#019

352 99 232
                                    

Warning⚠️⚠️
Siap vote dan ramein kolom komentar??
Gass,ngeengg🛵🛵

Selamat membaca!
-
-
-
🌵

Hujan terus-menerus menghantam apapun yang berada di bawahnya. Entah, bebatuan, tanaman, tanah, hewan, bahkan manusia sekalipun.

Kedatangan hujan bukan serta merta membawa bencana, hujan datang untuk siapa saja yang mampu menerimanya dengan syukur.

Seperti dua orang manusia yang sedang saling bersama, pun ada diatas motor yang sama. Menikmati setiap rintikan hujan yang menjamak tubuh keduanya.

Tidak ada sepatah kata penghancur dinding keheningan, mereka sama-sama saling terhanyut oleh derasnya suara hujan.

Nacha yang kala itu mengenakan mantel milik Nevan, tentu saja menjadi pusat perhatian siapapun yang berpapasan.

Pasalnya, Nacha seperti tidak adil membiarkan Nevan harus basah kuyup tanpa adanya tameng pelindung. Sedangkan, dirinya tampak egois karena punya dua pelindung sekaligus yaitu punggung Nevan juga mantel milik nya.

Sesaat ada rasa iba yang menjalari hati Nacha. Nevan pasti merasa kedinginan dan menggigil, kondisi tubuhnya yang basah seperti ini akan rentan diserang sakit meler, batuk atau demam nanti.

"Van, baiknya kita berteduh dulu," kata Nacha setengah berteriak. Ia tahu, suaranya takan bisa menandingi hujan.

Berselang lima detik kemudian, Nevan menghentikan motornya tepat di depan sebuah ruko yang terlihat tidak beroperasi alias tutup.

Nacha memandang tertegun wajah Nevan, melihat lekuk hidung dan bibir Nevan, menyaksikan bagaimana rambut hitam pekat milik Nevan yang basah terkena hujan ia kibaskan. Laki-laki itu memberikan helm fullface nya pada Nacha, rela membiarkan hujan berkuasa penuh atas dirinya.

Terlalu lama memandang, membuat gelenyar aneh mendesir di tubuh Nacha. Hingga, rasa itu teralihkan oleh tatapan kilat Nevan yang menyambar refleks pada dirinya.

"Ekhem" Nacha sengaja berdehem, lalu secepat mungkin segera mengalihkan perhatiannya pada objek lain. Sungguh, ia merutuki aksi bodohnya yang kepergok.

Nevan terkekeh seketika menyadari akan hal konyol yang Nacha buat. "Awas nanti bintitan kalo liatin gue sembunyi-sembunyi gitu," ledek Nevan.

Sialan malu banget!

"Dih, geer!" ketus Nacha, setelahnya ia menjauh selangkah dari Nevan. Tidak bisa dipungkiri kalau Nacha menghindar agar wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus tidak terlihat oleh Nevan.

Setelah berdetik-detik keheningan dilewati, akhirnya Nacha menyuara. Tersebab, dirinya tidak tahan harus bersikap acuh saat kondisi Nevan terbilang cukup mengkhawatirkan sekarang.

"Van, jaket lo masih ada kan?"

Ke empat mata itu saling memandang satu sama lain. Nacha yang meminta kejelasan, sedangkan Nevan menampilkan gelagat bingung di wajahnya.

"Lo ngga bisa terus-terusan nunggu hujan reda apalagi pake pakaian yang basah kaya gini."

"Ngga lucu kalo besoknya lo absen sakit gara-gara insiden hujan-hujanan hari ini."

Nevan menyipitkan matanya, ini pertama kali Nevan merasa bahwa dirinya dianggap ada dan dipedulikan oleh Nacha.

"Sekarang, mending seragam yang basah cepet-cepet diganti sama jaket yang lo bawa."

Ocehan Nacha secara sadar membuat terbit seulas senyum pada bibir Nevan. Merekah dengan indahnya, apalagi turut diiringi oleh lesung di kedua pipi milik Nevan. "Kalo gue ngga mau?"

Raga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang