Author POV
Pagi hari Aurora terbangun dalam kesendirian. Dia melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dia telat bangun hari ini. Wanita itu duduk lalu mengisi gelas kosong di meja nakas dengan air mineral. Minum air putih di pagi hari harus menjadi rutinitas yang tidak boleh Aurora lewatkan.
Dia melirik ponselnya, tapi tidak mendapati notifikasi apapun selain dari akun sosial media dan juga beberapa aplikasi lainnya. Aurora mengecek riwayat panggilan, tapi tidak ada apapun di sana selain nama-nama keluarganya saja. Hari pertama tanpa Rafael, tapi lelaki itu tidak sempat untuk menghubunginya.
Dengan inisiatif Aurora mengirimi pesan melalui aplikasi pesan instan karena dia tidak mau sampai mengabaikan Rafael sehari saja. Perbedaan waktu antara Sydney dan Surabaya hanya tiga jam lebih cepat, jadi ucapan selamat pagi tentunya masih berlaku.
Aurora
Selamat pagi, sayang. Jangan lupa sarapan ❤️
Dia mengirim pesan itu dengan harapan Rafael akan lekas membalasnya. Harapannya semakin tinggi saat ia melihat bahwa Rafael sedang online. Aurora memegang ponselnya dengan kedua tangan, dia menanti selama bermenit-menit tapi Rafael sama sekali belum membaca pesannya.
Aurora menekukkan bibirnya. Menunggu sampai kapanpun, Rafael tidak akan membalas pesannya.
Ting!
Aurora terkejut bukan main, matanya melotot menatap layar ponsel dan Tuhan mengabulkan doanya pagi itu. Rafael membalas pesannya.
Rafael
Ya, terima kasih Ra.
Senyum lebar menghampiri wajahnya seketika. Aurora berguling-guling karena rasa senang dan bahagia. Balasan pesan dari Rafael pagi hari ini menambah rasa semangatnya untuk melakukan berbagai aktivitas. Oke, harusnya ini mudah dilakukan. Ia akan mencari topik lain agar bisa terus berbincang bersama Rafael.
Aurora
Kamu lagi di mana?
Sibuk?
Oh iya, kayaknya lusa aku berangkat ke Jakarta.Ia mengirim pesan bertubi-tubi, tapi setelah itu tidak ada jawaban. Rafael hanya membacanya saja tanpa berniat membalas. Aurora tetap berpikiran positif, mana tahu saat ini Rafael memang sedang sibuk sehingga tidak bisa membalas pesannya. Tidak apa-apa, ini baru percobaan awal. Anggap saja seperti trial.
"Ya udahlah, mending sekarang aku mandi dulu."
Aurora meletakkan ponselnya ke atas meja, dia merapikan tempat tidur sebelum berjalan ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri.
Di suatu tempat yang jauh dari Surabaya, tampak Rafael sedang mengamati layar ponselnya dalam diam. Dia hendak mengetik sesuatu, tapi kemudian membatalkannya. Entahlah, Rafael tidak tahu apa yang mesti ia katakan kepada Aurora. Dia takut sikapnya membuat Aurora berpikir bahwa dirinya sedang menjauhi wanita itu.
Rafael meletakkan ponselnya ke atas meja bulat di depannya. Dia mengusap wajahnya karena sudah tidak tahu apa yang mesti ia lakukan kedepannya nanti. Aurora adalah sahabatnya dan sekarang sudah menjadi istri sahnya pula. Rasanya seperti ada yang salah karena sebelumnya Rafael hanya menyayangi Aurora sebatas sahabatnya saja.
Dia membuang napas lelah. Sudahlah, sekarang lebih baik ia fokus dulu dengan studinya di sini agar ia bisa lulus tepat pada waktunya. Rafael mungkin belum bisa mengatakan bahwa dirinya mencintai Aurora, tapi Rafael tidak akan melepaskan wanita itu kecuali Aurora sendiri yang memintanya. Ini pernikahan, bukan sesuatu yang harus ia permainkan. Rafael sadar akan itu dan sebisa mungkin ia akan berlaku adil sebagai suami Aurora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOST
RomanceSEKUEL DARI CINTA PRIA TUA DAN NAFSU PRIA TUA 18+ Aurora adalah seorang model cantik berumur 23 tahun yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada teman masa kecilnya sendiri, yaitu Rafael Putra Pramudya. Karena rasa cintanya, Aurora meminta agar...