Bagian 19

44.8K 3K 274
                                    

Author POV

Ada satu keinginan lain yang timbul di dalam hati Aurora selama ia tinggal bersama suaminya di Sydney. Ia berkeinginan untuk melahirkan bayi pertamanya di sini, sebagai pertanda bunga-bunga cinta yang hadir selama kurang lebih empat Minggu lamanya ia menetap bersama Rafael. Entahlah, tiba-tiba saja dia punya usul untuk menetap di Sydney untuk waktu yang lebih lama. Dia juga mencintai kota ini, begitu menenangkan.

Pagi itu Aurora terbaring sendirian di atas ranjang sambil mengusap perutnya di balik gaun tidur satin yang ia kenakan. Sudut bibirnya melengkung indah, tidak sabar rasanya merasakan tendangan kecil dari dalam perutnya ini. Kira-kira seperti apa rasanya nanti?

"Ra, kamu belum siap-siap? Jadwal pertemuan kita ke dokter kandungan kurang lebih satu jam lagi." Suara Rafael membuat ia menoleh ke arah pintu kamar mandi. Suaminya itu baru saja selesai mandi dan berpakaian karena pagi ini mereka ada jadwal pertemuan dengan dokter kandungan. Sejak dua hari yang lalu Rafael mengurus pemeriksaan ke rumah sakit dan hari ini mereka akan segera berkunjung. Pemeriksaan kandungan kali ini ditemani oleh Rafael. Aurora sangat senang sekali.

"Iya, Rafa. Aku lagi bayangin kalo perut aku udah gede, hehe."

Rafael duduk di tepi ranjang, dia meletakkan satu tangannya di atas perut Aurora yang mulai membentuk. Dia pun tidak sabar untuk mengetahui perkembangan calon bayinya. Rafael merasa seperti diberikan harta berlimpah sejak mengetahui soal kehamilan Aurora ini.

"Sabar aja, dia pasti tumbuh sehat."

Aurora tersenyum kecil, dia mengubah posisinya menjadi duduk lalu dengan berani mencium bibir Rafael beberapa kali. Sekarang, baik Aurora ataupun Rafael tidak lagi merasa memiliki kecanggungan selama tinggal berdua. Mereka sudah bisa dikatakan kembali seperti saat masih bersahabat, bedanya kali ini mereka sudah menikah jadi tidak akan ada batasan untuk berbuat lebih.

"Kita sarapan di luar aja, ya? Kayaknya gak sempet kalo mau bikin sarapan," usul Aurora. Dia menguncir rambutnya lalu berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian miliknya. Untung ia sudah lebih dulu mandi, jadi tinggal berpakaian rapi.

"Ya, setelah dari dokter kita sarapan ke McDonald aja. Ada yang deket dari sana," jawabnya. Aurora mengangguk pelan, setelah berganti pakaian dan sedikit berias, mereka pun sama-sama berangkat menuju rumah sakit di mana dokter kandungannya berada.

Sesampainya di sana, Aurora melihat ada beberapa ibu hamil yang menunggu giliran pemeriksaan. Mereka yang datang juga sepertinya berada di trimester yang berbeda-beda. Ada satu atau dua ibu hamil yang juga datang sendirian tanpa suami. Aurora bersyukur karena ia bisa datang kemari bersama Rafael.

Keduanya duduk di kursi tunggu tepat di sebelah pintu ruangan dokter. Aurora mengambil majalah di atas meja, dia tertarik begitu melihat ada pertunjukan busana di penghujung Minggu nanti. Sepertinya bagus untuk dikunjungi bersama Rafael.

Aurora sudah rindu untuk kembali melakukan pemotretan dan mengikuti peragaan busana tapi Aurora sadar dia sedang hamil. Ada yang bilang kalau agak sulit melakukan pekerjaan seperti itu dikala hamil. Ah, semoga saja Rafael tetap memberinya izin untuk berkarir.

Tak lama kemudian, namanya pun dipanggil untuk masuk ke ruang perawatan. Keduanya segera masuk ke dalam sana di mana seorang dokter perempuan telah menunggu dengan senyuman di mulutnya.

Aurora melakukan beberapa pemeriksaan kecil sembari menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh dokter terkait dengan kandungannya.

Dokter juga melakukan USG untuk melihat perkembangan janin di dalam rahimnya dan syukurlah karena calon bayi Aurora baik-baik saja di dalam sana.

Aurora takjub karena Rafael terlihat antusias sekali menanyakan hasil USG tersebut kepada dokter. Dia banyak bertanya soal hal apa saja yang harus ia persiapkan termasuk soal frekuensi hubungan intim yang harus diberi jeda selama masa kehamilan.

Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang