who's she?

119 11 0
                                    

Kegiatan gue di minggu pagi kali ini kembali seperti sebelum gue merantau ke daerah terpencil. Bukan menjalankan senam pagi bareng ibu-ibu atau mengantri mandi dan berakhir bertengkar dengan Indah karena berebutan buat nentuin siapa yang mandi duluan.

Pagi kali ini gue udah di tempat rumah Kak Jev. Seperti biasa, gue bakalan ngerusuh lagi dan rasanya kangen banget.

Gue ngebuka pintu depan dan melihat Bang Sakha yang lagi duduk sambil ngopi di ruang tengah, matanya nggak lepas dari televisi yang menampilkan acara gosip pagi ini. Saking seriusnya Bang Sakha nggak mengindahkan kehadiran gue sampai gue duduk di sampingnya.

Bang Sakha terlonjak kaget dan menatap gue dengan mata yang membesar.

"Lah kapan nyampenya dek?"

"Ih barusan Bang, abisan serius banget nonton gosipnya."

Bang Sakha terkikik, "lagi seru ini, udah sarapan belom?"

"Belom, mau ngasih makan gue ya bang?"

Lagi-lagi Bang Sakha terkekeh, gue juga nggak tau dimana letak kelucuannya.

"Gue abis bikin roti bakar sih tadi, gih ke dapur."

"Bang Sakha terbaik!!" ujar gue sambil menunjukkan ibu jari gue pada Bang Sakha.

Gue bangkit dari duduk gue dan segera menuju ke dapur. Gue emang nggak sempet sarapan. Bukannya nggak sempet, tapi males hehehe.

Gue mengambil beberapa roti bakar dan menaruhnya di piring. Nggak lupa buat bikin susu untuk gue dan kopi untuk Kak Jev. Gue membawa itu semua ke kamarnya dan melihat Kak Jev yang masih setia bergelung di balik selimutnya.

Tangan gue menaruh nampan di atas nakas samping tempat tidur dan sedikit mengguncangkan tubuh Kak Jev buat segera bangun.

"Kak Jev bangun udah siang."

"Hmm," gumam Kak Jev sambil perlahan membuka matanya yang sipit.

Lucu banget cowok gue kalo abis bangun tidur. Matanya yang emang udah sipit malah semakin jadi. Kak Jev tersenyum saat melihat gue yang berdiri di samping ranjangnya.

"Morning."

Gue tersenyum, "morning kebo, bangun dong, yuk sarapan."

Bukannya menjawab omongan gue, Kak Jev malah menarik tangan gue hingga tubuh gue terhuyung dan terbaring di sampingnya. Tubuh Kak Jev kini menghadap ke arah gue dan bertumpu pada lengannya, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk mengunci tubuh gue biar nggak bisa kabur.

Ia masih tersenyum sambil menatap mata gue lekat. Sesekali rambut gue diusap dengan tangan besarnya. Gue udah deg-degan banget. Natap Kak Jev sebegini deketnya ngebuat gue masih nggak bisa ngontrol detakan jantung gue. Padahal gue udah lama pacaran sama dia. Tapi rasa deg-degannya setiap Kak Jev natap gue sedekat ini masih sama saat pertama kali kami berdua pacaran.

"Kak Jev?"

"Hmm?"

"Bangun ah sarapan dulu."

"Iya ini sarapan," jawab Kak Jev lalu dengan secepat kilat ia mengecup bibir gue membuat gue membelalakkan mata.

Ia kembali mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada milik gue. Sedikit lebih lama dari yang sebelumnya. Sampai tiba ia mulai menggerakkan bibirnya dan melumat bibir gue tanpa tuntutan.

Mata gue mulai tertutup dan membalas ciuman Kak Jev lembut. Kak Jev tersenyum di sela-sela ciuman kami. Ia menarik tengkuk gue untuk memperdalam tautan kami berdua dan tangan gue juga bergerak untuk memeluk lehernya, sesekali menjambak gemas rambut Kak Jev.

Kak Jev melepas tautan kami dan tersenyum sambil menatap mata gue lekat. Tangannya yang besar itu dia pakai buat merapikan helaian rambut gue yang menutupi wajah. Gue udah nggak bisa bernapas dari tadi, bahkan detak jantung gue udah nggak normal sampai rasanya jantung gue udah keluar dari tempatnya.

"Gue kangen lo banget Ra," kata Kak Jev dengan suara khas bangun tidurnya.

"Muka lo merah banget."

Plakkk

"Aw! Sakit Ra!"

Punggung Kak Jev menjadi sasaran gue buat mukul kalo dia udah rese kayak tadi. Bisa-bisanya dia, gue udah nahan napas kayak orang gila karena tingkahnya dan dia kembali rese kayak gitu.

Gue menyingkirkan badannya dari gue dan segera bangkit untuk duduk di pinggir kasur.

"Sono lo mandi, bau."

Kak Jev mencolek pipi gue iseng, "bau gini juga lo suka."

"Sok tau!"

"Emang tau."

"Kak Jev!"

Kak Jev terkekeh lalu bangkit dari ranjangnya, mendekat ke arah gue dan mencium bibir gue secepat kilat. Ia tergelak sambil berlari ke arah kamar mandi. Belum sempat protes, ia sudah menutup pintu kamar mandinya dan selang beberapa menit ia kembali membuka dan memunculkan kepalanya sambil nelihat ke arah gue.

"Mau mandi bareng nggak?" katanya dengan kekehan.

"Gue pukul lo ya!"

Kak Jev tergelak dan kembali menutup pintunya. Gue menghela napas gue, menggelengkan kepala gue. Heran aja gitu, itu yakin om om umur 28? Kayak gitu kelakuannya?

Sambil menunggu Kak Jev selesai mandi, gue sedikit membereskan ranjangnya. Menyapu, dan membersihkan meja tempat biasa ia bermain game. Ponsel yang terletak di atas sana bergetar bertanda ada panggilan masuk. Gue segera mengambil ponsel itu dan melihat ada nama 'Calysta' sedang melakukan panggilan masuk.

Gue mengerutkan dahi gue. Baru aja mau gue panggil Kak Jev buat ngasih tau ada yang nelpon, tapi dering dari ponsel itu udah mati duluan dan digantiin sama notif pesan masuk dengan nama yang sama.

'Jev sibuk ngga? Bisa ketemu sebentar?'

Isi pesan yang nggak sengaja kebaca itu cukup ngebuat gue mengerutkan dahi bingung. Sebelumnya gue nggak pernah tau siapa Calysta. Kalaupun soal kerjaan, nggak mungkin Kak Jev dipanggil dengan sebutan nama aja kan?

Clekk

"Kenapa hp gue Ra? Ada yang nelpon?"

Gue sedikit tersentak dan membalikkan badan gue menghadap Kak Jev yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang diusap-usap di kepalanya.

"Eh ini kak, tadi bunyi tapi keburu mati."

"Dari siapa?" tanya Kak Jev sambil menghampiri gue dan berdiri tepat di depan gue.

"Calysta."

"Eh?"

"Siapa kak? Selingkuhan lo ya?"

Plakk

Gue mengusap dahi gue yang abis disentil sama oknum Jevrandy.

"Sembarangan."

"Ya kirain, sakit nih," ucap gue sambil masih ngusap-ngusap dahi gue.

"Kasian sini sini," Kak Jev makin mempersempit jarak dan mengusap dahi gue menggunakan ibu jarinya pelan. Setelah diusap ia sedikit mencondongkan badannya dan mengecup dahi gue sedikit lama.

"Dah sembuh."

"Ih ngeselin."

"Coba sini mana hp gue."

Gue memberikan ponsel Kak Jev, "mau keluar lo sama dia?"

"Iya mau ikut nggak?"

"Emang dia siapa?"

"Temen kuliah gue."

"Oh, nggak deh gih sana pergi. Gue mau ngerjain laporan."

"Yaudah bentaran doang, mau nitip nggak?"

"Mau kopi sama martabak telor ya kak?"

Kak Jev terkekeh sambil mengusap rambut gue pelan, "siap tuan putri."

-tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Salty Boyfriend [Day6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang