Dekapan ini terasa sangat familiar. Hangat dan nyaman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gulf masih dalam keadaan setengah sadar membalikan tubuhnya ke arah tubuh yang sedang memeluknya.
Wajah lembut ini..
Wajah yang pernah mengisi hari – hari sebelumnya. Bulu mata yang lentik, hidung mancung dan juga bibir merah tipis menghiasi wajah tampannya. Membuat Gulf reflek untuk menyentuhnya.
“SHIAA...” Gulf terperanjat dan jatuh dari ranjang. Ia sudah sadar sepenuhnya dari tidur. Ia mengira apa yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi indah namun kenyataan terpampang nyata dihadapannya.
“Aku...” Gulf tidak bisa berkata apa – apa lagi. Ia sudah mengingat semua yang terjadi antara ia dan Mew semalam. Wajahnya memerah saat mengingat percintaan panas mereka semalam.
“Kenapa wajah mu memerah? Apa kau demam?” Mew memegang dahi Gulf untuk mengecek keadaannya.
“Lepaskan aku. Aku harus pergi” Gulf menepis tangan Mew dan segera bangun dari duduknya.
“Kau bisa berangkat kerja dari sini. Kau bisa menggunakan pakaian ku” Mew memeluk Gulf dari belakang menahannya untuk pergi.
“Sial.. Aku benar-benar bodoh” Gulf lupa jika hari ini adalah hari senin dan ia ada meeting penting. Hari ini, perusahaan tempatnya bekerja akan kedatangan atasan baru.
Para karyawan diwajibkan datang tempat waktu agar tidak mendapat penilaian buruk dari atasan baru mereka nantinya.
Ada gosip yang beredar mengatakan bahwa akan ada pemutusan kerja bagi beberapa karyawan jika nantinya atasan baru mereka tidak menyukai kinerja kerja mereka.
Akhirnya Gulf memutuskan untuk berangkat kerja dari rumah Mew. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya.
“Gawat. Bright pasti sedang menunggu ku” Gulf mengecek HP-nya dan melihat ada puluhan panggilan tak terjawab dari Bright dan kedua sahabatnya. Ia bingung harus mengatakan apa kepada mereka. Gulf memutuskan untuk tidak menghubungi Bright sampai ia menemukan alasan yang tepat.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Gulf pamit kepada Mew untuk pergi.
“Tunggu. Aku akan mengantar mu” Mew segera mengambil kunci mobilnya.
“Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri”
Tidak peduli dengan perkataan Gulf, Mew menarik tangan Gulf untuk berjalan bersama menuju ke mobilnya.
“Kau sama sekali tidak berubah. Masih egois dan suka memaksakan keinginan mu” Gulf masuk kedalam mobil sambil menggerutu.
Dalam perjalanan mereka, beberapa kali Bright menghubungi Gulf namun ia masih belum berani mengangkatnya.