Kepercayaan

200 34 2
                                    


Hal yang perlu dijelaskan untuk menggambarkan bangunan-bangunan dalam naungan perguruan tinggi Pemoeda 97 adalah hampir semuanya memiliki bentuk gaya arsitektur neo klasik bak bangunan dalam peradaban Yunani kuno yang dipoles dengan kontemporerisasi yang modern. Namun bangunan-bangunan lain juga banyak yang memiliki gaya arsitektur timur tengah yang berkapel-kapel seperti beruang-ruang di dalamnya dan berkubah khas menyerupai masjid, dan kebanyakan itu adalah asrama.

Asrama dua empat adalah satu dari sedikit jumlah asrama yang model bangunannya merupakan gabungan dari gaya arsitektur Yunani dan timur tengah, yang mana lantai pertama dan ke dua dominan bermodel bangunan neo klasik Yunani, sedang lantai tiganya menonjolkan gaya timur tengah meski terdapat sepasang tiang dengan sentuhan gaya korinthos di bagian tengah sisi depan bangunan.

Di atas loteng yang juga menampa persegi tumpuan kubah, ada Gilang yang mengenakan jas almamater jingga berdiri tegak seraya mendongakkan kepalanya dan terpejam, merasakan wajahnya terbelai angin dan sinar matahari pagi, yang demikian itu, merupakan momen kesukaannya. Andaikan Pagi ini ia tak ada kuliah dan tak ada tanggungan mengenai Fajri, ia pasti dengan senang hati menghabiskan waktu membuat puisi di situ sekaligus menikmati pandangan yang segar akan kebiruan langit yang jernih.

Beberapa saat ia menyadari, ia harus pergi ke ruang makan, ah, tidak, ia harus memastikan Fajri terlebih dahulu, meski anak itu sulit terbangun saat tadi ia bangunkan. Gilang sendiri tak habis pikir, kenapa ia begitu peduli kepada anak yang keras kepala seperti Fajri. itu mungkin seperti mengingatkannya pada pilihan masa lalu yang sungguh hampir tak ada yang terbaik di antaranya, meski pada akhirnya, ia melarikan diri dan sampailah ia di perguruan tinggi ini. Sampai sekarang tidak ada yang tahu bahwa ia juga memegang status buronan, meskipun bukan buronan utama dari sebuah komplotan mafia, buronan tetaplah buronan (author harap, kalian sudah baca chapter keputusan Fajri).

*****

Fajri terbangun oleh tembusan cahaya yang tiada terhalang oleh tirai jendela. Dan iapun turun dari tempat henyakannya dengan menyadari bahwa sang pengawasnya tak lagi berada di tempat, tempat tidur Farhan benar-benar telah dalam keadaan rapi. Sesaat kemudian, ketika ia hendak membuka pintu kamar mandi, pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan sesosok orang yang benar-benar akan membuatnya jengah. Orang itu tak terlihat sinis juga tak terlihat sedang menyunggingkan senyumnya saat mencoba mendekatinya.

"Udah mulai baikan?" tanya orang itu, orang itu adalah Gilang.

"Gua nggak sakit," jawab Fajri dingin.

"Mentalmu?"

"Ck, a*j**g..." sarkas Fajri, ia lantas menekan knock pintu kamar mandi dan masuk ke dalamnya lalu menutup pintunya.

Gilang memejamkan mata, menarik napas dan mengeluarkannya perlahan, menyabarkan diri atas kekesalan yang ia rasakan.

"Yaudah, berarti saya anggap kamu baik-baik saja, begitupun dengan mentalmu."

Pintu kamar mandi secara tiba-tiba terbuka dengan keras, menampilkan Fajri yang benar-benar seperti orang yang baru dirasuki setan.

"Elo pikir gua sakit jiwa?! a*j**g!" teriak Fajri.

Fajri dengan sekonyong-konyong menyerang Gilang, di sisi lain, justru, Gilang kini merasa jengah akibat renspon yang selalu sama ia dapatkan dari orang yang sama di saat ia melakukan hal yang sama yaitu menunjukkan kepedulian. Lalu iapun melayangkan tendangan saat Fajri hampir membuat hajaran itu sampai meraihnya, dan tendangan itu lebih dulu mengenai dada Fajri hingga anak itu terjatuh dengan keras. Emosi Fajri semakin melunjak, ia bangkit memberi serangan lagi mengakibatkan mereka terus bertarung hingga pada ending Fajri dalam keadaan tersudutnya pada pilar berjenis temple of the wind sebagai pembatas koridor.

Guardian in My RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang