Hei, gimana puasanya?
Selamat berputar-putar bersama
Megan bersaudara - RagaSukma - Gilang....
"Kak Raga ngomong apa aja ke lo?"
Pertanyaan Sukma itu disuarakan dengan nada mengintrogasi dan penuh curiga. Padahal sepuluh menit sebelumnya, Sukma memaksa Megan supaya dirinya bisa numpang bermalam.
"Ngomongin lo," jawab Megan. "Ghibahin lo. Katanya lo jadi aneh. Mikir yang aneh-aneh."
Sukma melepas tas yang ia kenakan. "Oh, maksudnya karena gue bilang ke dia kalau Ayah kemungkinan bukan bunuh diri, iya kan?"
"Iya, kenapa lo mikir begitu. Apa lo punya petunjuk?" Megan bertanya seraya memerhatikan tas Sukma yang agak menggembung. Bekal pakaian. Memang niat kabur-kaburan.
"Karena Ayah bukan orang yang begitu. Yaa gue tau beliau emang hancur setelah istrinya kabur dan nikah lagi, agak stres. Itu karena gak ada lagi orang yang bisa dia pukulin. Yang bisa dia siksa. Apalagi sejak anak-anaknya malah tinggal dan beli rumah baru. Makin tersiksalah dia sendirian. Tapi dia gak mungkin bunuh diri kan? Gue tau Ayah gimana, Gan," suara Sukma tercekat, "gue yakin Ayah menyesal atas perbuatannya."
Megan terpekur diam. Kenapa dulu tindak kekerasan almarhum tidak pernah ditindak ke meja hukum saja? Sudah berapa banyak kekerasan yang dilakukan beliau ke mantan istrinya, anak-anaknya? Sampai Sukma pernah kabur dari rumah, Megan ingat betul kejadian itu. Sebab dirinya juga nyaris melakukan aksi kabur dari rumah, dengan masalah yang berbeda tentunya.
"Hmmm. Tapi polisi udah mau close kasus ini kan? Murni bunuh diri. Kalau dasar kecurigaan adalah sikap beliau yang suka mukulin keluarganya, bukannya itu malah jadi alasan kenapa beliau depressed dan akhirnya memutuskan mengakhiri hidupnya? Tapi kenapa gak dari dulu lo atau Kak Raga menuntaskan perkara kekerasan beliau?"
Sukma tampak menimbang sejenak sebelum mengatakan hal yang ia lontarkan dalam nada menyelidik, "Lo gak tau Ayah gue profesinya apa?"
Megan menggeleng polos.
"Kak Raga gak pernah cerita?"
"Enggak."
Yakin karena sorot mata Megan polos dan jujur, Sukma memutuskan untuk membuka kartu. "Ayah polisi, Gan. Sejak lama Iptu Adyaksa udah deket dan karib sama El Samosir, Ajun Komisaris Besar di kepolisian. Ayah dulu sering nangkep pengedar. Beliau di satresnarkoba. Mana bisa kami, gue sama Kak Raga dan Mama dulu menang kalau pakai cara hukum."
Megan tentu tak habis pikir. "Jadi gak ada yang tau beliau pelaku KDRT?"
"Tau. Tapi udah telat. Kami udah besar, bisa keluar dari rumah. Ayah udah pensiun juga. Dan nyokap udah kawin lagi. Nikah siri, lo tau. Karena Ayah gak pernah beneran ngelepasin, termasuk perkara harta gono-gini yang sampai detik ini, setau gue, masih jadi alasan utama sakit migrain notaris."
Ah, sekarang Megan paham kenapa kematian almarhum yang merujuk jelas pada bunuh diri masih disangsikan pihak penyidik.
"Dan sekarang Kak Raga ngejar-ngejar gue buat ngurus warisan, surat-surat dan asuransi."
"Yaa memang harus cepat diurus kan? Raga kan sekarang kepala keluarga. Siapa lagi coba yang harus ngurusnya selain kalian berdua sebagai anak?" Megan melempar tanya.
"Itu hal yang gue curigai. Gue tau dia kakak gue sendiri, tapi kenapa dia yang ngotot, kenapa bukan nyokap? Kemana nyokap? Gak ada keliatan batang hidungnya sejak pemakaman. Ini mencurigakan, Gan," tukas Sukma agak frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Not So Perfect Crush
ChickLit[TAMAT] [ROMCOM] [CHICKLIT] Megan punya ribuan alasan untuk membenci sekaligus menyukai Gilang, mantan gebetan juga mantan calon imam idaman. Dan ribuan makian yang siap ia lontarkan. Sayangnya mereka tetanggaan. Bagi Megan yang masa depannya tidak...