Bagian 17 (18+)

143K 3.8K 550
                                    

Author POV

Suasana pagi hari di Sydney memang terasa berbeda dari Indonesia. Aurora bangun jam tujuh pagi di mana matahari terbit. Tirai jendela masih tertutup rapat sehingga Aurora tidak bisa melihat langit di kota itu saat pagi hari.

Dia melirik ke arah suaminya yang sedari tadi asyik berbaring di atas dadanya. Rafael sering bergerak-gerak, mencari posisi senyaman mungkin di antara payudara istrinya. Tidurnya lelap sekali tadi malam.

Aurora tersenyum kecil, dia mengusap lembut rambut suaminya sambil sesekali menyentuh bibir Rafael. Entah apa yang terjadi kepada pria itu, tapi semalam mereka bercinta beberapa kali dan Aurora merasakan sikap Rafael yang sangat lembut kepadanya. Suaminya itu tidur sambil memeluknya, mencuri satu ciuman dan tidak segan menceritakan beberapa keluh kesahnya beberapa hari ini. Aurora harap ini memang pertanda bahwa Rafael sudah menaruh rasa cinta kepadanya. Semoga saja begitu.

"Rafa, ayo bangun. Udah jam tujuh, apa kamu gak ada kegiatan?" panggilnya, akan tetapi Rafael hanya bergumam sambil terus menyamankan dirinya sendiri.

Aurora sekali lagi menghela napas, dia membiarkan suaminya berada di posisi ini sedikit lebih lama sampai ia lelah sendiri. Yang bisa Aurora lakukan adalah memberikan usapan lembut di punggung ataupun lengan pria itu.

"Ra?"

Aurora berhenti mengelus lengan Rafael, dia melirik suaminya yang sekarang tengah menatapnya. "Kenapa?"

"Maaf aku udah cuek sama kamu selama sebulan ini. Aku jarang telepon kamu," ungkapnya. Suaranya terdengar serak sekali karena baru bangun tidur, tapi Aurora menyukai suara Rafael yang seperti itu.

Dia tersenyum kecil, Aurora menangkup kedua pipi Rafael lalu memintanya untuk mendekat agar ia bisa mengecup sebelah pipi Rafael. "Gak apa-apa, aku ngerti kalo kamu sibuk."

Rafael menjadikan siku kirinya sebagai tumpuan, dia memegang dagu Aurora lalu menatapnya penuh arti. Bagaimana bisa dia menutup mata akan kebaikan dan ketulusan yang diberikan Aurora kepadanya? Secara tidak langsung Rafael menyakiti perasaan wanita itu dan yang ia lakukan sangatlah tidak adil sekali. Aurora tidak pantas diperlakukan buruk.

"Kamu... gak nyesel karena mutusin buat nikah sama aku kan, Raf? Kadang-kadang aku mikir kamu nyesel banget," tanya Aurora dengan wajah tertekuk sedih. Sampai hari ini dia tidak tahu apakah Rafael ikhlas dengan pernikahan mereka atau masih merasa terpaksa. Dia tidak mau menjadi alasan kenapa Rafael kecewa.

"Untuk apa disesalkan? Semuanya juga udah jadi bagian dari keputusan aku, jadi kamu gak perlu merasa bersalah," jawabnya. Aurora mengangguk kecil, itu sudah cukup menjawab rasa penasarannya. Baiklah, kali ini dia mesti memikirkan pertanyaan lain yang lebih relevan.

"Ehm... Soal semalem, kamu beneran mau punya anak?"

"Rara, semua orang yang udah nikah pasti pengen punya keturunan. Memangnya kamu gak mau?" tanya Rafael. Aurora menggeleng cepat, bagaimana mungkin dia tidak mau di saat Rafael yang menginginkannya. Lagipula, sekarang calon bayi mereka telah bersemayam di dalam rahimnya. Tinggal menunggu waktu bagi Aurora memberitahukan kehamilan ini kepada Rafael.

Rafael tersenyum sangat kecil, Aurora sangatlah unik menurutnya. Wanita ini selalu mempertanyakan hal yang sudah ia ketahui jawabannya. Pikirannya masih terlalu murni dan itu menjadikan Aurora semakin menarik. Kenapa dulu dia tidak berpikiran seperti itu?

"Muka kamu bikin aku pengen cium, tau gak?"

Pipi Aurora seketika menjadi merah mendengar rayuan itu. Bisa-bisanya Rafael merayunya spontan seperti itu. Tingkahnya benar-benar berbeda sekarang.

Aurora menggigit bibir bawahnya, dia tidak sanggup apabila ditatap sedemikian rupa oleh suaminya. Jantungnya berdegup kencang, semoga saja Rafael tidak mendengarnya.

Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang