[31] Drama Kutub Selatan

1.7K 180 90
                                    



Bagi Megan, gunting adalah alat mekanik yang dipakai manusia untuk mempermudah kegiatan potong memotong. Dalam ilmu fisika, gunting itu jenisnya tuas atau pengungkit, dikarenakan titik tumpunya berada di antara titik kuasa dan titik beban. Berbahan dasar logam besi dengan lapisan plastik atau karet di bagian pegangannya. That's it. Cuma itu. Tidak lebih dan tidak kurang.

Baru kali ini Megan mendengar fungsi lain dari gunting sebab sepupunya datang padanya sambil mengancungkan sebuah gunting dan mengoceh-oceh tanpa kendali.

"Lo tau kan ini apa, Mbak?!" salak Belin dengan dua mata melotot lebar.

Megan yang baru selesai mengelap kaca jendela langsung menyahut. "Gunting."

"Ini alat pengusir nasib buruk, alat penghilang kesedihan, alat-"

"Bel," sela Megan seraya melangkah mendekati Belin.

"-pencuci kesialan, alat yang bisa-"

"Belin! Lo-"

"-bantu lo jadi lebih lega, alat yang menarik lo dari kemalangan- Oouucchh!"

Belin memegangi pipi. "Kok lo nampar gue sih, Mbak? Lo ngajak gelut? Lo pikir gue gak tega ngebales? Walau lo lebih tua, gue lebih kuat! Inget, lo pernah nangis waktu kita kecil karena gue nonjok lo, masa lo lupa?!"

"BEL!" bentak Megan. Belin langsung terdiam.

Megan mengambil gunting dari tangan Belin. "Lo kenapa? Ngapain bawa-bawa gunting?"

Melihat raut wajah Megan yang khawatir, Belin langsung terduduk di karpet. Lesu, lemas dan wajah cantiknya tampak muram.

"Kenapa Bel?" Megan mengulangi pertanyaannya.

Belin menggeleng, satu tangannya terulur meminta guntingnya kembali. Ganti Megan yang menggeleng.

"Lo jangan macem-macem, gunting bahaya, bisa dibilang ini benda tajam. Jadi gue sita," tegas Megan.

Belin mendongak, kesal. "Emang lo petugas bandara?? Main sita aja. Sini balikin. Gue baru beli dan itu stainless, mahal tau!"

"Bilang dulu lo kenapa," tolak Megan, "gue gak bisa kasi gunting ke orang yang lagi gak normal kondisinya. Kalau sampai fatal, gue merasa berdosa tau."

Kedua alis Belin menyatu "Maksudnya?"

Megan menunjuk Belin di beberapa titik dengan jarinya. "Rambut lo berantakan. Muka lo pucat banget. Mata lo merah. Cardigan lo kebalik. Dan.... please Bel, tolong kalau masuk kamar gue, sepatunya dibuka dulu. Kamar gue bukan mall."

Belin ikut memerhatikan bagian-bagian yang ditunjuk Megan padanya. Jelas, kondisinya sedang tidak sadar dan kacau. Tapi gadis itu masih saja keras kepala.

"Lo gak sopan, nunjuk-nunjuk," cemooh Belin.

Megan memutar bola mata. Sepupunya ini cantik, sopan, baik dan smart. Tapi sayang kalau sedang tidak oke, semua predikat baiknya jadi seperti mitos atau hoaks.

"Lo yang gak sopan. Masuk kamar gue tanpa ketok pintu, pake alas kaki, gak ngucap salam pula. Gue gak suka lo ngacung-ngacungin gunting."

Ekspresi Belin malah nyebelin. Seolah berkata, masa sih gue begitu? Lo gak halu kan?

"Dan Belin.... kalau mau bunuh diri jangan di kamar gue. Pilih tkp yang sekiranya gak bikin orang terdekat lo jadi trauma dan nightmare. Jangan di kamar lo, kasian adek dan orang tua lo. Mending di kampus aja atau di depan rumah orang yang udah bikin lo kacau gini. Yok, gue anter. Gue rekam, lo kan cakep kek bidadari, pasti viral. Trending."

Belin melongo. Tentu saja Megan tidak bersungguh-sungguh dengan ajakannya. Yang jelas Megan cuma berniat mengajak sepupunya jalan-jalan cari angin segar.

My Not So Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang