[12] Megan dan Segala Eksistensinya

1.9K 225 116
                                    






Property Maker. Itu yang Megan tangkap ketika penjelasan Sukma dan Raga bergantian dituturkan padanya. Megan tidak tahu banyak, tapi baru kali ini Megan terpana melihat tempat yang isinya begitu menarik. Tempat dan isinya sangat menggugah minat seorang Megan. Alhamdullilah, ada juga hal yang menarik hati Megan. (Selain Gilang, ehehe)

Uniqueffect Company, sebuah studio special effect yang secara khusus membuat desain makhluk-makhluk aneh, animatronic, make up dan kostum-kostum spesial, adalah tempat Raga bekerja. Yang sudah paten kerja sama dengan banyak tim Art Departement industri hiburan. Di sini, banyak replika berbentuk makhluk imajinasi, namun banyak pula replika bagian dari makhluk hidup yang sangat realistis.

"Ini... keliatan kayak tanduk rusa beneran," puji Megan pada benda yang tengah ia sentuh.

"Coba perhatiin detilnya, lo pasti bisa nebak bahan dasarnya," kata Raga.

Megan merasakan tekstur replika tanduk tersebut, menggenggamnya dan menimbang berat massanya. Dengan ekspresi serius dan khusyuk! Harus, karena Megan sedang serius.

"Kak Raga, gue gak mau malu-maluin diri sendiri. Ini gue nebak ya, kalau dari tekstur dan aroma, jelas ini pake lem kayu dan serat tumbuhan. Tapi bahan dasarnya bukan gips. Kayak kayu, tapi gue gak yakin, Kak," jelas Megan dengan ekspresi malu-malu kucing, membuat Sukma yang menyimak interaksi keduanya jadi menahan cengiran.

Ditinjau dari ekspresinya, Raga senang dengan penjelasan singkat Megan. "Kita bikinnya pakai kertas bekas. Tekstur serat yang lo tebak itu, ya asalnya kertas ini. Berbagai jenis kertas bekas kita lebur dan dicampur bahan lainnya. Jadilah ini."

Mata Megan mengerjap. Wow. Megan tak menyangka ternyata serat kayu yang ia rasakan bukan dari pohon atau kayu tertentu, melainkan kertas. Pantas saja.

"Lo lumayan," komentar Raga. "Dulu kuliahnya gak sia-sia ya?"

Kuliahnya gak sia-sia....
Gak sia-sia.... TIDAK SIA-SIA.
Oow em ji. Seumur-umur baru kali ini Megan dipuji dengan tulus, tanpa berlebihan, porsinya pas. Megan nyengir lebar. Maklum, Megan jarang sekali menerima pujian. Jadi ya kalau ada yang muji begini... Megan senang. Dan agak lebay senangnya.

"Sebenarnya ilmu gue gak banyak Kak, gak ada yang nyangkut di otak dengan permanen. Ini nebak karena pake perasaan. Ngira-ngira," ujar Megan, jujur banget.

"Berarti lo melakukan pengamatan detil secara spontan dan di luar kepala. Bagus. Itu kemampuan yang bagus," puji Raga.

Megan tidak tahu kalau dirinya punya kemampuan. Sejak kuliah, Megan memang sering mengamati barang entah di kost, di warung, di cafe milik Raga dan Sukma, di mana saja. Kalau menggeser barang, memegang atau menyentuh sesuatu, Megan secara refleks menebak apa material bahan penyusunnya. Kalian ingat momen ketika Megan berlama-lama pasang taplak meja karena menghindari Gilang? Megan tanpa sadar mengobservasi apa jenis kayu dari meja tersebut. Ah, Megan tidak tahu kalau kebiasaan anehnya itu bisa disebut suatu kemampuan.

Sebentar, kalau Megan mengasah kemampuannya lebih tajam, jangan-jangan ia bisa mengetahui hati Gilang terbuat dari apa sampai bisa menyebalkan begitu??? Terbuat dari serpihan arang yang berasal dari dasar kerak neraka-kah? Megan menggeleng cepat-cepat. Apaan sih kok gue malah mikirin si Buaya gila laknat itu.

"Gimana Kak? Megan oke 'kan?" tanya Sukma, yang sekarang ikut-ikutan memegangi berbagai benda di atas meja.

Raga mengangguk. Kemudian memandang Megan lurus-lurus dan bertanya, "Ada yang mau ditanyakan?"

My Not So Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang