Untuk diperhatikan :1. jangan baca sambil maskeran, kecuali maskernya anti retak. (Eh tapi part ini gak lawak sih)
2. kalau nemu typo, jangan ragu kasi tau, sadarkan yang nulis dari kesesatan.
3. wajib vote, jangan lupa spam komen (minta kerelaannya aja ini mah, biar diri ini semangat mendongengnya)
3,5. khusus untuk temen real life, aturannya tetap sama : cukup baca aja + WAJIB VOTE, JANGAN IKUT KOMEN, GUE MALU SUMPAH ༼ ༎ຶ ෴ ༎ຶ༽
▐░░░░░░░░░░░░░░░░▌
If you are reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you are very likely to be at risk of a MALWARE attack [inget ya baca yang ori hanya di duren alias dunia oren a.k.a wetped by eiulalalie]
If you wish to read this story in it's original, safe, form PLEASE GO TO : https://w.tt/3uKqYSh"Gak terasa udah Jumat aja! Hooaahheeemmmmm!" Milo mengacak-ngacak rambutnya sendiri sambil menguap.
Kebiasaan rutinnya Milo pada pukul tujuh pagi; bangunin Megan. Milo mengetuk-ngetuk pintu kamar Megan. "Mi Kuah??? Lo udah bangun belom?"
Terdengar suara barang dilempar dari dalam kamar. Milo langsung memutar pegangan pintu, dikunci. "Mi Kuah???? Lo ngapain?"
Suara gaduh barang-barang dilempar semakin terdengar nyaring. Mata Milo terbelalak lebar. Gak mungkin kan kakaknya frustasi karena hidupnya yang payah? Apa gara-gara pengumuman mama dan papa tadi malam???
Flashback beberapa jam lalu.....
"Megan, kamu belum dapat panggilan juga?" tanya papanya di meja makan. Megan menatap papanya, batal menyuap nasi yang sudah ia raup dengan sendok.
Satu saja yang Megan sesalkan, kenapa papanya mesti bertanya di meja makan? Kenapa gak di garasi? Di dapur? Atau paling cakep, di alam mimpi saja? Kini mata dua adik dan dua kakaknya terarah lurus ke Megan.
"Papa keberatan kalau Megan jadi beban keluarga? Megan udah apply beberapa lowker yang sesuai kriteria. Tinggal nunggu rejeki aja, Pah."
Papa menghela napas. Menatap si anak tengah yang sejak dulu paling tak bisa ditebak. Bukan kelakuannya, tapi isi pikiran dan perasaannya. Bagi papa, Megan itu tidak kiri tidak juga kanan. Benar-benar anak tengah 🖖🏻
"Kenapa gak kerja sama Moza aja? Moza katanya mau cari karyawan satu buat stand by di toko kan?" usul Mama.
Megan menatap mamanya ngeri. Kerja sama Kak Moza??? Di rumah saja dia sudah seperti babu, selalu disuruh-suruh Moza. Entahlah, sejak dulu Megan yakin Mozzarella basi ini menganggap Megan pantas jadi babu. Banyak banget perintah Moza padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Not So Perfect Crush
ChickLit[TAMAT] [ROMCOM] [CHICKLIT] Megan punya ribuan alasan untuk membenci sekaligus menyukai Gilang, mantan gebetan juga mantan calon imam idaman. Dan ribuan makian yang siap ia lontarkan. Sayangnya mereka tetanggaan. Bagi Megan yang masa depannya tidak...