21. Nasi Goreng Buatan Ayah

1.2K 202 4
                                    

🎡 BIANGLALA 🎡
| 21. Nasi Goreng Buatan Ayah |
.
.
.
.
.

Empat remaja itu duduk terpelongo di ruang makan. Terheran-heran sebab pemandangan di depan sana sungguh menimbulkan banyak pertanyaan. Tapi alih-alih langsung bertanya, Rendra, Jean, Hema dan Naja justru hanya diam. Lewat tatapan mata mereka saling kebingungan. Alis Jean sudah berkali-kali naik turun mengajukan pertanyaan yang lagi-lagi dibalas gelengan dari tiga saudaranya.

Di hadapan mereka, tepat di depan meja kompor, Ayah terlihat fokus menumis sesuatu. Tidak terlihat jelas karena tertutup bidang Ayah yang kelewat lebar dan tegap. Di sampingnya ada Bunda yang sibuk memberi instruksi apa-apa saja yang akan dimasukkan selanjutnya ke dalam kuali. Lucunya, bukannya antusias dengan masakan Ayah, anak-anak itu justru menatap miris pada kuali dan segala isinya.

"Itu Ayah beneran masak?" Yang bungsu mulai berbisik pada si sulung yang duduk tepat di sampingnya.

Si sulung ragu-ragu menjawab, "Iya kayaknya, Na. Kok aneh, ya?"

Bukannya apa-apa, tapi terakhir kali Ayah masak tempe goreng, nggak ada satupun yang bisa dimakan dan berakhir jadi makanan ayam tetangga.

"Nggak enak perasaan gue ni." Jean mengusap-usap dadanya khawatir. Sedangkan Hema hanya bisa menatap sambil meringis.

Lima menit setelah itu Ayah mendekati meja makan dengan semangkuk besar nasi goreng di tangan. Senyumnya lebih cerah dari matahari Jumat pagi kala itu.

Menutupi kekhawatiran sebab warna nasi goreng Ayah memprihatinkan, Hema bertanya, "Ayah nggak kerja?"

"Ayah ambil cuti Jumat sama Sabtu," Alih-alih Ayah, Bunda menjawab sembari menuang susu ke dalam empat gelas yang berjajar.

"Loh? Kenapa?"

"Memangnya nggak mau main-main sama Ayah?" Kali ini Ayah sudah duduk di tempatnya. "Sekarang coba makan."

Empat anak remaja itu saling melempar tatap, tak yakin dengan nasi goreng di depan. Namun, dengan kekuatan dan ketegaran hati, setelah menatap mata Ayah yang menatap menunggu harap, mereka memberanikan diri.

Satu suapan berhasil masuk. Di depan Rendra, mata penuh binar milik Ayah menunggu komentar. Tak mendapat jawaban apa-apa dari Rendra, lantas bahu Ayah luruh, putus asa.

"ENAK!!" Teriakkan dari sebelah kanan membuat Ayah langsung menegaggakkan badan.

"Beneran enak, Dek?" Pada Naja Ayah bertanya, memastikan bahwa nasi goreng buatannya benar-benar berhasil. Pasalnya anak itu kembali menyuap dua sendok penuh ke dalam mulutnya. Menikmati setiap rasanya yang beradu di dalam sana.

Sebab kembali tak mendapat kepastian, Ayah beralih tatap pada Bunda yang menggeleng tak paham, lalu pada Hema yang menatap nasi goreng dan Ayah secara bergantian.

"Enak, Bang?"

"Ayah beneran masak ini?" Hema bertanya dengan muka terkejut bukan main.

"Kenapa? Nggak enak? Adek bohong, ya?"

"INI ENAK, YAH. BANGET!!"

Lantas ketika suara Jean menginterupsi pendengaran Ayah, Ayah langsung berdiri dan melompat kegirangan sambil memeluk Bunda. Sedangkan ketiga anaknya fokus memakan nasi goreng yang kelewat enak itu.

"Ayah pake resep apa? Kenapa bisa seenak ini?" Yang paling besar masih tak menyangka. Sebab hangusnya tempe terjadi tepat di depan matanya.

Bunda kemudian duduk dan mendekat pada Rendra, "Karena buatnya penuh cinta dan rasa bahagia."

BIANGLALA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang