0.15

1.6K 224 18
                                    

Yewon terlihat berjalan menuruni anak tangga. Hari ini adalah akhir pekan. Biasanya ia akan menghabiskan waktu di dalam kamar, atau duduk berdua dengan Taeyeon di taman belakang rumah. Yewon merasa bosan hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar kamar. Mommy dan Daddynya sedang pergi untuk mengurus beberapa masalah yang menyangkut perusahaan. Gadis itu merasa kesepian jika tak ada Taeyeon. Meski ketiga saudarinya yang lain ada di rumah.

Saat sampai di ruang tengah, ia melihat Irene dan Jennie duduk di sofa seraya menonton televisi. Yewon menelan salivanya, sekarang ia menyesal dengan keputusannya keluar dari kamar.

Yewon membelokkan langkahnya menuju kolam renang. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan salah satu kakaknya.

"Ku dengar, dia jadi berandalan di sekolah." ucap Jennie. Ia tentu tau jika Yewon ada di sana.

"Dia menganiaya lima murid sekaligus." lanjut ucapan Jennie.

Bukannya segera pergi, Yewon malah tetap berdiri di sana. Menunggu lanjutan ucapan dari saudarinya yang jelas pasti akan melukai hatinya.

"Dia benar-benar sudah mempermalukan keluarga Kim. Seharusnya Daddy tidak membawanya kemari."

Lagi-lagi Yewon harus mendapat ucapan tidak pantas dari saudarinya. Dan lagi-lagi kedatangannya ke keluarga Kim di anggap sebagai kesalahan.

Yewon kembali melanjutkan langkahnya menuju kolam renang. Seperti biasa, ia akan duduk di pinggir kolam dengan kedua kaki ia masukkan ke dalam air. Yewon menyukai kegiatannya itu. Ia tersenyum menatap air kolam yang begitu bersih.

"Nona, ingin ku ambilkan minuman?" ucap salah seorang pelayan yang terlihat menghampiri Yewon.

"Ah tidak perlu Bi. Aku bisa mengambilnya sendiri jika ingin."

Pelayan itu tersenyum mendengar ucapan salah satu Nona mudanya. Semua pekerja di rumah Kim cukup tau jika Yewon adalah gadis mandiri. Yewon nyaris tak pernah meminta bantuan pada pelayan ketika menginginkan sesuatu atau membutuhkan sesuatu. Pernah suatu hari seorang pelayan ingin membereskan kamar Yewon. Namun dengan halus gadis itu menolak dan mengatakan jika ia bisa membereskannya sendiri.

"Baiklah Nona. Jika butuh sesuatu, anda bisa memanggil ku atau memanggil pelayan yang lain."

Yewon mengangguk. Ia meringis menatap kepergian pelayan itu. Ia masih belum terbiasa dengan perlakuan semua pekerja di rumah Kim. Ayolah Yewon juga manusia biasa sama seperti mereka. Bukan tuan putri terlebih ratu yang ingin selalu di hormati.

"Apa mereka tidak lelah selalu membungkuk jika bertemu denganku." gumam Yewon.

Tatapan Yewon beralih pada punggung tangannya yang masih menampilkan sedikit memar. Reflek ia menyentuh sudut bibirnya. Sudah tidak seperih kemarin. Gadis itu teringat akan reaksi kedua orang tuanya, terlebih Taeyeon. Yewon bahkan di buat heran, luka sekecil itu harus mendapat perawatan Dokter. Tentu saja itu karna Ibunya.

Setelah kejadian dimana Yewon mendapat tuduhan dari para murid yang sudah membullynya, juga dengan lancang seseorang menampar keras pipinya, Taeyeon segera membawa Yewon pulang. Saat tiba di rumah, Taeyeon langsung menghubungi Dokter pribadi keluargnya.

Hal itu tentu membuat Yewon beranggapan jika itu berlebihan. Hanya luka kecil mengapa harus mendapat perawatan Dokter.

"Mommy benar-benar berlebihan." ucap Yewon seraya tersenyum. Meski begitu ia merasa bahagia. Taeyeon melakukan itu karna khawatir padanya.

Tatapan Yewon berubah sendu. Memikirkan sikap ketiga saudarinya yang masih belum berubah. Justru semakin hari mereka terlihat semakin membencinya. Untuk sekedar menatap mereka saja Yewon tidak berani.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang