Seorang gadis terlihat berdiri di balkon kamarnya, menikmati pemandangan langit malam yang cukup menenangkan untuknya. Meski jam sudah menunjukkan waktu malam, juga angin yang semakin menusuk kulitnya, gadis itu tampak tak ingin beranjak dari posisinya.
Gadis yang tak lain adalah Kim Irene. Putri sulung keluarga Kim itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sudah menjadi kebiasaannya ketika menghadapi masalah, ia akan pergi ke balkon kamarnya saat malam hari. Menurutnya tempat itu cukup hening untuk menenangkan pikirannya. Terlebih saat malam.
Mengenai apa yang sedang ia pikirkan, semua tak jauh dari permasalahan yang tengah menimpa keluarganya. Berawal dari kedatangan Yewon di keluarganya. Perubahan begitu tampak, Jennie yang selalu terlibat pertengkaran dengan kedua orang tuanya, Yeri yang sekarang lebih banyak diam, juga dirinya yang terlihat bingung menghadapi situasi ini.
Jauh di lubuk hati Irene yang paling dalam, gadis itu masih memiliki hati untuk tidak membenci Yewon. Tapi karna kedua adiknya begitu tidak menyukai Yewon, hal itu membuatnya ikut tidak peduli pada Yewon. Lebih tepatnya, ia tidak ingin membuat adik-adiknya tersakiti karna dirinya menerima kehadiran Yewon.
Perasaan adik-adiknya jauh lebih penting dari apapun.
Beberapa waktu lalu, ketika dirinya sempat bersikap baik pada Yewon. Ketika itulah ia melihat kekecewaan di wajah adik-adiknya. Hingga ia mulai kembali bersikap dingin pada Yewon. Bahkan lebih dingin dari sebelumnya.
"Kak."
Irene menghentikan langkahnya saat akan memasuki mobil. Ia melihat Yewon yang berlari menghampirinya. Hal lain sedikit menarik perhatiannya, Yewon berlari dengan satu tangan memegangi perutnya.
Jangan lupakan Yewon yang baru keluar dari rumah sakit. Gadis itu bahkan mengabaikan ucapan Dokter untuk tidak melakukan hal-hal berat. Termasuk berlari.
Irene hanya menatapnya tanpa menegurnya untuk berhenti berlari. Padahal dalam hati ia sempat kesal melihat kelakuan Yewon.
Yewon sudah berdiri di hadapannya. Irene tidak mengucapkan apapun, memilih menunggu apa yang akan Yewon katakan hingga harus berlari seperti itu.
"Kakak akan kuliah?" tanya Yewon. Padahal tanpa bertanya pun ia sudah tau jawabannya.
"Ada perlu apa?"
Irene tampak menunjukkan wajah dinginnya. Yewon cukup gelisah mendapat tatapan dingin seperti itu."Aku... aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Kakak sudah menolongku waktu itu." ucap Yewon.
Tak mendapat tanggapan, membuat Yewon yang tadinya gelisah kini menjadi takut. Ia terlihat menundukkan kepalanya.
"Sudah?"
Yewon mendongak, ia menatap kakak sulungnya yang juga sedang menatapnya.
"Membuang waktu saja." ucap Irene lalu bergegas memasuki mobilnya. Mengabaikan Yewon yang masih berdiri di tempatnya dengan perasaan sakit.
Irene tampak memejamkan matanya. Merasakan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya. Saat ia kembali membuka mata, ia melihat seseorang keluar dari kamar menuju balkon. Irene terus memperhatikan Yewon yang terlihat berdiri di sana.
Sepertinya Yewon tidak menyadari Irene yang juga berdiri di balkon.
Dalam hati Irene sempat bertanya, apa yang Yewon lakukan malam-malam berdiri di balkon. Cuaca sedang dingin dan Yewon hanya mengenakan pakaian tipis.
Irene masih setia memperhatikan Yewon. Hingga pemandangan yang membuat hatinya sedikit tercubit, ia melihat Yewon menangis di sana. Seolah hatinya ikut merasakan, Irene bahkan tidak berpaling dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
FanfictionKebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikitpun. Namun sebuah kenyataan harus di telan. Tak ada yang sempurna, setiap kelebihan selalu ada kekur...