🎡 BIANGLALA 🎡
| 13. Cerita Cinta Najaka |
.
.
.
.
.Kata Bunda, keahlian gombal Najaka keturunan dari Ayah. Dulu Bunda jual mahal. Supaya tahu seberapa berjuangnya Ayah untuk mendapatkan Bunda. Nggak ada cinta segitiga diantara Bunda dan Ayah dulu. Cuma Bunda hanya ingin melihat sebesar apa keseriusan Ayah padanya.
Bukan mobil mewah atau rumah bertingkat. Bukan gaun anggun atau uang berlimpah. Hati Bunda ditakluknya hanya dengan satu kalimat ajaib dari Ayah saat itu, "Tuhan menciptakan aku untuk melanjutkan tugas orang tuamu, menjaga anak semata wayangnya."
Saat itu, dengan Ayah yang memakai baju cokelat khas polisi, Bunda dilemahkan hatinya. Sepertinya gelar polisi teromantis sangat tepat dinobatkan untuk ayah.
"Aku menikahi kamu untuk menjadi teman hidupku, bukan menjadi pekerja di rumahku." Ini kata-kata Ayah setiap malam setelah Bunda selesai melipat kain yang baru diangkat dari jemuran.
Sama halnya dengan Najaka. Rendra bilang, tidak mungkin ada wanita yang tidak bahagia jika mendapatkan Najaka. Memang benar, Najaka itu mulutnya semanis madu. Mukanya juga mendukung. Tidak ada satu pun perempuan yang tidak tersipu malu jika terkena puji rayu Najaka.
"Kamu cantik."
Itu adalah kata-kata yang Najaka katakan kepada setiap perempuan baik yang ditemuinya. Katanya, perempuan itu terlahir cantik, mereka semua berhak dipuji.
Lucunya, tidak ada satu pun yang nyangkut. Maksudnya, Najaka tidak pendapat satu pun perempuan yang bisa dia jadikan kekasih.
"Aku puji dia cantik bukan berarti aku suka sama dia." Begini katanya jika ada perempuan yang menyukainya namun dirinya tidak sebaliknya.
"Perasaan itu nggak bisa dipaksa. Kalau dia nggak suka aku, aku nggak bisa maksa." Begini pula saat cintanya ditolak oleh perempuan yang dia sangka akan menjadi miliknya.
Biasanya, Najaka adalah pria paling berani jika membahas soal menyatakan perasaan. Dia akan berjalan maju dengan langkah tegap percaya diri untuk hanya sekedar berkata, "Aku suka kamu, mau jadi pacarku?" Diterima atau tidak itu urusan belakang. Yang penting gas aja dulu.
Tapi untuk kali ini berbeda. Entah kenapa kakinya lemas, mulutnya kelu, tubuhnya dingin, juga mukanya tersipu malu. Padahal Zinia hanya kebetulan jalan melewati kelasnya. Itu saja sudah membuat Naja hampir pingsan.
Hanya Zinia yang tidak pernah dia puji cantik. Bukan tidak mau, tapi tidak berani. Dia takut jantungnya keluar dari tempat hanya karena melihat muka Zinia.
Yang Naja tahu, namanya Zinia. Tidak tahu panjangnya apa. Kelas XI IPA 3. Rambut kuncir kuda. Pak kaca mata yang gagangnya warna maroon. Sering pakai earphone. Satu lagi, badas.
Naja tahu Zinia waktu pesantren kilat bulan puasa setahun lalu. Saat itu Naja tidak henti-henti memuji Tuhan karena telah menciptakan perempuan semengagumkan Zinia.
Ternyata menyimpan rasa itu sakit banget. Padahal rasa ingin memiliknya itu tinggi, tapi Naja nggak mampu buat menyatakan. Takut ditolak, padahal selama ini Naja tidak pernah takut ditolak.
Inilah alasan Naja semakin lama menjomlo.
"Makhluk bernama Jaka, dimohonkan datang ke ruang guru untuk menemui Pak Kipli."
Memang ketua kelas koplak bernama Baim itu sangat mengganggu. "Terimakasih Pak Ketua Baim. Siap laksanakan!" Balas Najaka dengan sikap hormat.
Niatnya mau ke ruang guru sekalian pantengin Zinia. Tapi ternyata gadis itu sudah menghilang sejak Naja keluar kelas. Lantas bahunya turun, kecewa. Padahal berjalan di belakang Zinia saja sudah cukup membuat hatinya bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANGLALA ✔
Ficção Adolescente#Brothership #NCTDream #00line ❗HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Bianglala membawa kita berempat berputar. Memberi kita kesempatan melihat setiap sisi dunia. Memperlihatkan bahwa semesta selalu punya rahasia." Najaka tahu tak selamanya mereka berempat...