Author POV
Aurora sekali lagi memerhatikan tanggal di kalender. Dia memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam perhitungannya dan Aurora yakin benar kalau masa suburnya adalah hari ini.
Kedua kakinya bergerak-gerak cemas, berulang kali dia memikirkan untuk mengajak Rafael berdua-duaan tapi kini dia terlalu malu untuk melakukannya setelah kemarin mereka bertengkar kecil.
Aurora menarik napas dan mengembuskannya beberapa kali. Dia meletakkan kalender ke dalam laci meja kaca sebelum melangkah keluar kamar mandi. Nanti akan dia pikirkan lagi soal itu, Aurora mesti menyiapkan makan malam bersama asisten rumah tangga sekarang.
"Wahh! Anak papa ganteng!"
Perhatiannya tertuju kepada Rafael yang sedang asyik bercanda ria bersama Reivan di tengah ranjang. Gelak tawa balita berusia tiga tahun itu memenuhi seisi kamar sampai Aurora pun ikut tertawa kecil melihat putranya yang sangat bahagia.
"Eh jangan keras banget ketawanya, Rei. Nanti sakit tenggorokan," ingatnya. Reivan tidak terlalu memerhatikan, dia masih tampak asyik bersama Papanya karena mereka tidak terlalu sering bermain bersama karena kesibukan Rafael di kantor.
"Kamu mau ke mana, Ra?" tanya Rafael saat melihat Aurora yang tengah menguncir asal rambutnya.
"Mau masak bareng bik Inah. Kamu jagain Reivan di sini dulu, aku masak bentar aja."
"Oke, sayang," balas Rafael. Dia pun kembali mengajak Reivan bermain dan kali ini mereka akan berpura-pura seperti sedang mengendarai pesawat terbang.
Aurora menutup pintu kamar, dia melangkah ke dapur dengan santai. Di sana dia melihat asisten rumah tangga tengah menyiapkan bahan-bahan masak. Wanita paruh baya itu tersenyum saat majikannya datang.
"Non Aurora mau bantuin masak ya?"
"Iya, bik. Rara juga bosen kalo gak ngapa-ngapain. Mumpung Reivan lagi asyik sama Rafa, jadi Rara ke dapur aja," jawabnya.
Bik Inah mempersilakan Aurora untuk bergabung. Mereka menceritakan banyak hal tentang pekerjaan Bik Inah sebelumnya sampai membahas acara televisi yang sedang viral akhir-akhir ini.
Dengan berbincang dengan orang lain, paling tidak sedikit membuat Aurora melupakan soal program kehamilan yang sedang dia dan Rafael jalani. Dia baru menyadari bahwa permasalahan ini membuat dia dan Rafael lebih sering bertengkar dari biasanya. Aurora rasa dia dan suaminya membutuhkan momen-momen berdua agar hubungan mereka kembali merekat seperti sedia kala. Entah bagaimana caranya dia mengajak sang suami untuk berduaan.
"Non Aurora lagi banyak pikiran ya akhir-akhir ini? Bibik liatin mukanya lebih diem dari biasanya."
Aurora tersenyum tipis, wajahnya memang selalu mudah terbaca apabila dia sedang banyak pikiran atau bersedih. "Gak kok, bik. Rara tuh cuma kepikiran sama program hamil Rara. Udah setahun belum berhasil juga. Jadinya kami sempet berantem kecil sih," akunya.
"Persoalan itu jangan terlalu dipikirkan lama-lama, non. Anak itu rejeki dari yang di atas, anggap aja kalo sekarang rejekinya belum turun jadi mesti nunggu saat yang tepat. Justru non Aurora mesti seneng terus loh biar rejekinya makin bagus," sarannya. Aurora tertawa dan mengiyakan. Benar kata asisten rumah tangganya ini, bahagia adalah kunci dari segalanya. Apabila dia lebih sering bersyukur dan menikmati segala momen yang ada, Tuhan pasti akan memberikannya bonus. Mungkin saat ini Aurora masih harus fokus dengan suami dan anak pertamanya terlebih dahulu.
"Makasih bik buat sarannya. Rara juga masih ingin usaha kok, mana tau kan bisa cepet ngisi. Udah kangen masa-masa hamil soalnya, hehe."
"Amin, semoga disegerakan non."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOST
RomanceSEKUEL DARI CINTA PRIA TUA DAN NAFSU PRIA TUA 18+ Aurora adalah seorang model cantik berumur 23 tahun yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada teman masa kecilnya sendiri, yaitu Rafael Putra Pramudya. Karena rasa cintanya, Aurora meminta agar...