🎡 BIANGLALA 🎡
| 17. Jalan Yang Pernah Dilalui |
.
.
.
.
.
.Jeano Ravien Norandi tidak mengerti apakah kenangannya bersama mama adalah kenangan yang baik atau buruk. Karena kenangan yang buruk sudah seharusnya dibuang. Lantas kenangan dari mama mau dia apakan?
Dia masih ingat di setiap pagi buta setelah shalat subuh, mama akan membawanya belanja bahan makanan di pasar tradisional untuk dimasak lalu dijual. Kalau mama punya uang lebih, wanita itu akan membelikannya bolu kukus atau kue pancung.
Cerita yang diciptakannya bersama mama adalah cerita paling indah dan klasik selama hidupnya. Mama Aluna itu orang baik, makanya sampai sekarang Jean tetap yakin wanita itu akan kembali. Walau tak membawanya ikut tinggal, setidaknya Mama Aluna datang untuk menyapa dan menanyakan kabar.
Dulu saat Papa ulang tahun, Mama pasti menyempatkan membeli hadiah. Yang Jean lihat biasanya baju, jam tangan atau ikat pinggang. Walau saat itu perangai papa jauh sekali dari kata baik, namun Mama tetap ikhlas memberi hadiah.
Di Jalan Kamboja yang punya bundaran jalan yang besar, ada pusat pembelanjaan pakaian dan aksesoris yang dulu sering dia jamahi bersama Mama. Dan melihat bagaimana tempat ini masih hidup seperti saat itu, membuat matanya memanas.
"A' Ivan suka apa, ya?"
Reflek Jean mengusap sudut matanya yang basah dengan ibu jari. "Emang dia minta apa?"
Di trotoar Jalan Kemboja yang penuh dengan para penjual kaki lima dan tak lupa pembelinya, Niyara berjalan beriringan tepat di sebelahnya. Menggenggam erat tangannya sampai tersalur hangat lembut sentuhannya. Persis genggaman mama pada tangannya dulu.
"Dia nggak bilang mau apa-apa, sih. Aku inisiatif beliin hadiah, soalnya setiap aku ulang tahun pasti dikasih hadiah sama dia."
Kata Niyara besok A' Ivan atau Arivan yang sering dipanggil Jean dengan sebutan Bang Papan akan ulang tahun. Jadi Niyara meminta Jean untuk membantunya memilih hadiah untuk kakaknya itu.
"Biasanya dia suka apa?"
"Dia suka gelang. Kamu tau nggak? Di kamarnya itu udah kayak museum gelang. Segala jenis gelang ada, kecuali gelang emas."
Hingga pada sebuah toko aksesoris yang terlihat lengkap, Jean menarik tangan Niyara. Membawanya pada deretan gelang berbagai jenis.
"Dia belum punya yang gimana ya?"
Jean menempuh dahinya, "Kira-kira aja, deh, mana yang belum dia punya."
Tidak ada niatan untuk membeli gelang juga. Tapi saat matanya tak sengaja menangkap bergantung-gantung kalung, entah kenapa perhatiannya tertarik. Letaknya tak jauh dari tempat gelang, tepat di sebelah meja susunan gelang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANGLALA ✔
Novela Juvenil#Brothership #NCTDream #00line ❗HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA "Bianglala membawa kita berempat berputar. Memberi kita kesempatan melihat setiap sisi dunia. Memperlihatkan bahwa semesta selalu punya rahasia." Najaka tahu tak selamanya mereka berempat...