#007

788 328 486
                                    

Warning⚠️⚠️
Bijaklah dalam berkomentar sayang ♥️

Dengan memberi vote cerita ini, kalian sudah menghargai karya author, Big Thanks 💐
___________________________________________

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Seperti biasa, saat berjalan menelusuri lorong koridor sekolah, Raga selalu mendapat teriakan histeris dari para kalangan hawa. Mata indahnya itu enggan untuk menanggapi pemandangan di sekitarnya. Ia lebih memilih acuh dan fokus berjalan ke tempat tujuan daripada harus tebar pesona kesana kemari. Lagi pula tebar pesona itu tidak pernah ada di dalam kamus seorang Raga.

Langkah kaki Raga terus menuntunnya untuk menelusuri setiap detail lorong sekolah. Hingga akhirnya, langkah kaki tersebut terhenti tepat di depan kantin yang sudah dipenuhi oleh berbagai jenis manusia. Tetapi, matanya yang tajam berhasil menangkap wajah cantik dari seorang Nacha.

'Bisa-bisanya seragam kebanggaan gue ga dibalikin! awas aja kalau tuh baju sampe di kiloin!' -batin Raga.

Perlahan, Raga pun kembali melangkahkan kaki untuk memasuki lebih dalam area kantin, menuju segerombolan orang-orang payah pada meja diujung sana. Yang memang sudah menunggunya sejak tadi.

~•~•~

"Astaga!" teriak Nara sontak membuat Nacha yang tengah menikmati siomay Mang Ujang sambil melamun terlonjak.

"Ada apa si, Ra?" tanya Nacha seraya mengikuti arah pandang gadis itu.

Rupanya pandangan Nara tertuju pada sekumpulan cowo dengan berbagai variasi tampang. Mulai dari yang berwajah pas-pasan sampai yang gantengnya kelewatan. Tidak, Nara berteriak bukan karena kagum lantaran melihat banyak cowo berparas menawan. Tetapi, tatapannya justru terlihat penuh kekesalan pada sekelompok manusia diujung sana dan entah siapa yang menjadi objek utama dalam kekesalan Nara.

"Tunggu bentar, i'll be back in five minutes," ucap Nara kepada Nacha, lalu dengan segera ia berjalan menjauhi meja tempat dimana ia beristirahat.

"Oke."

Sebelumnya Nacha sudah menduga bahwa Nara akan menghampiri meja diujung sana, bukan hanya most wanted yang berada dalam kumpulan para cowo berseragam osis tersebut. Namun, ada juga beberapa kakak tingkat yang bergabung.

Dari kursi yang sedang Nacha duduki, ia melihat Nara tengah beradu mulut dengan salah satu cowo tidak berdasi disana. Tapi, anehnya tidak ada yang menahan Nara saat mengumpat tidak jelas dihadapan pria itu. Mereka diam dan membiarkan laki-laki tidak berdasi tersebut dimaki.

'Mungkin aja si cowo itu pacar Nara.' -batin Nacha.

Semua perdebatan itu tidak berlangsung lama, lima menit lebih dua detik Nara kembali dengan bibir yang terus berdecak,
"Sumpah ih, kesel banget sama tuh orang!"

"Ada apa? lagi berantem sama doi?" tanya Nacha.

"Aduuh, yang bener aja kali Cha dia doi gue. Dia itu abang gue Nacha...," pungkasnya. Mendengar pengakuan tersebut membuat bibir Nacha seketika membulat dengan sempurna.

"Oiya! gue lupa belum cerita tentang suatu hal sama lo. Karena, selain dari most wanted yang hukumnya wajib pake banget lo tau di sekolah ini, itu abang gue Zargas Adikesuma," ucap Nara.

Raga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang