Author POV
Rafael menutup tirai jendela begitu hujan mulai turun. Dia menyalakan penghangat ruangan agar suhu di dalam tetap hangat untuk putranya, Reivan. Dia menguap kecil, menandakan bahwa dirinya membutuhkan tidur yang lama.
Di atas ranjang, Aurora sedang asyik mengajak Reivan bercanda ria. Dia menciumi perut bayi gembul itu sehingga mengundang senyum di bibir mungil Reivan. Rafael turut bergabung, dia tengkurap di samping putranya lalu ikut menciumi sekitaran pipi dan mulut Reivan. Telapak tangan Reivan menyentuh kelopak mata Rafael, dia seperti sedang mengingat-ingat bentuk wajah Papanya.
"Hmm kamu bau susu, Rei. Anak Papa baru aja nenen, ya?"
Aurora tertawa kecil, perlakuan Rafael terhadap Reivan sedikit membuat ia lupa akan perseteruan mereka tadi siang. Aurora merenung kembali dan dia sadar kalau dirinya salah. Aurora harus lebih peka kalau Rafael hanya ingin yang terbaik.
"Duh, senyumnya Reivan bikin Papa meleleh. Pinter banget ya, si ganteng ini?" Rafael kembali mencium gemas pipi Reivan. Dia tidak akan pernah bosan menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya.
"Udah udah, kita bobok yuk?" ajak Aurora. Dia membaringkan Reivan di tengah-tengah lalu menyelimutinya. Meski mereka sudah membeli boks bayi, Reivan justru lebih sering tidur bersama mereka. Aurora juga tidak betah jika bayinya tidak berada di sampingnya ketika tidur.
Rafael tidak banyak berkata-kata, dia menarik selimut untuk Reivan lalu memberinya kecupan kecil di kening. Aurora memerhatikan sang suami, dia merasa sangat bersalah karena sempat memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan konsekuensinya.
"Kenapa melamun, Ra? Kamu gak mau tidur?" Aurora kembali menatap suaminya, Rafael terlihat khawatir.
"Rafa, aku mau dipeluk sama kamu..."
Sudut bibir Rafael perlahan terangkat, dia memberi jarak di sampingnya agar Aurora bisa berbaring tepat di sebelah Reivan sehingga posisi Aurora berada di tengah-tengah. Tentu saja bayi kecil itu juga telah dilindungi oleh bantal-bantal di sekelilingnya.
Wanita itu lekas membalikkan tubuh kemudian mendekap Rafael dengan erat. Dia menyembunyikan wajahnya di atas dada sang suami demi untuk menenangkan dirinya.
"Rafa, aku mau minta maaf soal tadi siang. Aku egois banget sama kamu dan Rei," akunya. Rafael mengusap lengan kanan Aurora, dia mencium puncak kepala wanita itu sebagai jawaban bahwa dia tidak marah kepadanya.
"Gak apa-apa, aku ngerti kalo kamu pengen banget kerja tapi aku harap kamu mau nunggu ya, sayang? Jangan kayak tadi," balasnya. Aurora mendongak, dia mengangguk cepat lalu buru-buru dia kembali mendekap Rafael. Bersama pria ini adalah pilihan dan cita-citanya, Aurora mestinya sadar bahwa dia harus mengorbankan apa saja demi berada di sini bersama Rafael.
"Aku cinta sama kamu, Rafa. Lebih dari apapun," ungkapnya. Rafael merasakan sesuatu yang bergetar di hatinya. Aurora memang mencintainya dan itu adalah hal utama yang Rafael tahu sejak mereka memutuskan menikah.
Butuh sedikit waktu demi menyembuhkan diri dari luka karena pengkhianatan Salvia sampai akhirnya Rafael kembali menemukan cinta. Kali ini dia tidak mau sampai Aurora berpaling, bahkan kepada pekerjaan sekalipun. Rafael tidak ingin sampai dia bertengkar dan berpisah dari Aurora.
"Eh, mana ciuman selamat malam buat aku? Kok kamu lupa?" tanya Aurora. Dia bertumpu di atas dada sang suami lalu perlahan wajahnya mendekat demi mendapatkan sebuah ciuman.
"Sstt, ciumannya ditunda di kamar sebelah aja. Yuk ikut aku," ajak Rafael. Dia bangkit lalu dengan sedikit terburu-buru membawa Aurora ke kamar sebelah yang kebetulan memang kosong. Rafael sampai lupa kapan mereka terakhir kali bercinta. Dia rasa, akhir-akhir ini hubungan antara dia dan Aurora agak berjarak karena kesibukan mengurus anak atau urusan kantor. Maka dari itu, malam ini adalah milik mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOST
Любовные романыSEKUEL DARI CINTA PRIA TUA DAN NAFSU PRIA TUA 18+ Aurora adalah seorang model cantik berumur 23 tahun yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada teman masa kecilnya sendiri, yaitu Rafael Putra Pramudya. Karena rasa cintanya, Aurora meminta agar...