18. Mama Kembali Atau Tidak?

1.2K 203 21
                                    

🎡 BIANGLALA 🎡
| 18. Mama Kembali Atau Tidak?|
.
.
.
.
.

“Nono itu anak Mama, bulannya Mama, bintangnya Mama, alam semestanya Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nono itu anak Mama, bulannya Mama, bintangnya Mama, alam semestanya Mama. Nono itu milik Mama seorang.”

🎡🎡

Tidak ada yang lebih damai dari jalanan sore di Kamboja. Tak ada yang lebih syahdu dari lagu lama yang diputar sepanjang Jalan Kamboja. Tidak ada yang lebih rindang dari pohon glodokan tiang yang menjulang di sepanjang trotoar.

Wanita itu sejenak melepas semua hal berbau kemewahan dari dirinya sejak dia kembali ke tanah air. Kembali bernostalgia pada belasan tahun lalu saat dirinya hanyalah wanita sederhana yang berjuang untuk bertahan pada ketidakadilan yang menghampiri.

Tunik hitam polosnya kontras dengan kulit putih bersih miliknya. Sepatu dengan hak tak terlalu tinggi membuat kakinya lebih terlihat jenjang. Mungkin usianya sudah mencapai kepala empat. Namun tak terlihat sedikitpun bahwa dia dalam masa menua.

"Hallo my dear Anne! Mau hadiah apa dari Mama?"

Dia menempelkan ponsel pintarnya di telinga. Bibirnya tertarik ke atas. Suara heboh di seberang sana menambah bahagianya hari ini.

"Cake! Dessert! Cheese cake, tiramisu, pavlova, apple pie! Terus ... martabak manis!"

Dia terkekeh, "Banyak banget, sanggup makannya?"

"Kan sama Mama."

"Oke. Tunggu Mama, ya!"

Aluna selalu hafal dengan Jeanne. Gadis kecilnya yang suka balet dan makanan manis. Selain ingin bernostalgia, Aluna mengunjungi Kamboja karena dia sudah menebak anak perempuannya itu akan meminta apa. Dia sangat ingat ada toko kue di sini yang menjual berbagai macam kue dari berbagai negara.

Sengaja dia suruh sopirnya untuk menunggu di ujung jalan dekat persimpangan lampu merah agar dirinya bisa leluasa menelusuri Kamboja. Tidak ada yang berubah dari kawasan Kamboja yang sibuk. Hingar-bingar interaksi antara penjual dan pembeli tak pernah mati bahkan sampai malam nanti.

Dia berhenti tepat saat matanya menangkap tukang sol sepatu yang dulu menjadi tempat langganannya untuk memperbaiki sepatu. Bapak tua dengan janggut yang sudah putih itu masih terlihat kuat saat menjahit tapak sepatu di tangannya.

Jalannya dia lanjut. Hingga pada toko kue tujuannya, dia berhenti. Tersenyum sebentar lantas masuk tanpa berpikir panjang.

Hal pertama yang mengunci perhatiannya adalah sepotong rainbow cake dengan ceri di atasnya. Ada cerita tentang kue warna-warni itu. Senyum kembali tersungging di bibirnya. Matanya lantas menciptakan kaca-kaca rapuh yang kapan saja bisa pecah.

BIANGLALA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang