#027

258 74 276
                                    

Siap vote dan ramein kolom komentar??
Gass,ngeengg🛵🛵

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Inginmu adalah
salah satu bagian dari bahagiaku.
Bersamamu sebentar,
sudah cukup membahagiakan.

Meski kadang hati berharap lebih,
tetap saja ku tekankan
nanti dulu, belum saatnya.

[Tertanda, Raga]

•••

"Biar gue yang nganter Nacha." Begitulah ucapan percaya diri seorang Raga.

Tanpa mau keputusannya di sela, Raga segera menuju kuda besinya. Mengambil helm fullface lalu kembali ke arah Nacha yang masih bergeming.

"Pake helm." Laki-laki itu memakaikan pelindung kepalanya pada Nacha.

Kemudian, menarik pergelangan Nacha pelan sambil berkata pada Zargas. "Bang, lo aja yang beli pesenan anak-anak, gue cabut!" serunya tanpa beban.

Zargas termenung sesaat, setelahnya menyeru."It's okay! Be carefull, bro!!" pekik Zargas menyetujui.

"JANGAN SAMPE LECET! AWAS AJA KALO SAMPE TEMEN GUE LECET!! GUE LECETIN BALIK MUKA LO!" raung Nara yang langsung mendapat respon jempol dari Raga.

Nacha menaiki jok belakang motor Raga. Sebelum itu, ia sempat memperhatikan Raga saat mengambil helm dari motor lain yang terparkir di samping motornya sembari membatin.

Dia ngasih helm punya sendiri untuk gue. Sedangkan, dia pake helm orang lain?

"Gue suka kenceng naik motornya. Lo bisa kejungkal kalo gue lagi tancap gas mendadak."

"Kalo gitu gue boleh pegangan ujung saku jaket lo?"

Raga hanya terkekeh lalu berkata.
"Nggak nanggung gitu juga pegangannya," ucapan Raga terjeda. "Siniin, gini." Secara tidak terduga, kedua tangan Nacha ditarik, dituntun dengan lembutnya hingga melingkarkan sebuah pelukan sempurna tepat di perut Raga.

"Nah, gini kan enak. Bisa jadi sabuk pengaman buat gue juga kan?"

Ah, bajingan. Gue sendiri yang mancing, gue sendiri yang kena serangan jantung!

Raga gusar, ingin sekali meremas dadanya yang mendadak berdegup kencang.

Sedangkan Nacha hanya mampu terdiam, sambil mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas. Tak lama setelah Raga mengatakan hal itu, motornya melaju dengan normal.

Benar-benar berbeda seperti yang laki-laki itu ucapkan sebelumnya 'Gue suka kenceng naik motornya.'

Dasar Raga!

Gemerlap lampu jalan jakarta begitu indahnya tersorot, memberikan penerangan pada beberapa titik. Semburat sinar bulan juga tak kalah cantiknya malam itu.

Sebenarnya tadi Zargas agak terkejut, mendengar pernyataan Raga yang ingin mengantar Nacha pulang. Pasalnya, Zargas tau Raga sudah lama tidak pernah membiarkan jok belakang motornya di isi oleh wanita selain bundanya sendiri.

Zargas juga tau kalau Raga bukan tipikal laki-laki yang mudah jatuh cinta. Bukan tipe laki-laki yang suka memberi janji manis ataupun laki-laki yang suka tebar pesona.

Itulah sebabnya, Zargas sempat menyerahkan diri untuk mengantar Nacha pulang. Karena, Zargas pikir Raga tidak akan mau diberi perintah hal semacam itu. Dan, ternyata dugaan pimpinan tempur Adhistama itu salah total.

Raga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang