Jessica duduk dengan gelisah di hadapan seorang pria paruh baya. Saat dirinya tiba di rumah, ia di kejutkan dengan kedatangan seorang pria yang sudah sangat lama tak ia temui. Kini kegelisahan semakin Jessica rasakan saat dirinya tau maksud kedatangan pria paruh baya itu.
"Lama tak bertemu Nona Jung." ucap pria itu. Dia datang bersama seorang pria kepercayaannya. Jessica diam tak menjawab, kedua tangannya saling meremas.
"Ini sudah lima belas tahun, kau tak lupa dengan kesepakatan kita bukan?"
Wanita itu terlihat ketakutan. Selama ini ia berusaha menghindari pria paruh baya itu. Tapi tak di sangka dirinya akan sangat mudah di temukan olehnya.
"Tuan, apa tak cukup dengan cucumu yang lain? Mengapa kau harus membawa putriku?" ucap Jessica memberanikan diri untuk menjawab.
Kim Jung Woo meminta map yang sejak tadi berada di tangan pria kepercayaanya. Ia membuka map itu lalu ia letakkan di hadapan Jessica.
"Kau sudah menandatanganinya, ini memiliki kekuatan di mata hukum."
Sebuah kertas berisi perjanjian antara Jessica dan Kim Jung Woo. Sekitar lima belas tahun yang lalu. Saat Jung Woo tau jika Jessica masih mempertahankan janinnya. Jung Woo datang menemui Jessica. Ketika itu Jessica sedang dalam masa sulit. Ia tak memiliki siapapun di ibukota. Ia pergi seorang diri dalam keadaan perut yang semakin membesar. Saat itu Jung Woo datang dan memberi penawaran pada Jessica.
Sebuah perjanjian yang mungkin terkesan berlebihan. Jung Woo bersedia membiayai kehidupan Jessica dan calon bayinya dengan syarat, saat usia anaknya menginjak lima belas tahun, Jung Woo akan membawa anaknya ke rumah keluarga Kim. Jessica tak mempunyai pilihan lain. Alhasil ia menandatangani perjanjian yang di buat Jung Woo.
"Aku hidup sebatang kara Tuan Kim. Hanya Yewon yang aku miliki. Aku mohon biarkan putriku tetap bersamaku." ucap Jessica memohon pada Jung Woo.
Seperti yang di ketahui sebelumnya, Jung Woo tak bisa di bantah.
"Hidup Yewon akan terjamin jika bersama keluarga Kim. Pikirkan itu baik-baik." ucap Jung Woo lalu beranjak dari duduknya.
Jung Woo keluar dari rumah Jessica, bersamaan dengan Yewon yang terlihat baru pulang dengan kedua tangan membawa kantong belanja. Gadis itu sempat terheran melihat mobil mewah terparkir di halaman rumahnya. Jung Woo menatap Yewon sejenak lalu kemudian melanjutkan langkahnya. Membuat gadis itu semakin di landa rasa penasaran tentang siapa pria-pria berjas itu. Terlebih pria paruh baya yang tadi sempat menatapnya.
Yewon segera berlari memasuki rumah. Segala rasa penasarannya akan terjawab jika ia bertanya pada sang Ibu. Namun belum sempat ia bertanya, ia melihat Ibunya duduk di sofa ruang tamu dengan menundukkan kepalanya.
"Ma."
Jessica segera menghapus air matanya. Ia menatap Yewon yang kini sudah duduk di sebelahnya.
"Kau sudah pulang." ucap Jessica berusaha bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Tapi Yewon bukan lagi gadis berusia lima tahun. Yewon tau sesuatu tengah terjadi pada Ibunya. Terlebih ia melihat jejak air mata di wajah sang Ibu.
"Ma, apa yang terjadi? Mereka siapa?" tanya Yewon. Ibunya seperti ini pasti karna ulah pria-pria asing itu.
"Mereka yang membuat Mama menangis?"
Bukannya menjawab, Jessica malah menarik tubuh Yewon ke dalam pelukannya. Air matanya kembali turun. Wanita itu benar-benar di landa kegelisahan juga ketakutan. Apa yang harus ia katakan pada putrinya. Ia tidak sanggup kehilangan Yewon, ia ingin putrinya tetap bersamanya.
Yewon perlahan membalas pelukan Ibunya, tangannya mengusap lembut punggung sang Ibu. Gadis itu memilih bungkam, mengubur dalam rasa penasarannya mengenai apa yang terjadi. Ia membiarkan Ibunya menangis di balik bahunya. Sungguh Ibunya jauh lebih penting dari apapun, termasuk rasa penasaran di hatinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
FanfictionKebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikitpun. Namun sebuah kenyataan harus di telan. Tak ada yang sempurna, setiap kelebihan selalu ada kekur...