0.7

1.4K 208 13
                                    

Terkadang dalam hidup, kehilangan adalah hal yang sewaktu-waktu dapat menghampiri.

Yewon berlari membabi buta di koridor rumah sakit, berkali-kali ia menabrak orang-orang yang melewatinya. Air matanya sudah turun sejak tadi. Gadis itu membuka kasar pintu ruang tindakan di hadapannya. Kakinya melemas, menatap seseorang yang terbaring dan perlahan di tutup kain putih. Langkah gadis itu terasa berat, tapi ia terus berusaha melangkah mendekati bangsal.

"Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain." ucap seorang Dokter yang berusaha menyelamatkan nyawa Jessica.

Pendarahan akibat kecelakaan membuat Jessica tak mampu bertahan. Tim medis sudah berusaha. Namun semua tetap Tuhan yang menentukan. Jessica pergi setelah sempat tersadar beberapa menit sebelum Yewon tiba di rumah sakit.

Dunia Yewon serasa berputar, tangannya yang bergetar perlahan membuka kembali kain putih itu. Wajah pucat ibunya yang terpejam dengan damai. Yewon menggelengkan kepalanya.

"Ma..."

Lirih Yewon dengan suara bergetar.

"Kita bertemu di rumah ya. Mama juga akan pulang."

Tangan Yewon terulur, mengusap lembut wajah Ibunya.

"Ma..."
Panggil Yewon kembali, sedikit mengguncang tubuh Ibunya yang terasa dingin. Berharap apa yang terjadi di hadapannya sekarang adalah mimpi. Ibunya tidak pergi, Ibunya sudah berjanji untuk terus bersamanya.

Beberapa jam yang lalu, gadis itu masih berbicara dengan Ibunya melalui sambungan telepon. Keduanya berencana bertemu di rumah. Sama sekali tak terpikirkan oleh Yewon jika itu adalah pembicaraan terakhirnya dengan sang Ibu.

"Yewon sudah pulang Ma, Yewon menunggu Mama di rumah. Mama bilang akan pulang." ucap gadis itu terdengar memilukan. Beberapa petugas medis merasa iba melihat pemandangan di hadapannya.

"Nona, ikhlaskan Ibumu. Biarkan dia pergi dengan tenang." ucap salah seorang perawat seraya mengusap lembut bahu Yewon.

"Tidak! Ibuku tidak pergi kemana pun. Dia hanya sedang tidur. Mengapa kalian menutupi tubuhnya?" ucap Yewon dengan suara meninggi. Ia menatap para petugas medis yang masih di sana.

Yewon kembali menatap sang Ibu.
"Ma bangunlah! Mama sudah janji akan terus menemani Yewon. Sekarang... sekarang mengapa Mama meninggalkan Yewon." tangis Yewon semakin menjadi. Ia memeluk tubuh Jessica seraya terus mengguncangnya. Berharap Jessica akan bangun dan memeluknya.

"Mengapa Mama pergi... Yewon sendirian Ma..."

Ibunya adalah satu-satunya yang ia miliki. Pelindungnya, penyemangat hidupnya. Yewon memeluk erat tubuh tak berdaya Jessica. Sedetikpun ia tak pernah jauh dari Ibunya. Kepergian Jessica adalah luka terdalam untuk Yewon.

Taeyeon berdiri di balik pintu, air matanya ikut turun. Melihat apa yang terjadi di dalam sana ikut membuatnya merasa sakit. Ia cukup tau kehidupan Ibu dan anak itu. Dan sekarang, Ibunya harus pergi untuk selama-lamanya. Beberapa menit lalu sebelum wanita di dalam sana menghembuskan nafas terakhir, Taeyeon sempat menemuinya.

"Kau seorang wanita juga seorang Ibu sama sepertiku. Aku akan pergi dengan tenang jika putriku bersama orang yang tepat."

Seolah Jessica tau jika dirinya tak memiliki waktu banyak. Satu-satunya yang dia pikirkan adalah putri semata wayangnya. Kehidupan Yewon ke depan tanpa sang Ibu di sisinya.

Taeyeon menggeser layar ponselnya, mencari kontak seseorang yang ingin ia hubungi.

"Donghae..."

.....

Kepergian Jessica tentu menjadi pukulan berat bagi Yewon. Gadis itu berkali-kali tak sadarkan diri saat proses pemakaman Ibunya. Hari kedua setelah kepergian Ibunya, Yewon terlihat kehilangan semangat hidupnya.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang