Yewon menatap pantulan dirinya di cermin. Ia meringis melihat perubahan yang begitu mencolok pada penampilannya. Semua aksesoris sekolahnya tampak baru. Itu semua Taeyeon yang menyiapkan. Sebenarnya Yewon tidak menginginkan seragam, sepatu, juga tas sekolahnya yang serba baru. Miliknya masih layak untuk di gunakan. Tapi lagi-lagi ia hanya bisa pasrah karna Taeyeon mengganti barang-barang lamanya dengan yang baru.
Perbedaan antara dirinya yang dulu dengan sekarang. Sekali lagi ia adalah seorang Kim. Bukan lagi Jung Yewon yang sederhana. Ia menatap name tag yang masih terletak di atas meja belajarnya.
Kim Yewon.
Menatap sejenak nama yang tertulis di sana. Gadis itu memilih menyimpan name tag itu di saku almamaternya. Pergerakannya terhenti saat matanya menangkap sebuah dompet yang ia taruh di atas nakas. Dompet seseorang yang tak sengaja jatuh. Yewon belum sempat mengembalikannya.
Langkah Yewon berhenti tepat di depan pintu kamar seseorang. Ia ragu, namun hatinya menyuruhnya untuk masuk. Tapi bagaimana jika ia mendapat penolakan? Yewon menarik nafas lalu kemudian ia hembuskan. Perlahan ia mengetuk pintu itu. Meyakinkan diri bahwa niatnya hanya untuk mengembalikan dompet itu pada pemiliknya.
"Masuk!"
Sahut suara dari dalam kamar.Perlahan Yewon membuka pintu. Di sana ia melihat kakak sulungnya sudah bersiap untuk pergi ke kampus. Dia terlihat sedang menata beberapa buku yang akan ia bawa. Kegiatan Yewon menatap Irene terhenti saat tatapan mata itu bertemu dengannya. Membuat Yewon yang tadinya tenang kini menjadi gugup. Wajah cantik kakak sulungnya terlihat dingin.
"Punya keberanian kemari?"
Yewon pikir diamnya Irene selama ini karna sudah menerima keberadaanya. Namun perkiraan Yewon salah, tatapan juga suaranya yang dingin membuatnya tak berani berkutik.
"M-maaf..." ucap Yewon seraya menunduk.
"Aku hanya ingin mengembalikan ini." tangan Yewon terulur memberikan dompet itu pada Irene.
"Kau menjatuhkannya saat kita tak sengaja bertabrakan."
Tanpa di sadari siapapun, Irene sedikit mengerutkan keningnya mendengar ucapan Yewon. Seolah bertanya 'kita pernah berjumpa sebelumnya?'
Irene menerima dompet itu dari tangan Yewon. Benda itu memang benar miliknya.
"Jangan lagi berani mendatangiku. Ingat, kita tak dekat seperti yang kau kira."
Setelah mengucapkan itu, Irene pergi lebih dulu meninggalkan Yewon.
.....
Hari-hari gadis bermata kucing itu terasa buruk. Sejak hadirnya anak Ayahnya bersama wanita lain membuatnya tak betah jika berdekatan dengan anak itu. Karna kehadirannya pula Jennie sangat sering mendapat omelan dari Ayah juga Ibunya. Semua hanya demi membela anak itu.
"Aku selesai." ucap Jennie kemudian bangkit dan bersiap berangkat.
"Jennie, Yewon akan berangkat bersamamu dan Yeri."
Mulut Jennie reflek terbuka mendengar ucapan Ayahnya. Apa-apaan ini? Dirinya harus berangkat dengan gadis itu. Baru saja ia ingin protes namun sang Ayah kembali mengancam akan menarik seluruh fasilitasnya. Dengan wajah memerah menahan emosi, Jennie melangkah lebih dulu keluar rumah.
"Emm Mom, aku akan naik bus saja."
Taeyeon langsung menggeleng cepat.
"Tidak tidak, transportasi umum bisa berbahaya untukmu. Lagipula kalian satu sekolah, jadi kau berangkat dengan mereka saja."Yeri terlihat bangkit dari duduknya. Ia berniat menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu keluar.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Yewon ikut berjalan keluar. Ia sempat melirik pada Irene yang terlihat tenang menikmati sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
FanfictionKebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikitpun. Namun sebuah kenyataan harus di telan. Tak ada yang sempurna, setiap kelebihan selalu ada kekur...