#034

217 48 91
                                    

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

Lorong dan anak tangga di penuhi oleh mereka yang baru saja keluar kelas, hendak pulang menuju gerbang utama. Suara mereka bagaikan suporter pertandingan bola di lapangan. Nacha jalan bersebelahan dengan Nevan, sementara teman-temannya ada di belakang. Tatapan tajam tidak henti-hentinya di cuatkan untuk Nacha, bahkan sesekali sedikit menyikut gadis itu.

Nacha acuh, ia biasa saja.

"Nanti sore, aku jemput. Ada tempat favorit yang mau aku tunjukin." Nevan berkata pelan, lalu beberapa detik kemudian ia mendekatkan bibirnya di telinga Nacha. "Sekalian, ngedate," katanya.

Nacha mendongak, tersenyum tipis. "Okey," jawab Nacha pendek.

Tiba-tiba Nara muncul yang semula berjalan beriringan dengan Raga, Dito, Jalu di belakang. Sekarang ia justru memisahkan jarak antara Nacha dan Nevan. Memperlihatkan wajah gemasnya, seraya menggandeng lengan Nacha. "Guys, sorry gue tau kalian mau pacaran. Tapi, boleh ikut nggak?"

Nevan langsung melipat kening, sementara Dito yang mendengar langsung menarik bahu Nara pelan. "Ikut ngapain, jomblo?"

"Yang bener aja lo, Ra. Dikata mereka mau ke kebun binatang bawain bocil?" Jalu ikut menimpal.

Nara mengerucutkan bibir. "Ya sorry, gue cuma bosen aja di rumah. Biasa aja kali, lagian emang salah satu dari kalian mau nemenin gue jalan? Enggak 'kan?"

Lagi-lagi Dito menarik bahu Nara pelan, lalu menurunkan tangannya hingga merapatkan jemari diantara keduanya. "Sama gue, titik!"

Nara tercengang, begitupun yang lain. "Gue jemput lo nanti sore jam tiga!" tambah Dito. Lantas Dito segera mendahului yang lain, termasuk melepas tangan Nara sebelum pergi.

"Eh! Buaya, tungguin!!" Nara meneriaki Dito. Kerumunan anak yang hendak menuruni anak tangga membuat jalannya terhambat.

Jalu menggeleng, menepuk bahu Raga sambil berkata, "Daripada kita nggak ada acara. Gimana kalo ke club bertarung, Ga?"

Raga mengangkat alisnya, menunjukkan deretan gigi sumringah, lalu menyeru segera. "Cool! Setuju!"

Raga berpikir peran pembantu akan dibutuhkan saat nanti pemeran utama tidak berdiri di tempat yang seharusnya. Selama pemeran utama bersikap baik pada wanitanya, itu tidak menjadi masalah. Yang jadi masalah adalah segala harapan yang laki-laki itu punya.

Raga berjalan di belakang Nacha, sesekali melirik Nevan dan Jalu. Lalu kemudian membantin.

Mereka nggak akan paham, karena mereka nggak tahu-menahu. Bahwasanya tali nadi yang gue punya telah dijadikan tali untuk simpulkan nama 'Nacha.'

🍂

Pukul lima sore.

Seorang gadis mengenakan setelan baju berwarna ungu soft, ia mengucir rambut panjangnya dengan asal sehingga meninggalkan beberapa helai rambut di kedua sisi wajahnya.

Nacha sedang memesan brownies cokelat kesukaan. Namun, Nevan meminta si pacar untuk diam sambil memberi instruksi agar Nacha sedikit tersenyum, lantas segera memotret gadisnya dengan kamera ponsel.

Nevan tersenyum, memperlihatkan hasilnya pada Nacha. "Cakep bener pacar gue," gumam Nevan menggoda. Sementara Nacha hanya merespons dengan satu simpul senyum malu.

Setelah memesan minuman dan makanan, keduanya segera duduk di salah satu meja kafe yang berada di pojok. Nevan sering mengunjungi kafe itu bersama teman-teman lainnya. Namun, untuk sekarang mereka jarang. Padahal kafe ini adalah salah satu tempat kesukaan Nevan.

Raga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang