#009

679 266 400
                                    

Warning⚠️⚠️
Bijaklah dalam berkomentar sayang♥️

Dengan kalian vote cerita ini, berarti kalian sudah menghargai karya author, Big Thanks💐
___________________________________________

Selamat Membaca!
-
-
-
🌵

"Ga .... "

"Hmm?"

"Bagi sebat lo dong,"

Raga merogoh saku seragamnya, diambilnya bungkus yang berisi beberapa batang rokok, lalu memberikan sebatang rokok tersebut pada Jalu. Tidak lupa ia juga mengambil sebatang rokok untuk dirinya sendiri. Sisanya ia lempar sembarang pada balok panjang yang berada di depannya.

Sekarang dua manusia berjenis kelamin laki-laki ini tidak lagi berada di SMA Adhistama untuk menyelesaikan hukuman. Sudah sekitar tiga jam lalu hukuman kebersihan tersebut selesai. Beralih dari Adhistama ke tongkrongan yang biasa disebut dengan 'Back to the Hell'

Sayang, kini tongkrongan yang disebut back to the hell tersebut justru masih sepi dari para jagoan Adhistama. Tidak mengherankan, karena biasanya para kunyuk Adhistama akan tiba pada jam-jam rawan keluyuran sekitar pukul sepuluh malam ke atas. Sedangkan, sekarang masih menunjukkan pukul 8 malam. Masih terlalu sore bila harus kumpul-kumpul.

"Eh, Jal?" panggil Raga membuat Jalu yang sedang menikmati rokoknya kontan menoleh.

Jalu menatap datar wajah temannya, lalu berkata, "Apa?"

"Mau dukung ide gue ngga?" tanya Raga sambil menyelipkan sebatang rokok ke mulutnya lalu menyungut ujung benda bodoh itu dengan korek, menyesapnya dan sesekali menghembuskan asapnya ke udara.

"Apa dulu idenya?" seperti tidak ingin setuju begitu saja, Jalu bertanya akan ide yang mengharuskannya untuk mendukung.

Raga membenarkan posisi duduknya, yang semula punggunya bersandar pada tembok kini berubah menjadi posisi lengannya yang bersandar pada tembok.

"Gini ... Bokap lo, Pak Santo kan ketua RT?" tanya Raga seakan mau menganakpinakkan kalimatnya.

Pertanyaan Raga tentu mendapat respon tatapan mengintimidasi dari Jalu seraya menyeru, "Wait!"

Mata Jalu memicing curiga, "Jangan bilang! lo mau minta bapak gue buat tanda tanganin surat pernyataan lo yang ngga guna itu!" ucap Jalu yakin seratus persen.

Menyaksikan gelagat kurang santai temannya sontak membuat Raga memekik, "Santai, bro!"

"Santai, ginjal lo! mana ada gue dukung tuh ide sialan!" ketus Jalu.

"It's okay, berarti gue terpaksa harus palsuin tanda tangan," kata Raga pasrah, setelahnya ia kembali menghembuskan asap rokok hingga membuat asap tersebut mengepul di udara.

"Hah! Gila, lo mau ngibulin Pak Sigit?! berdosa Ga!" komentar Jalu memperingati.

"Terus gimana lagi? gue kan niatnya jujur, minta bantuan lo karena bokap lo ketua RT," kata Raga mencoba berkata apa adanya.

"Kenapa harus bokap gue, kenapa bukan RT lo aja!"

"Kalo gue punya temen anak RT, ngapain gue harus jauh-jauh jalan kaki ke rumah Pak RT cuma buat minta tanda tangan! mending nulis, kasih ke lo, kelar!"

"Waah! Kalo ada cara gampang ngapain cari yang susah! emang kampret lo Ga," kata Jalu.

"But, I have another idea," lanjutnya saat beberapa detik lalu ia sempat terdiam. Kali ini raut wajahnya menunjukkan ke antusiasan.

Raga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang