Author POV
Satu Minggu setelahnya, Rafael mendapatkan kabar kalau salah satu teman dekatnya, Randy, tengah berbahagia setelah mengumumkan kelahiran anak keduanya. Dia pergi ke rumah sakit mengunjungi Randy dan istri untuk memberi selamat serta hadiah.
"Dapet anak cewek, Ran? Pasti dia pinter nih, gak kayak kamu," candanya dan Randy pun tertawa terbahak-bahak mendengar itu. Dia bercerita betapa dia semangat sekali dengan kelahiran anaknya ini. Randy pasti sangat senang karena kini telah mendapatkan anggota baru dalam keluarganya.
"Aku nunggu banget dapet anak cewek, kapan lagi kan ikut pesta minum teh bareng temen Barbie nya, hahahaha."
Rafael tersenyum kecil, dia menggendong anaknya Randy dengan rasa kagum. Dia juga sangat ingin punya anak perempuan, tapi sayangnya dia dan Aurora belum diberi kesempatan untuk kembali memiliki momongan. Entah kapan harapannya terwujud.
"Kenapa gak ngajak Rara sama Reivan, Raf? Biasanya kamu bareng mereka."
"Aku abis dari kantor, jadi langsung aja mampir ke sini buat jenguk keluarga kamu. Tapi nanti aku kabarin Aurora di rumah," jawabnya.
Rafael menyerahkan bayi perempuan itu kepada Randy. Jangan sampai rasa iri membuat dia menuntut Aurora untuk lekas hamil. Meski jauh di dalam hati Rafael masih terbesit ketidaksabaran untuk mendengar kabar kehamilan istrinya, dia tidak akan marah atau menunjukkan sikap kecewa. Rafael tidak mau membuat istrinya stres.
"Ya udah, aku balik duluan ya? Nanti kabarin lagi kalo kalian udah dibolehin pulang ke rumah jadi nanti aku ajak Rara sama Reivan buat mampir."
"Iya, salam buat Aurora ya," ucap istri Randy sambil tersenyum kecil.
"Oke, Randy, aku balik dulu."
"Iya, Raf. Makasih ya."
Rafael pun melangkah keluar dari ruang perawatan. Dia berjalan dalam diam sambil sesekali melirik ke sekitarnya. Ada beberapa ibu hamil dan suami mereka yang berlalu-lalang bahkan Rafael tidak sengaja melewati ruangan di mana bayi-bayi baru saja dilahirkan.
Dia berhenti sejenak, menatap ke balik kaca itu untuk melihat bayi-bayi di sana. Aurora pasti sangat menginginkan untuk punya anak, istrinya terlihat sedih dan kecewa. Mereka selalu berkonsultasi setiap bulan, tapi dokter selalu mengatakan bahwa keduanya sehat.
"Hah... Kayaknya aku mesti lebih sering berdua sama Rara. Aku emang sibuk banget sama urusan kantor," keluhnya. Rafael kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Dia sadar kalau beberapa Minggu belakangan ini, dia disibukkan dengan pekerjaan. Dia jarang sekali menghabiskan waktu bersama istrinya, mungkin karena itulah program hamil yang mereka jalani sedikit terganggu apalagi Aurora yang sibuk mengurus Reivan.
Rafael sedang tidak bersemangat sekali, mood nya seperti naik turun saat ini dan dia penuh kebimbangan.
Sesampainya di rumah, Rafael melihat ada sebuah mobil yang terparkir di sana. Dia yang penasaran lantas dengan segera masuk ke dalam rumah untuk melihat siapa yang bertamu.
"Aku pulang."
"Rafa? Kebetulan kamu udah pulang. Bima lagi di sini, ada yang mau dibahas katanya."
Rafael mengangguk kecil. Dia ikut duduk di samping istrinya dan menunggu apa yang ingin Bima sampaikan.
"Jadi gini, soal agensi modeling yang ada di bawah kuasa perusahaan Pramudya. Saat ini kan pengelolanya udah mutusin buat stop karena dia mau buka usaha di tempat lain jadi untuk saat ini belum ada yang menggantikan posisi dia. Aku bermaksud untuk mengusulkan Aurora sebagai pengurus baru, berhubung itu juga masih bagian dari Pramudya kan? Aku minta persetujuan kamu juga, Rafael," jelas Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOST
RomanceSEKUEL DARI CINTA PRIA TUA DAN NAFSU PRIA TUA 18+ Aurora adalah seorang model cantik berumur 23 tahun yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada teman masa kecilnya sendiri, yaitu Rafael Putra Pramudya. Karena rasa cintanya, Aurora meminta agar...