0.41

1.9K 249 37
                                    

"Maaf, aku tidak bisa melakukannya. Jika memang aku harus berakhir karna penyakit ini, setidaknya aku ingin melakukan banyak hal. Kemoterapi akan membuatku kesulitan melakukan segala hal yang ku mau."

Yewon berdiri di tengah lapangan basket sekolah. Menatap sekeliling lapangan, Yewon hanya sendirian disana. Waktu masih sangat pagi, hanya beberapa murid yang masih terlihat. Pandangannya jatuh pada sebuah bola basket tak jauh dari tempatnya berdiri. Perlahan Yewon melangkah untuk mengambil bola basket itu.

Duk

Duk

Duk

Shoot!

Yewon tersenyum puas saat lemparannya tepat masuk ring. Dulu saat ia duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia termasuk salah satu pemain basket putri. Sebenarnya ia berniat ikut klub basket di sekolahnya sekarang, namun sepertinya ia harus mengubur dalam-dalam niatnya itu.

Yewon mendribble bola basket dengan lincah lalu melompat, dan lagi ia kembali mencetak poin. Rasanya sudah lama Yewon tak kembali mengasah kemampuannya bermain basket. Di sekolah bergengsi itu Yewon tak mengikuti kegiatan apapun, terlebih di bidang non akademis. Dulu ia tak punya waktu untuk pulang terlambat karna harus membantu Ibunya.

Yewon melangkah untuk mengambil bolanya kembali, bola itu berhenti tepat di kaki seseorang. Yewon pun menghentikan langkahnya saat tau siapa yang kini mengambil bolanya.

"Ini milikmu?" tanyanya seraya menghampiri Yewon.

Yewon tidak menjawab, ia terus menatap pria di hadapannya. Pria itu menyerahkan bola di tangannya pada Yewon.

Yewon tidak berniat menerimanya, ia malah mengambil langkah dan bersiap pergi. Namun panggilan pria itu kembali menghentikan langkahnya.

"Yewon."

Yewon tidak berbalik. Entah mengapa ia begitu menghindari pria itu beberapa waktu terakhir. Melupakan ingatan jika mereka dulu pernah sangat dekat.

"Kau masih marah padaku?"

Terdengar hela nafas dari bibir pria itu.

"Yewon, aku benar-benar minta maaf."

Seseorang memang sangat mudah mengatakan maaf tanpa mengingat bagaimana perlakuan menyakitkan yang pernah diperbuat.

Yewon bahkan masih sangat ingat bagaimana pria itu meninggalkannya begitu saja.

"Jaehyun, aku sudah memaafkanmu. Tapi untuk kembali berteman layaknya kita dulu, maaf aku tidak bisa. Kau tau, Joy sangat melarangku untuk dekat denganmu. Dan ku rasa ucapan Joy ada benarnya."

Yewon berbalik. Ia menatap pria yang tak lain adalah mantan kekasihnya. Entah sudah berapa kali Jaehyun datang menghampirinya dan berharap agar mereka bisa kembali dekat.

Yahh, pria itu mungkin sudah sadar beberapa hari setelah dirinya memutuskan Yewon. Merasa sesuatu menghilang dari hatinya. Terlebih saat Yewon mulai menjauhinya.

"Yewon tak bisakah..."

"Jaehyun, adikku menyukaimu. Jika kau hanya akan mempermainkannya sama sepertiku, lebih baik jangan dekati adikku lagi."

Yewon kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Jaehyun. Membiarkan pria itu semakin merasa bersalah karna penyesalannya sendiri. Bukan Yewon tidak ingin kembali berteman, hanya saja ia tidak ingin kembali mengulang kesakitan yang sama. Mengingat ia sendiri masih menyimpan perasaan pada pria itu.

Jennie dan Yeri segera berlari saat melihat Yewon berjalan di koridor sekolah. Kakak beradik itu di buat kalang kabut saat tak mendapati Yewon di rumah. Ibu mereka mengatakan jika Yewon berangkat lebih dulu karna harus mengunjungi makam Jessica.

HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang