[22] The-Okay-Glitch

1.9K 252 127
                                    



Vote. Komentari.
Ibarat bertamu, beri salam.
Bukan masuk diam-diam.
Hhhh!!!!

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•◦•◦•◦

Algoritma kehidupan sudah diatur sedemikian rupa oleh yang Maha Kuasa, jadi segala macam bentuk benturan bukanlah kebetulan semata.

•◦•◦•◦




Megan tidak punya banyak pakaian sebelumnya. Pertama karena dulu dia tidak punya banyak uang untuk membeli baju. Kedua, karena baju-bajunya masih muat di badannya yang segitu-segitu saja. Ketiga, karena Megan tidak begitu merisaukan cara dirinya berbusana. Keempat, karena Megan tidak punya kegiatan apapun yang menuntutnya untuk peduli dengan penampilan.

Tapi sekarang, tambahan pakaian dalam lemarinya menjadi revolusi yang signifikan. Baju Megan mulai ada warnanya, meski tetap Megan paling suka hitam. Kalau sedang tak ingin memakai hitam, ia beralih ke warna lain –setingkat lebih cerah dari hitam– navy.

Pakaian Megan sudah ada variasi lain selain hanya kaus oblong atau kemeja. Warna yang sangat cerah juga punya, hanya untuk kepentingan tertentu. Tetap saja baju kesayangan Megan adalah kaus longgar super melar yang warnanya sudah memudar. Itu baju sakral, wajib ia bawa. Definisi paling nyata dari "Benda yang memiliki nilai histori tinggi bisa sangat berharga lebih daripada uang atau logam mulia."

Untuk kaus longgar legenda miliknya, nilai historinya sederhana saja; adem, nyaman, cocok, tak mencolok, memberi rasa tenang bagi pemiliknya karena tak masalah jika dicuci dengan baju baru yang meluntur, pun tak khawatir bakal hilang dimaling jika lupa diangkat dari jemuran (ealah katanya kaus kesayangan tapi gak takut kehilangan 🙃) yaa pokoknya begitulah. Intinya, itu baju Megan yang paling the best.

"Lo bisa kan sendiri di rumah?" tanya Megan ketika Sukma melangkah masuk dan membantunya mengemasi barang-barang.

"Bisa. Lo gimana? Bisa kan anteng pulang ke rumah sana?"

"Yakali gue di sana histeris dan jingkrak-jingkrak, Suk."

"Bisa jadi, Gan. Di sana kan rame. Asyik jingkrak berjemaah," seloroh Sukma.

Megan tak menggubris candaan Sukma. Ia melanjutkan kegiatannya melipat dan memasukan pakaiannya ke dalam koper kecil. Empat menit kemudian, kembali Megan bersuara.

"Suk, beneran gak apa 'kan?"

"Astaga. Lo pikir gue anak TK? Gak apa, Gan."

My Not So Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang