja kalo sampai ada yang berani deketin lo, lepasin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian in My Room
FanficSinopsis Terbaru* mengisahkan sebuah kehidupan di perguruan tinggi berasrama khusus maha pelajar laki-laki. Di Sebuah perguruan tinggi berasrama bernama "Universitas Pamoeda 97", didirikan sebuah organisasi keamanan untuk menjaga ketertiban , kesta...