Bagian 8

47.4K 2.7K 229
                                    

Author POV

Malam ini adalah malam terakhir sebelum Aurora melepas masa lajangnya. Tadi pagi ia pergi bersama Rafael ke toko perhiasan, pria itu memberikannya sebuah cincin pernikahan yang sangat cantik. Aurora tidak tahu bagaimana caranya ia berhenti tersenyum, yang jelas dirinya begitu senang karena keinginannya untuk menikah dengan lelaki pujaannya akhirnya dapat terwujudkan.

Ia bisa sedikit beristirahat sekarang setelah melewati beberapa kesibukan di rumah ini. Besok pagi ia akan meresmikan pernikahan dengan Rafael dan selang dua sampai tiga bulan lagi, mereka akan melangsungkan resepsi pernikahan. Tidak apa-apa, Aurora bisa menunggu untuk pesta pernikahan di mana ia akan mengenakan gaun cantik dengan aksesoris mewah di setiap jengkal tubuhnya. Setiap perempuan bebas untuk berandai-andai, jadi ia ingin yang terbaik untuknya.

Ketukan di pintu membuat lamunannya buyar, Aurora melihat ibunya masuk ke dalam kamar dengan wajah sumringah.

"Ra, kamu belum tidur? Udah malem loh," tanyanya. Della duduk di pinggir ranjang, dia meraih rambut panjang Aurora lalu menyisirnya pelan dengan sisir yang ia temukan di atas meja samping tempat tidur.

"Rara baru mau istirahat, Ma."

Della tersenyum kecil menanggapi itu, dia dengan serius menyisir rambut panjang Aurora yang terasa lembut di telapak tangannya. Tidak terasa gadisnya sebentar lagi akan menikah, Della benar-benar sedih bercampur bahagia karena putri sulungnya sudah menemukan pria yang akan melindunginya nanti.

"Kamu kalo udah nikah, biasakan buat senyum terus loh sama suami. Kalo lagi kesel jangan sampe emosi apalagi bentak-bentak suami kamu. Terus, jangan lupa perawatan tubuh. Kita sebagai perempuan apalagi istri, harus tampil cantik depan suami biar gak ada pelakor," sarannya. Aurora hanya diam mendengarkan, sesekali ia tersenyum karena ibunya terdengar begitu khawatir apabila dirinya tidak bisa menjadi istri yang baik.

"Rara tau, Ma. Lagian kan mama udah ngajarin banyak hal ke Rara, jadi Mama jangan khawatir."

Della menghela napas berat, dia meletakkan sisir kembali ke tempatnya lalu ia menangkup kedua pipi putrinya untuk ia usap. "Mama tuh takut aja kalo kamu sampe disakitin sama orang. Mama sayang banget sama kamu, nak."

"Rafa gak bakal nyakitin Rara kok, Ma. Mama tuh parnoan terus deh perasaan. Doain aja biar pernikahan kami selalu bahagia," balasnya.

Della lekas mendekap anak pertamanya dengan erat. Dia sangat menyayangi Aurora, Della tidak ingin sampai siapapun menyakiti hati putrinya ini. Ia bisa melihat kalau Rafael seperti sangat terpaksa untuk menikah dengan Aurora, tidak mengerti apa alasannya tapi Della harap putrinya akan selalu bahagia. Dia yakin kalau Aurora adalah gadis yang baik, jadi ia pun akan mendapatkan sesuatu yang baik pula.

"Ya udah sekarang kamu buruan tidur, besok adalah hari besar jadi jangan sampe telat bangun."

Aurora mengangguk semangat. Dia mengecup pipi sang ibu sebelum mengucapkan selamat malam kepadanya. Astaga, esok hari semuanya akan terasa berbeda. Aurora sangat gugup sekali menanti detik-detik ia menikah dengan Rafael.

...

Rumah kediaman Ismail tampak sedikit dipenuhi oleh kerabat-kerabat dekat. Sofia bersama suami dan anak tirinya datang dari Bandung. Mereka tampak bahagia mendengar Aurora yang menikah hari ini.

Aurora duduk gugup di kursi meja rias. Ia memakai gaun putih sederhana sebagai gaun pengantin hari ini. Aurora tidak membutuhkan banyak waktu untuk merias wajah karena pada dasarnya dia sudah cantik maka dari itu ia tidak ingin tampil berlebihan.

"Udah, kamu sekarang cantik banget. Yuk ke depan, yang lain udah pada nungguin. Bentar lagi nikahannya dimulai," ujar Della. Dia meraih telapak tangan putrinya lalu mengajak Aurora keluar kamar.

Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang