[32] Putar Balik Dunia Megan

1.6K 171 56
                                    


Hal penting yang perlu Megan catat dalam benak, camkan dalam ingatan lekat-lekat, adalah menjaga jarak dari Gilang. Megan memang sudah memaafkan, sudah menerima penjelasan bahkan menerima kejujuran perasaan Gilang, tapi bukan berarti Megan bersedia seenaknya disentuh kapan pun Gilang mau.

Tangan. Ya, lengan seksi milik Gilang itu bahaya. Bisa memendekkan jarak mereka, menarik diri Megan. Kemudian mata. Benar, tatap mata Gilang terlalu mirip dengan anjing pudel milik Satria yang tewas dilindas bajaj dua tahun lalu. Megan bisa luluh dengan menatap kedua iris Gilang hanya dalam beberapa detik. Kendati dulu ia pernah membayangkan seperti apa rasanya menjadi kekasih Gilang, Megan masih waras dan sangat paham kalau -di hadapan cowok itu- dirinya rentan jadi gampangan.

Pulang ke rumah dengan perasaan tak karuan usai menerima ciuman, terdengar mirip main character di novel atau film komedi romantis.

"Sorry, gue refleks," ucap Gilang.

Yak, bagus betul refleksnya. Megan mendengus dan tak lagi banyak bicara. Usai obrolan dunia perkutuban dengan Belin, mereka pulang dengan suasana agak canggung.

"Lho, itu kan...?"

Great. Raga menunggui Megan di depan rumah. Megan segera menghampiri.

"Ada apa Kak Raga sampai datang ke sini? Sukma udah pulang kan Kak?" tanya Megan.

"Udah," jawab Raga, dari ujung mata ia melirik siluet Gilang yang berjalan lambat di depan pagar rumah. "Ada perlu, bisa kita bicara bentar?"

Gilang dengan santainya memasuki pekarangan rumah Megan, kemudian sebelah kakinya menaiki pagar sisi kiri yang membatasi rumah mereka. Cowok itu menoleh sejenak ke arah Megan dan tersenyum.

"Gue balik dulu ya. Pintu balkon kamar gue masih available 24 jam!" seru Gilang dengan watados. "See you on top, Meggie!"

Megan cuma geleng-geleng kepala dengan kelakuan si tetangga. Di satu sisi, ia senang karena kehadiran crush-nya itu sudah tak lagi membuatnya tak nyaman, tapi di sisi lain interaksinya dengan Gilang sudah terlampau kelewatan. Megan merasa senang tapi ... . Sebenarnya hubungan mereka sekarang ini apa?

...


Duduk di teras dengan Raga bukan pilihan tepat. Megan buru-buru mengajak Raga untuk membicarakan -apa pun itu- jauh dari area rumah. Megan belum berbaikan dengan Milo. Adiknya itu duduk di kursi ruang tamu, mengunyah buah pir dengan tampang agak sadis. Megan masuk sebentar untuk menukar sendal, melirik diam-diam, Milo ternyata balas memandangnya dengan wajah tak bersahabat. Adiknya masih merajuk.

"Gue bawa ke sini aja ya Kak. Mau ngomong apa?"

Raga memerhatikan tempat yang dipilih Megan. Sebuah lahan sempit yang permukaannya disemen rapi dengan sepotong kontainer kosong berwarna hitam dengan motif garis kuning. Terdapat beberapa tempat duduk dari semen di depannya.

"Ini tempat apa?"

"Ini kontainer bekas kak, kalau sore mereka buka. Jualan burger sama kebab. Sampai malem bukanya," jelas Megan.

"Ooh."

"Jadi, ada apa Kak?"

"Sukma kacau, Meg."

"Kacau gimana? Bukannya udah gak shock lagi? Dia udah kerja lagi kan?"

"Iya tapi dia jadi sering cemas tiba-tiba. Ketakutan gak jelas.  Paranoid. Dan berpikiran yang aneh-aneh. Terus menghindar dari gue."

My Not So Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang