Yewon duduk di sisi bangsal seraya memperhatikan kedua kakaknya yang sibuk membereskan barang-barangnya. Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit akhirnya Yewon sudah di perbolehkan pulang. Lebih tepatnya dirinya sendiri yang memaksa untuk pulang.
Selama Yewon di rawat, ia melihat perubahan sikap dari kedua kakaknya. Sedikit tapi pasti, Yewon mulai menerima perhatian dari kedua kakaknya. Awalnya itu asing bagi Yewon, juga ia merasa canggung. Tapi ia mencoba menikmatinya. Entah apa yang sudah ia perbuat hingga kedua kakaknya berubah sikap padanya.
"Kita pulang sekarang." ucap Jennie seraya menghampiri Yewon.
Jennie berniat meraih kursi roda untuk Yewon, namun dengan cepat Yewon menahannya.
"Aku bisa jalan Kak, tidak perlu memakai itu."
Jennie mengangguk, ia tak jadi mengambil kursi roda. Hanya ada dirinya, sang kakak dan Yewon. Si bungsu sedang sekolah. Meski sebelumnya Yeri memohon agar bisa ikut menjemput Yewon, tapi Jennie tetap menyuruhnya sekolah. Adiknya sudah izin tidak masuk selama dua hari. Jennie tidak mungkin membiarkan Yeri membolos lebih lama.
"Aku akan bertemu Dokter Wendy sebentar, kalian pergilah ke mobil dulu." ucap Kakak tertua.
Jennie berjalan dengan tangan kanan merangkul tubuh Yewon, sedangkan tangan kiri membawa tas berisi perlengkapan selama di rumah sakit. Keduanya berjalan beriringan di koridor rumah sakit. Tak ada obrolan di antara mereka. Tapi percayalah saat ini Yewon berusaha menormalkan detak jantungnya.
Mendapat perlakuan manis dari Jennie masih sangat asing untuknya. Juga sejak tadi jantungnya berdetak tak karuan. Ini bahkan lebih mendebarkan di banding saat ia bertemu seorang pria.
"Apa matamu masih perih?"
Yewon menggeleng. Hanya sesekali ia merasa perih di kedua matanya. Dokter menyarankannya untuk menggunakan kacamata untuk sementara. Tapi Yewon hanya memakainya sesekali saja.
"Mengapa tidak di pakai kacamatanya?" tanya Jennie kembali.
"Tidak sedang perih, aku memakainya hanya ketika perih saja."
Keduanya sampai di lobby rumah sakit. Di sana sudah ada Do Hwan yang menjemput mereka. Pria itu bergegas membantu membawa tas yang di pegang Jennie. Ia berjalan lebih dulu untuk mengambil mobil.
Huft
Jennie menoleh saat mendengar hela nafas dari gadis di sebelahnya.
"Kenapa? Kau merasa sakit?"
Yewon gelagapan mendengar pertanyaan Jennie. Ia hanya menghela nafas dan itu membuat Jennie bertanya dengan nada cemas. Padahal Yewon hanya sedang menetralkan detak jantungnya. Sungguh ia masih tak percaya bisa sedekat ini dengan seorang Kim Jennie.
"Eee aku... aku hanya mengantuk." jawab Yewon asal. Entahlah ia merasa sangat gugup di depan Jennie.
"Tunggulah sebentar, Do Hwan sedang mengambil mobil. Kau bisa tidur di mobil nanti." ucap Jennie.
Benar-benar ada yang tidak beres dengan kakaknya. Jennie yang galak berubah menjadi sosok yang begitu perhatian. Bahkan tiga hari ini Yewon tak melihat Jennie marah.
......
"Yeri, ikut aku sebentar."
Yeri mengerutkan keningnya melihat Lisa tiba-tiba datang dan menarik tangannya untuk keluar. Gadis itu sedang duduk di bangkunya dan mengobrol dengan Joy. Ia tentu terkejut dengan kedatangan kedua sepupunya. Yeri yang masih bingung pun hanya menurut. Ia berjalan mengikuti Lisa. Chaeyoung dan Joy juga terlihat ikut berjalan di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
FanfictionKebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikitpun. Namun sebuah kenyataan harus di telan. Tak ada yang sempurna, setiap kelebihan selalu ada kekur...