15. Kebenaran Leon Adiguna

1.3K 241 70
                                    

🎡 BIANGLALA 🎡
| 15. Kebenaran Leon Adiguna |
.
.
.
.
.

Setelah kasih setoran sepuluh ribu ke Ayah karena keceplosan ngomong pakai gue, malamnya Naja barblas nggak bisa tidur. Di langit-langit kamarnya penuh dengan muka Zinia yang lagi senyum.

Walaupun berharap dijawab cepat, tapi Najaka tidak pernah membayangkan akan dijawab secepat ini. Seumur-umur baru ini dia jatuh cinta. Rasanya seperti ada yang masuk ke ulu hatinya. Pantas dulu Kak Jean kayak orang gila waktu kesemsem sama Niyara. Ternyata rasanya begini, sulit diungkapkan.

"Iya, aku mau."

Cuma kata-kata seperti itu saja mampu membuat Najaka jungkir balik kayang guling-guling. Bahkan Bang Hema sudah hampir manggil ustad karena Naja yang nggak berhenti teriak. Mas Ren sampai bacain ayat kursi sambil pegang kening Naja saking takutnya.

Malam itu benar-benar gila.

Kegilaan Naja tadi malam berbanding terbalik dengan hari ini. Karena ini adalah kali pertama Naja dan Zinia bertemu sebagai sepasang kekasih, jadi para tuyul yang lain memberikan waktu untuk mereka berdua. Di meja paling sudut yang ada di kantin, rasanya Naja sudah tidak tahan ingin pipis saat duduk berhadapan dengan Zinia. Sudah lima belas menit berlalu, tetapi tidak ada yang membuka suara. Bahkan sampai es jeruk milik Naja habis, mereka masih bungkam.

"Jadi sekarang kita pacaran?" Naja memberanikan diri setelah meneguk salivanya.

Zinia mengangguk. Tidak ada tanggapan kemudian. Hening kembali menemani. Padahal kantin dalam keadaan luar biasa ribut.

"Caranya pacaran gimana?"

Lagi, Zinia menjawab dengan gelengan, tanpa satu kata atau setidaknya deheman.

"Aku baru pertama kali pacaran, nggak ngerti harus gimana."

"Aku juga."

Entah sudah berapa kali Naja menghela napas sembari berdecak. Benar kata Bang Hema dan Kak Jean, mau nembak cewek itu harus ada pendekatan. Kalau begini jadinya mau gimana lagi. Mereka seperti tidak saling kenal. Bukannya sepasang kekasih, malah mirip rival.

"WOY JAKA!" Naja reflek menoleh entah pada siapa. Suaranya kedengaran jauh namun bisa sampai tepat di telinganya.

Sesaat, entah ada gerangan apa, seluruh siswa yang ada di kantin berebut keluar. Meninggalkan acara makan siang yang paling nikmat. Mereka berbondong-bodong keluar dari pintu kantin yang tak terlalu besar.

"WOY JAKA! SI JEAN BAKU HANTAM!!"

Kali ini suaranya berbeda, namun juga entah dari siapa dan dari arah mana asalnya. Suaranya juga teredam hebohnya siswa yang masih berebut keluar kantin.

"Jak, Jean berantem di toilet lantai dua." Seseorang dari kelas Naja menghampiri. Bertumpu tangan pada sebelah bahu Naja sambil mengontrol napas.

"Sama siapa?"

"Sama siapa lagi kalau bukan Leon."

Naja menepuk bahu temannya itu dua kali sebagai tanda terimakasih karena sudah diberi tahu. Kemudian dengan langkah cepat dia bergerak menuju tempat yang disebutkan.

"Naja!"

Tepat sebelum kakinya menginjak anak tangga pertama, Zinia memanggil namanya. Dia lupa akan kehadiran Zinia, sumpah demi apapun dia lupa.

Naja lantas berbalik, menghadap ke arah Zinia yang tingginya tidak berbeda jauh dengannya. Matanya berkaca-kaca, level lain dari definisi cantik seorang Zinia.

BIANGLALA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang