[16] Doa Untuk Orang Jahat

1.9K 241 141
                                    





Akhir pekan. Tidak terasa tahu-tahu sudah hari Sabtu lagi. Megan terbangun dengan rasa berat di kepalanya. Matanya sembab. Dia menangis tanpa suara tadi malam hingga akhirnya tertidur. Megan duduk di kasur. Melirik jam, pukul empat pagi. Bisa dibilang, ia tidur awal tadi malam. Tapi tidur selama apapun tidak meringankan rasa lelahnya. Mungkin karena yang lelah bukan raganya, melainkan seisi kepalanya.

Megan pun meraih ponsel dan membaca pesan masuk.

Raga Pandega Sakti :
Selamat subuh. Jangan lupa siang ini kita semua belanja bahan.

Megan tentu saja ingat. Sebab memang ia niatkan agar tidak di rumah dalam waktu lama. Karena akhir pekan biasanya Gilang akan datang ke rumah. Tidak jelas sih bagaimana Gilang dan Miura bisa tetap adem ayem dan dengar-dengar, tetap melanjutkan pertunangan mereka. Miura sepertinya tidak keberatan dengan kejadian Gilang dan Megan tidur seranjang tempo hari.

Langka, Megan mandi di subuh hari. Bersiap diri. Sangat wangi dan begitu rapi. Megan membuka lemari, mengambil beberapa helai pakaian dari sana. Membawa baju ganti untuk memenuhi janjinya pada Canya hari ini. Kata Canya dia mau Megan membawa beberapa baju terbaik Megan. Untuk apa? Kata Canya itu kejutan. Bukan karena ingin apalagi tertarik, Megan mematuhi Canya hanya agar dirinya bisa lebih lama untuk tidak kembali ke rumah.

Megan sudah ready. Tapi ia masih duduk termenung di tepi kasur. Kamarnya masih gelap. Megan melirik secara refleks ke arah jendela yang kini terhalang badan lemari. Dulu, setiap pagi, Megan selalu duduk di tepi jendela. Kemudian Gilang akan muncul di balkon dan menyapanya. Mengejek dirinya yang belum mandi. Dan sesekali menawarinya sarapan bersama. Semuanya manis. Sampai akhirnya Gilang punya pacar, dan pintu kaca itu lebih sering tertutup dan Gilang jarang muncul di balkon.

Megan berguman lirih. "Yaa ternyata emang banyak mudaratnya. Coba dulu gak usah baik ke gue, kan gue gak bakalan segini susahnya."

Megan menggulir layar ponselnya. Dia sengaja memblokir nomor kontak Gilang. Udah lama. Bertahun-tahun lalu.

Drt... Drt....

Rabelin Sava :
Mbak, lo online jam segini tumben, hari ini ngapain aja?

Belum ngapa-ngapain, Bel. Masih subuh ini.

Rabelin Sava :
Maksudnya mau ngapain aja?
Ada rencana mau ngapain?

Oh gue lupa bilang. Gue udah kerja.

Rabelin Sava :
Oh. Sabtu juga?
Masuknya subuh?

Sabtu kerja. Masuk siang.
Tapi hari ini cuma mau beli perlengkapan.
Kenapa?

Rabelin Sava :
Gue jemput sekarang.

Bel! Ini masih gelap.

Rabelin Sava :
Lo masih bisa melihat kan?
Bentar lagi juga terang.

Mau kemana?

Rabelin Sava :
Temenin gue, please?

Oke. Asal bukan minum-minum lagi.

Rabelin Sava :
Gak akan. Gue juga kapok ditelponin Om sama Tante.
Untung reputasi gue masih suci, gak susah bohongnya.

Lo gak bawa mobil kan?

Rabelin Sava :
Gue bareng Bening. Dia mau joging sekalian.

My Not So Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang