Author POV
Rencana bulan madu di Australia terasa semakin menyenangkan karena keduanya telah sama-sama mencintai. Tidak ada batasan lagi yang perlu Aurora takutkan, ia sungguh bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.
Keluarga besar mereka telah pulang lebih dulu setelah menghabiskan satu Minggu untuk berlibur di Sydney, sedangkan Aurora dan Rafael masih akan menetap selama dua Minggu ke depan. Orangtua mereka juga sempat mengabari kalau resepsi pernikahan akan segera diadakan tak lama setelah bulan madu selesai, jadi akan ada banyak persiapan.
Malam itu Aurora tengah berbaring sedikit menyamping, dia memposisikan kepalanya di atas dada Rafael sambil mendengarkan cerita suaminya tentang hal-hal konyol yang mereka lakukan di masa lalu.
"Terus gimana ya? Kalo gak salah kamu jatuh ke kolam ikan karena ngejar kodok lompat," ujar Rafael sambil sedikit tertawa. Aurora yang mendengar hal memalukan tentang dirinya lantas sedikit merengek kesal. Bisa-bisanya Rafael ingat soal itu.
"Ih, jangan diinget lagi deh. Dulu tingkah aku persis kayak cowok. Gak pernah santai sampe pernah mau dikunci Mama di kamar," kenangnya. Aurora mendongak, dia tersenyum melihat wajah suaminya yang tampan.
"Tapi sekarang kamu bener-bener kalem, Ra. Feminim banget," pujinya. Aurora terkikik geli, dia kembali menyamankan dirinya di dalam pelukan Rafael karena terkadang dia bisa tidur kalau di samping Rafael.
"Raf, kalo nanti kita udah balik ke Indonesia, apa aku masih boleh kerja?" Aurora kembali menatap suaminya. Ada satu hal lain yang membuat ia bertanya-tanya. Selama ini Rafael tahu bahwa Aurora bukan wanita pengangguran, dia punya pekerjaan yang bisa dibilang sukses.
"Kalau aku boleh jujur, aku tuh mau kamu berhenti aja. Udah fokus sama keluarga dan diem di rumah. Tapi aku gak mau terlalu membatasi gerak-gerik kamu. Jadi kamu bisa lanjutin kerja asal tidak menomorduakan keluarga," jelasnya. Aurora mengangguk paham dengan perkataan suaminya. Mengurus keluarga adalah tugasnya sebagai istri dan tidak mungkin ia menomorduakan keluarga karena pekerjaan apalagi kini mereka akan segera memiliki seorang anak.
"Nanti aku tanya Bima soal agensi yang di Surabaya. Gak mungkin kita pindah ke Jakarta karena kamu kan ngurus perusahaan Papa," usulnya. Bima pernah mengatakan kalau ada satu agensi ternama di Surabaya yang pasti menerima Aurora sebagai salah satu model besar. Aurora harap dia masih bisa berkarir sampai cita-citanya untuk mengikuti IFW tercapai.
Rafael mengubah posisinya sehingga kini Aurora terbaring di bawahnya. Dia mengusap pipi wanita itu lalu mencium bibirnya cukup lama. Setelah mengungkapkan perasaannya kepada Aurora, Rafael jadi bisa lebih leluasa dan lega. Dia bisa mencium Aurora kapanpun ia mau dan menghabiskan malam bersamanya.
"Kamu mau tidur sekarang?" tanya Rafael. Aurora menggeleng kecil, dia menyentuh kancing piyama Rafael lalu membukanya pelan-pelan.
"Aku mau kamu, Rafa."
Netra hitam Rafael bergerak-gerak tidak tahan. Aurora selalu berhasil membuat ia tergoda. Ajakannya untuk bercinta sama sekali tidak mampu ia tolak.
"Aku juga, sayang."
Rafael langsung mencium bibir wanita itu, decakan yang berasal dari dua bibir yang saling menyatu menjadi alunan indah di antara mereka berdua. Malam yang dingin, suara angin malam dari jendela, semuanya sangat mendukung sekali.
Rafael membantu istrinya untuk membuka gaun tidur itu. Dia mengecup setiap jengkal tubuh Aurora dan memastikan tidak ada bagian yang ia lewatkan sedikitpun.
"Emmhh..."
Aurora sedikit mengerang saat Rafael dengan ganasnya menyerang payudaranya yang terasa sangat sensitif sejak hamil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOST
RomansaSEKUEL DARI CINTA PRIA TUA DAN NAFSU PRIA TUA 18+ Aurora adalah seorang model cantik berumur 23 tahun yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada teman masa kecilnya sendiri, yaitu Rafael Putra Pramudya. Karena rasa cintanya, Aurora meminta agar...