Pria manis itu sudah mondar – mandir didiepan kaca selama hampir setengah jam. Mencoba belasan baju tapi sampai sekarang masih belum ada yang cocok dengannya. Padahal baju apapun yang ia kenakan tetap tidak menghilangkan raut wajah tampannya.
“Apa menurut mu aku semakin gemuk?”
“Bagi ku kau menggemaskan”
Mew dengan sabar menunggu suaminya mencoba baju satu per satu sambil mengerjakan pekerjaannya. Ia saat ini sudah memegang penuh semua usaha milik keluarga Jongcheveevat dan tentunya dibantu juga oleh Gulf.
Saat ini Mew dan Gulf sudah resmi menikah. Mereka melakukan pernikahan sederhana yang hanya dihadiri oleh kerabat dekat dan para sahabatnya. Sebenarnya Mew sangat ingin mengadakan acara mewah dan mengundang banyak orang. Tapi keinginannya ditolak mentah-mentah oleh Gulf. Ia tidak suka menghamburkan uang untuk pernikahannya.
“Jadi benar menurutmu aku gemuk?” Gulf melototkan matanya ke arah Mew.
“Kau tidak gemuk, sayang. Kau tetap tampan seperti biasanya”
“Bahkan sekarang tidak ada baju yang bisa aku kenakan”
Sejak memasuki bulan akhir kehamilannya, Gulf menjadi semakin sensitif. Ia menjadi mudah marah dan kesal hanya karena hal-hal kecil. Seperti sekarang ini, ia mengeluhkan pakaian apa yang harus ia kenakan. Dan sebagai suami yang baik, Mew hanya bisa mengalah dan memanjakan Gulf dengan memenuhi semua keinginannya.
Hari ini Gulf berencana untuk membeli kekurangan perlengkapan untuk bayi mereka. Kegiatan berbelanjalah yang dapat membuat mood Gulf membaik saat ini.
“Ku rasa ini lucu”
“Aku mau ini..”
“Ini..”
“Dan ini juga”
Gulf diikuti oleh pelayan toko sedang berkeliling untuk memilih apa saja yang ia inginkan dan terlihat sangat bersemangat. Bahkan baru-baru ini Gulf merombak kamar anak mereka nantinya menjadi kamar yang cukup mewah bagi seorang bayi. Ia memang hemat terhadap kebutuhannya sendiri tapi bisa berubah menjadi sangat royal jika sudah berhubungan dengan anaknya.
“Bayar semuanya” Gulf tiba dihadapan Mew dengan tiga keranjang penuh dengan pakaian dan keperluan bayi lainnya.
Mew hanya bisa tersenyum gemas melihat tingkah suaminya itu. Gulf terlihat sangat menggemaskan dengan naiknya bobot tubuhnya selama kehamilan ini. Tapi tentu saja tak mengurangi cinta Mew kepada-nya.
“Apa lagi yang ingin kau beli?”
“Es krim”
Gulf memang tidak bisa lepas dari es krim selama hampir sembilan bulan ini. Mew sempat melarangnya saat awal - awal tapi berakhir percuma karena Gulf selalu membantahnya. Untuk saat ini lebih baik mengalah daripada mood Gulf hancur hanya karena eskrim.
“Tunggu disini. Aku akan memesankannya untuk mu”
Gulf duduk dengan manis menunggu Mew kembali membawakan pesanannya karena Mew tidak ingin Gulf kelelahan jika harus mengantri.
Saat Mew kembali, ia melihat ada yang aneh dengan raut wajah Gulf.
“Apa kau sakit?”
“Emm.. perut ku sedikit sakit”
Mew akhirnya mengajak Gulf pulang untuk beristirahat. Ia mengira perut Gulf sakit karena terlalu banyak berjalan hari ini. Namun saat hendak berjalan menuju ke mobil, Gulf merasakan sakit yang semakin jadi. Ia meringis kesakitan.
“Mew.. perut ku semakin sakit” Gulf meremas kencang lengan Mew untuk menyalurkan sakit yang ia rasakan.
Tanpa pikir panjang, Mew dengan segera membawa Gulf ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
MewGulf - Love Destiny
RomantizmApapun yang sudah ditakdirkan untuk bersama, tidak akan pernah terpisahkan.. Bahkan sejauh apapun terpisah, dengan cinta semua akan kembali bersama..