"Megan! Ayo makan dulu!"Suara teriakan mamanya terdengar sayup-sayup dari luar kamar. Megan menguap lebar. Ngantuk. Daripada mengunyah makanan, Megan lebih ingin rebahan.
"Aku diet, Mah!" balas Megan.
"Diet apa? Kurus kayak jelangkung gitu mau diet?"
Megan merengut. Kok orangtua sendiri body shamming sih 😭 anak sendiri dikatain kayak jelangkung? Bukannya jelangkung salah satu jenis dedemit lokal ya? Artinya mamanya mengatai dirinya setan dong.
"Ya jelangkung peliharaanku lagi gak nafsu makan, Mah! Katanya kalau bisa, minum darah aja. Ada gak?" seloroh Megan.
Terdengar decak kesal dari balik pintu. Mama hanya menggerutu kalau sudah menghadapi celoteh ngawur Megan.
"Walau pengangguran, jangan sampai telat makan. Nanti penyakitan, Nak!"
Ealah. Diingetin lagi kalau dirinya belum dapat kerjaan. Baru juga lulus kuliah. Maklum dong.
Sembilan bulan yang lalu sih, lulusnya.
Selama sembilan bulan itu, Megan tertatih-tatih mencari pekerjaan. Apply lamaran kerja di semua situs lowongan kerja, kirim email, kirim berkas, ikutan seminar, tapi sembilan bulan belum melahirkan dirinya yang baru; yang sudah punya penghasilan.
"Oh iya, bilangin sama jerangkongan di dalam jiwa kamu, kalau mau numpang hidup di badan kamu, bantuin cari kerjaan," imbuh mamanya lagi.
Ow em ji, emak gue 😭 Megan membatin dalam hati. Dikira gue pesugihan apa punya jerangkongan segala. Kalau iya mah pasti udah banyak cuan atuh (:
Kelewat santuy menghadapi cibiran mamanya, Megan menyahuti dengan sungguh-sungguh. "Iya, Mah. Entar kalau setannya gak mau bantuin, aku suruh bayar sewa buat ngontrak di badan Megan."
"Ya, kalau setannya gak mau bayar sewa, bilang aja ke mama. Ntar mama panggilin uztad buat rukiah."
Ada kekehan geli setelahnya. Derap langkah kaki mamanya terdengar menjauhi pintu kamar. Megan paham, mamanya pasti khawatir akan masa depannya yang masih belum secerah matahari di ufuk timur. Bisa dimaklumi jika seorang ibu ingin anak-anaknya di masa depan terang benderang. Sementara Megan kini masih redup temaram, mirip lampu oranye tiga watt di kandang telur ayam yang akan ditetaskan.
Megan menggeliat. Betah dengan ponsel pintar di tangannya. Senja kali ini sungguh berkualitas, Megan isi dengan sangat produktif. Ya tentu saja, Megan produktif menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar detik ini.
Berkali-kali helaan napasnya memburu cepat. Lebih dari biasanya. Sampai mengipasi dirinya lantaran berulang-ulang menghembuskan CO2 dari mulutnya.
"Huuft! Huuuft! Seriusan??! Ada juga ya yang komen di postingan gue????"
Notifikasi instagram jarang Megan dapatkan. Megan biasanya posting untuk iseng. Punya akun di media sosial seperti instagram adalah hal yang sudah common banget.
Kalau Megan posting, tentunya bukan hal penting. Tidak ada moment yang waw di hidupnya. Jadi, notifikasi berupa komentar di salah satu postingannya membuat alis Megan bertaut menyatu.
Heran. Megan menunggu layar di ponselnya membuka tampilan Instagram. Dan..... ada yang mengomentari memang. Laki-laki. What the wow! Siapakah gerangan? Mata Megan melotot maksimal membaca komentar salah satu kawan lamanya di masa putih abu-abu.
"Wahh Meg, siapa itu yang di belakang lo? Gak di-tag IG nya??"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Not So Perfect Crush
أدب نسائي[TAMAT] [ROMCOM] [CHICKLIT] Megan punya ribuan alasan untuk membenci sekaligus menyukai Gilang, mantan gebetan juga mantan calon imam idaman. Dan ribuan makian yang siap ia lontarkan. Sayangnya mereka tetanggaan. Bagi Megan yang masa depannya tidak...