Bagian 1

226K 3.9K 370
                                    

Author POV

Aurora Myesha Atmaja, ialah gadis berambut hitam panjang bergelombang yang memiliki sikap periang dan hangat. Kecantikannya membuat ia mudah dikenali oleh setiap orang yang melaluinya bahkan sedari kecil, Aurora benar-benar cantik jelita layaknya boneka hidup. Namun, di balik kecantikan yang ia punya, Aurora adalah seorang gadis manja. Dia mudah sekali marah pada hal kecil yang membuat ia kesal. Meski begitu, dia tetap gadis kesayangan kedua orangtuanya.

Tok! Tok!

"Ra, bangun! Ini udah pagi kamu bakal telat ke sekolahnya!" Aurora menggeliat pelan begitu suara melengking sang Mama mulai terdengar di Senin pagi yang menyebalkan. Gadis berusia 18 tahun itu lantas bangun dan merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku karena tidur tanpa mengubah posisi.

"Iya, Mama. Rara udah bangun," balasnya dari dalam kamar. Dia dengan segera mengambil handuk, masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian memakai seragam SMA yang sudah disiapkan di atas meja bulat di kamarnya.

Aurora bercermin di depan kaca seluruh badan, dia memutar tubuhnya beberapa kali, juga melirik ke arah dada dan bokongnya yang menurut sahabatnya sudah cukup untuk membuat lelaki di sekolah mereka bertekuk lutut.

Dia tidak pernah berpikiran seperti itu, justru Aurora tidak ingin ada pria yang menatapnya mesum.

"Perasaan ini baju longgar deh, tapi kok kayak sempit di bagian dada sih? Aneh banget," rutuknya. Setelah merasa siap, gadis itu kemudian melangkah keluar kamar untuk menemui keluarganya di ruang makan.

Terlihat Mamanya sibuk mondar-mandir menyiapkan sarapan, belum lagi adik-adik lelakinya sibuk bertengkar karena masalah kecil.

"Pagi Ma, Pa."

"Pagi, sayang. Ayo sarapan dulu sebelum berangkat," sahut Ismail. Dia tersenyum pelan melihat putri sulungnya yang duduk dan memakan sarapan.

Aurora sekarang sudah berumur 18 tahun, ini adalah tahun yang sangat menentukan masa depan karena dia akan memulai perkuliahan. Namun, sampai hari ini Della maupun Ismail belum mengetahui ke mana Aurora hendak kuliah. Putri sulung mereka selalu menggeleng tidak tahu ketika ditanya.

"Jadi Ra, udah ada rencana mau kuliah di mana?" tanya Ismail setelah ia menelan sepotong roti di mulutnya.

Aurora terdiam sejenak menatap Papanya. Bukan sekali ini orangtuanya bertanya, tapi sejak ia naik ke kelas 12 mereka sudah bertanya-tanya. Sampai saat ini Aurora belum mau memikirkan apapun, dia ingin menunggu seseorang yang menjadi tujuannya sekarang. Seseorang yang selalu berhasil membuat Aurora berdegup kencang dan malu di saat yang bersamaan. Dia ingin kuliah di tempat yang sama seperti seseorang itu.

"Ehm... Belum kepikiran Pa. Nanti Rara mau cari informasi dulu," jawabnya setengah gugup. Ismail mengerutkan dahi, bagaimana mungkin putrinya ini belum mengetahui ke mana ia akan melanjutkan pendidikan?

"Loh? Udah mau tamat SMA loh, Ra. Harus dipikirkan dari sekarang."

"Mana bisa gitu, Pa. Dia sibuk mikirin Rafael aja," celetuk salah seorang adik lelaki Aurora yang kebetulan duduk di seberangnya.

Aurora melotot menatap Arvenio. Dia melempar tisu yang sudah dia gulung kepada adiknya itu karena kesal. Bisa-bisanya Arvenio mengucapkan kalimat jahanam itu di saat mereka sedang sarapan bersama. "Ikut campur aja kerjaan kamu, Ven. Makin gak laku nanti kamu," cercanya.

"Lah? Aku bener kan? Bukannya kamu emang suka sama Rafael?" pancingnya.

Della dengan segera menengahi. Kepalanya bisa-bisa meledak jika setiap hari mendengar anak-anaknya bertengkar tidak jelas seperti ini.

Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang