Sudah dua hari Yewon di rawat di rumah sakit. Gadis itu belum juga sadar setelah menjalani operasi di bagian perutnya. Selama itu pula Taeyeon selalu menemani Yewon. Wajah wanita itu tampak sembab karna sering kali menangis. Dokter mengatakan jika kondisi Yewon sempat menurun. Hal itu tentu membuatnya takut.
Tangan Taeyeon terlihat menggenggam tangan kanan putrinya. Berharap mata yang masih setia terpejam itu akan segera terbuka. Ia rindu suara Yewon, ia rindu celotehan putrinya setiap kali berdua dengannya.
Taeyeon teringat akan pengakuan Jennie kemarin. Putri keduanya itu mengatakan jika dia memang selalu menurunkan Yewon di tengah jalan saat berangkat sekolah. Jennie juga mengatakan jika sejak awal dia memang tidak pernah ingin berdekatan dengan Yewon. Taeyeon merutuki kebodohannya karna selama ini ia tidak tau jika putrinya bertindak semena-mena terhadap Yewon. Wanita itu sungguh merasa bersalah pada mendiang Jessica. Ia tidak bisa menjadi Ibu yang baik untuk Yewon. Justru selama ini Yewon menderita tanpa sepengetahuannya.
Mengapa tidak pernah jujur pada Mommy jika selama ini kakak mu selalu berlaku kasar.
"Apa mimpi mu sangat indah hingga kau tak ingin bangun?" tangan Taeyeon terulur mengusap lembut surai hitam putrinya. Melihat Yewon terbaring tak berdaya dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya, sungguh pemandangan yang membuat Taeyeon tersakiti.
"Mommy di sini sayang, menunggu Yewon bangun." ucap Taeyeon kembali.
"Apa Yewon tidak rindu Mommy, hmm?"
Taeyeon menatap wajah putrinya yang masih terpejam. Wajah yang selalu memberinya senyum tulus, kini terlihat begitu pucat. Juga terdapat masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya.
"Mommy rindu Yewon, Mommy rindu anak baiknya Mommy."
Air mata Taeyeon kembali jatuh. Ia kecup beberapa kali tangan lemah putrinya. Ia merasa gagal menjadi seorang Ibu karna tak mampu menjaga Yewon. Hingga Yewon harus mengalami kejadian buruk yang hampir mengancam nyawanya.
"Maafkan Mommy sayang." ucap Taeyeon lirih.
Taeyeon merasa tangan yang berada dalam genggamannya bergerak. Sontak ia langsung menatap wajah putrinya. Dapat ia lihat mata Yewon yang mengerjap perlahan.
"Sayang kau bangun."
Wajah Taeyeon seketika berbinar melihat Yewon yang mulai membuka mata. Wanita itu langsung menekan tombol emergency di sebelah bangsal putrinya. Tak lama Dokter dan dua orang perawat datang ke kamar rawat Yewon.
"Dokter, putriku bangun. Dia sudah sadar." ucap Taeyeon.
Dokter dan dua perawat yang menangani Yewon segera memeriksa keadaannya. Taeyeon sedikit menyingkir untuk memberi luang pada tim medis yang akan memeriksa Yewon. Wanita itu tak berhenti menggumamkan rasa syukur karna putrinya kembali membuka mata.
"Keadaannya sudah stabil. Tapi nona Yewon masih harus mendapat perawatan intensif sampai kondisinya benar-benar membaik."
Taeyeon segera mendekati bangsal Yewon. Ia mengecup lembut kening putrinya. Ia benar-benar bahagia melihat Yewon akhirnya sadar.
Yewon menatap mata wanita di hadapannya yang terlihat berkaca-kaca. Gadis itu merasa tubuhnya begitu lemas. Juga rasa nyeri di area perutnya. Entah sudah berapa lama ia terbaring di atas bangsal rumah sakit. Terakhir yang ia ingat adalah dirinya yang terluka dan di selamatkan oleh Irene.
"Mom..." ucap Yewon lirih, nyaris berbisik di balik masker oksigennya.
"Iya sayang ini Mommy, nak." ucap Taeyeon lembut.
Dokter dan perawat yang melihat pemandangan itu segera pamit keluar.
Tangan Yewon terulur mencoba meraih tangan Ibunya. Tangan lemah itu terlihat merangkai sebuah kata di atas telapak tangan Taeyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
FanfictionKebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikitpun. Namun sebuah kenyataan harus di telan. Tak ada yang sempurna, setiap kelebihan selalu ada kekur...