Yewon berjalan perlahan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Di sana hanya terlihat Ibu dan kakak tertuanya. Yewon tampak menatap kursi-kursi yang kosong. Tidak biasanya orang-orang di rumahnya absen dari ritual sarapan pagi.
"Dimana yang lain?" tanya Yewon setelah duduk di kursi yang biasa ia duduki.
"Daddy sudah pergi ke kantor pagi-pagi tadi, ada sedikit masalah di sana. Kakak dan adikmu juga sudah berangkat, adikmu ada piket jadi dia berangkat lebih dulu." jelas Taeyeon. Wanita itu meletakkan satu potong roti selai di atas piring Yewon. Tak lupa ia juga menyiapkan bekal untuk Yewon dan Yeri.
"Bekal Yeri Mommy titipkan padamu ya. Kalian tidak boleh membeli makanan sembarangan."
Sudah beberapa hari ini Taeyeon lebih protektif pada anak-anaknya. Bahkan sekarang wanita itu tak terlihat sibuk dari biasanya. Taeyeon mengesampingkan kesibukkannya karna ia ingin lebih memperhatikan anak-anaknya.
"Untuk Kak Jennie?"
Yewon bertanya karna hanya ada dua kotak bekal untuknya dan Yeri.
"Anak itu tidak akan mau di bawakan bekal. Katanya seperti anak TK." ucap Irene. Yah seorang Kim Jennie akan sangat menolak untuk membawa bekal.
"Seharusnya kak Jennie juga di bawakan bekal. Dia juga tidak boleh jajan sembarangan."
Taeyeon tersenyum mendengar ucapan Yewon. Ia pun kembali memasukkan dua potong sandwich ke dalam kotak bekal Yewon. Ia meminta Yewon untuk membuka bekalnya bersama Jennie nanti.
Yewon melirik pada kakak sulungnya. Irene terlihat sibuk dengan ponsel di tangannya, kakaknya itu sudah selesai sarapan sejak tadi.
"Kakak tidak berangkat?" tanya Yewon.
"Aku menunggumu, kita berangkat bersama."
Yewon terkejut mendengar ucapan kakaknya. Ini kali pertama Yewon mendapat tawaran seperti itu dari kakaknya. Sebenarnya bisa saja Yewon berangkat bersama Jennie dan Yeri. Namun gadis itu meminta di antar Do Hwan saja. Katanya agar Do Hwan punya pekerjaan dan tidak memakan gaji buta. Tentu saja Yewon tidak serius mengatakannya.
"Tapi kita beda arah, kakak akan terlambat."
Irene menggeleng seraya tersenyum. Siapapun akan meleleh melihat senyuman kakak tertuanya.
"Kelasku akan di mulai dua jam lagi, jadi aku bisa mengantarmu dulu."
Yewon mengangguk, ia segera menyelesaikan sarapannya agar tidak membuat sang kakak lebih lama menunggu.
Mobil Irene malaju membelah jalanan Ibukota. Jika di pikir, hanya Yewon yang pergi dan pulang dengan seorang bodyguard. Ketiga saudarinya yang lain tidak pernah dikawal bodyguard. Padahal jika di bandingkan dengan ketiga saudarinya, Yewon cukup mampu menjaga diri.
"Apa Daddy tidak memerintahkan satu bodyguardnya untuk menjagamu kak?"
Irene yang sedang fokus pada kemudi menoleh sekilas ke arah Yewon.
"Untuk apa?" tanya Irene.
"Daddy menyuruh kak Do Hwan untuk mengikutiku kemanapun aku pergi, mengapa kalian tidak?"
Irene terkekeh mendengar ucapan Yewon. Sepertinya Yewon juga risih jika pergi kemanapun harus di dampingi seorang pengawal.
"Kau salah, aku juga sama sepertimu. Hanya saja, aku menyuruhnya mengawasiku dari jauh." jelas Irene.
Yewon mengerutkan keningnya. Ia menatap ke arah belakang. Tepat di belakang mobil kakaknya seseorang dengan pakaian serba hitam melaju dengan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
FanfictionKebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikitpun. Namun sebuah kenyataan harus di telan. Tak ada yang sempurna, setiap kelebihan selalu ada kekur...