#031

229 53 221
                                    

Cek mulmed guys^^
kalo lagunya ngeganggu skip aja yaa🙌

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Kemarin kita masih sempat bercengkerama. Tetapi sekarang, kamu sudah menjadi miliknya.
[Tertanda, Raga]

•••

Lima belas menit setelah sarapan usai, Raga berpamitan pada Bunda. Segera ia mengemudikan motor melewati jalanan yang belum terlalu ramai.

Sesekali Raga melirik langit berwarna biru muda, mendapati beberapa burung terbang diatas sana. Pemandangan yang sepertinya sering laki-laki itu lewatkan.

Dari balik helm fullface lirih Raga menyanyi potongan lagu 'It Will Rain' yang dipopulerkan oleh Bruno Mars, "If you ever leave me, baby. Leave some morphine at my door. 'Cause it would take a whole lot of medication." Raga mendongak, tampak timer lampu merah masih lama.

Raga kembali memperhatikan ke depan. Seraya membuka kaca helm, pemandangan di hadapannya terlihat biasa. Hamparan jalan kosong yang tidak menarik.

"Permisi ...." Sesosok bocah menyodorkan gelas air mineral kosong ke arah Raga. Tergores luka sepanjang satu centi di pipi polos bocah itu. Pakaian lusuh membungkus tubuh mungilnya. Sempat terlintas dipikiran Raga, pagi-pagi banget udah stand by.

Detik berikutnya, Raga tersenyum saat melihat bocah kecil itu menarik kembali ingus yang hampir keluar dari hidungnya. Refleks Raga mengeluarkan dua lembar uang ratusan ribu dari dompet, "Jangan di taruh di wadah ini. Ada sakunya kan?" tanya Raga seraya mengecek saku di celana bocah itu.

"Abang taruh sini ya, aman kok nggak bolong," sambung Raga lalu mengacak-acak rambut bocah itu penuh sayang.

Si bocah mengangguk, "Terima kasih banyak, Bang ganteng!" seru bocah itu antusias.

Raga tertawa pelan, ekspresi wajahnya seolah berkata, apa semua first impression orang itu selalu sama?

Cowok itu menggeleng, mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Dek, sebentar!" panggil Raga, si bocah kembali mendekat.

"Kenapa, Bang?"

"Di makan, sarapan dulu." Seraya menyodorkan kotak bekal makannya. Pagi tadi Raga menolak untuk sarapan bersama sebelum berangkat. Oleh karena itu, Salma menyiapkan dengan cinta dan membawakannya untuk Raga. Meski pada akhirnya bekal itu tetap tidak mendarat di perut Raga dengan selamat.

Bunda nggak akan marah kalo liat ini.

"Alhamdulilah, terima kasih bang!" kata si bocah penuh keceriaan. Asal kalian tau pemandangan seperti ini adalah pemandangan terindah menurut Raga. Raga pernah menekankan pada dirinya sendiri, 'Berbagi nggak akan bikin lo miskin.'

"Sama-sama anak hebat. Sekalian pipinya diobatin," ucap Raga setelah sebelumnya ia merogoh saku seragam dan ternyata mendapatkan plester, kebetulan yang baik untuk si bocah.

Lampu hijau menyala, iringan kendaraan bergerak maju.

Lima belas menit kemudian tiba di gerbang sekolah, Raga segera memarkirkan motor di dalam. Sesekali melirik ke arah arloji di pergelangan tangan kiri. Pukul 6.10 pagi. Bel masuk masih sangat lama.

"Kapan lagi gue nikmatin Adhistama pas lagi sepi-sepi nya gini" Raga bergegas menuju kelas, menaiki anak tangga. Sayangnya, Raga bertabrakan dengan seseorang yang sebaliknya hendak turun.

"Lihat-lihat dong!" Raga berseru ketus.

"M-maaf." Orang itu mencoba membungkukkan badan, atensinya enggan menatap Raga. Setelah insiden dihajar habis-habisan saat melancarkan aksi mengintip siswi IPA 1. Oman benar-benar takut setengah mati pada Raga.

Raga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang