Pada jam nanggung seperti ini kondisi cafe memang sedikit sepi. Hanya ada beberapa pelajar saja yang terlihat sedang sibuk berbincang sambil mengerjakan pekerjaan sekolah mereka. Dan kesunyian inilah yang membuat Win semakin terpuruk dengan kesepiannya.
Beberapa hari ini Bright terlihat seperti sedang menjaga jarak dengannya. Apakah karena pria yang datang ke rumah tempo hari?
“Pria itu terlihat sedikit marah saat mendengar aku adalah room mate Phi Bai” Win berbicara dengan dirinya sendiri.
“Apa kau sudah gila sehingga berbicara sendiri seperti ini?” Khaotung memperhatikan Win yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Bukan. Aku hanya bingung dengan sikap room mate ku. Entah kenapa ia sepertinya menghindari ku. Atau hanya perasaan ku saja?” Lagi – lagi Win terlihat seperti berbicara dengan dirinya sendiri.
“Apa kau melakukan sesuatu yang tidak sengaja menyinggungnya?”
“Jika aku tau, aku tidak akan kebingungan seperti ini. Tapi sebelumnya ada seorang pria yang datang ke rumah. Ia terlihat marah saat mendengar aku adalah room mate Bright”
“Mungkin itu pacarnya dan ia tidak suka melihat kau ada disana”
“Yang datang adalah seorang pria bukan wanita” Win mendelik kesal dan mengira Khaotung tidak mendengar dengan baik perkataannya.
“Apa salahnya jika pria berpacaran dengan pria? Kita sudah tinggal di jaman yang berbeda sekarang. Banyak pria yang berpacaran dengan pria dan itu sudah bukan hal aneh lagi”
“Jika begitu, Pria itu bisa jadi salah paham dengan ku”
“Lalu mau apa kau sekarang?”
“Apa menurut mu aku harus pindah?”
Bingung dengan keputusan apa yang harus diambil membuat Win tidak bisa berkonsentrasi pada pekerrjaannya. Ia ingin segera pulang dan melihat apakah Bright masih mendiamkannya atau tidak. Setelah itu mungkin Win akan tau keputusan apa yang harus diambilnya.
Pada awal-awal Win tinggal disana, Bright selalu pulang lebih awal. Namun beberapa hari ini Bright selalu pulang hampir tengah malam. Win merindukan saat – saat mereka masih menghabiskan waktu untuk sarapan dan makan malam bersama.
Anehnya, sepanjang hidup Win ia sudah terbiasa hidup sendiri dan melakukan semuanya serba sendiri. Tapi entah kenapa sekarang ia bisa merasa kehilangan sosok pria yang bahkan baru beberapa minggu mereka tinggal bersama.
Hatinya terasa sedikit kehilangan saat Bright terlihat seperti menjauhinya. Apakah ia terlalu berekspektasi tinggi saat menemukan pria yang menjaganya dengan tulus?
Detik demi detik Win menunggu pintu dihadapannya terbuka. Semua hal sudah ia lakukan untuk membunuh waktu namun tetap saja waktu terasa berjalan sangat lambat. Bahkan sudah lewat tengah malam, Bright masih belum tiba dirumah.
“Apa hari ini Phi tidak pulang ke rumah? Apa ia sedang ada pasien? Atau ia sengaja menghindari ku? Jangan-jangan Phi sengaja untuk membuatku tidak betah lalu memilih untuk pergi?” Win berusaha menebak dengan pikiran negatifnya. Sungguh membuatnya frustasi.
Dan tiba-tiba pintu depan terbuka,
“Phi, kau sudah pulang?” Win berlari ke arah pintu untuk menyambutnya.
“Ahh.. Kau pasti Win. Bantu aku untuk mengangkatnya” New terlihat sedang menyeret Bright yang ternyata sedang mabuk.
“Ada apa dengan Phi sampai ia bisa mabuk seperti ini?”
“Dia hari ini sedang patah hati” New meluruskan kakinya setelah membaringkan Bright dikasur. Badannya terasa remuk karena harus menggotong Bright sendirian.
“Patah hati?” Win mengira ia adalah alasan kenapa Bright putus dengan kekasihnya.
“Kekasihnya kembali kepelukan mantan. Sungguh tragis bukan? Itulah kenapa aku tidak pernah mau menjalin suatu hubungan”
Win mengambil handuk dan air hangat untuk membersihkan tubuh Bright. Tidak baik bagi Bright jika tidur dalam keadaan kotor seperti itu.
“Aku akan menyerahkan Bright kepada mu. Aku sudah lelah dan biarkan aku tidur di sofa” New berjalan keluar dari kamar Bright dan membaringkan dirinya dengan nyaman disofa. Hanya dalam hitungan detik, ia sudah masuk ke alam mimpi.
“Kau pasti sangat mencintai kekasih mu sehingga terpuruk seperti ini”
Dengan perlahan Win mengelap tubuh Bright. Ia merasakan sedikit iri dan juga kesal. Ia iri karena pria itu mendapatkan kasih sayang dari Bright dan juga merasa kesal karena pria itu tidak bisa melihat ketulusan Bright.
“Jika saja pria itu adalah aku, maka aku tidak akan pernah meninggalkan mu, Phi”
“Hentikan.. lepaskan kami” Bright mengigau dalam tidurnya.
“Phi. Kau kenapa?” Win berusaha menenangkan Bright.
“Lepaskan. Ku mohon.. Jangan pukul.”
“Phi... Mimpi buruk apa yang sedang kau alami?” Win berusaha untuk membangunkan Bright. Ia terlihat sangat menderita.
“Jangaaannn... Jangan pukul dia”
Bright terbangun dari tidurnya dan menghamburkan dirinya kedalam pelukan Win. Mimpi buruk akan masa lalunya terkadang masih sering datang menghantuinya. Walaupun sudah belasan tahun penculikan itu berlalu, tetapi masih menyisahkan trauma pada dirinya.
“Syukurlah, kau tidak apa-apa Win. Maaf aku terlambat menemukan mu”
“Apa maksudnya dengan menemukan ku?” Win mengira Bright masih mengigau. Tapi kenapa namanya disebut oleh Bright?
Win ingin bertanya tetapi saat ini Bright sudah kembali tertidur dalam pelukannya. Akan lebih baik menanyakannya besok saat Bright sudah sadar dari mabuknya.
Win membaringkan Brght dan melanjutkan untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian Bright dengan pakaian baru.
Malam ini, Win akan menjaga Bright dan tidak akan membiarkan mimpi buruk kembali mengganggu Phi-nya lagi.
Pagi harinya Bright terbangun dengan kepala berat namun ia merasakan hangat sepanjang lengannya. Dan betapa terkejutnya ketika ia melihat Win tertidur dengan posisi terduduk dilantai dan tangannya memeluk lengan Bright. Ia pasti akan merasakan sakit disekujur badannya dengan posisi tidur seperti itu.
Perlahan Bright mencoba untuk melepaskan pelukan tangan Win. Ia berniat mengangkatnya dan memindahkannya ke ranjang. Namun usahanya gagal, Win sudah terlanjur terbangun.
“Kau sudah bangun, Phi?” Win mengusap matanyanya seperti anak kecil.
“Maaf merepotkan mu untuk menjaga ku”
“Kau mimpi buruk semalam. Jadi ku putuskan untuk menunggu disamping mu. Tapi aku malah tertidur”
“Terima kasih, na...” Bright mengelus lembut rambut hitam Win dan menatapnya dalam.
“Aku suka kau yang seperti ini, Phi. Kau bersikap lembut kepada ku. Ku harap kau tidak akan mendiamkan ku lagi” Pipi Win merona menerima perlakukan Bright.
“Kemarilah. Berbaringlah disebelah ku. Pasti dingin dibawah sana” Bright menepuk sisi ranjang disebelahnya mengisyaratkan agar Win berbaring di sampingnya.
“Apa kau tidak berangkat kerja?” Win naik ke ranjang dan membaringkan tubuhnya dengan nyaman.
“Biarkan aku tidur sebentar lagi. Kau juga, istirahatlah” Bright menyelimuti tubuh Win dan juga dirinya. Membuat tubuh mereka hangat dan kembali terlelap.
Mungkin ini pengalaman aneh bagi Win untuk tidur berpelukan satu ranjang dengan seorang pria. Tapi Win juga tidak menunjukan penolakan. Karena selain tubuhnya, hatinya saat ini pun ikut merasakan kehangatan.
Win menyukai perlakuan Bright terhadapnya. Sikap tulus yang pernah Win dapatkan sebelumnya.
Apakah ia mulai jatuh hati kepada room mate-nya itu? Tapi bukankah terlalu cepat untuk jatuh cinta terhadap pria yang baru saja dikenalnya?
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
MewGulf - Love Destiny
RomanceApapun yang sudah ditakdirkan untuk bersama, tidak akan pernah terpisahkan.. Bahkan sejauh apapun terpisah, dengan cinta semua akan kembali bersama..