44 - Uncovered

652 138 49
                                    

Setelah beberapa hari berada di rumah sakit, Jihoon akhirnya diizinkan untuk pulang ke rumah.

Pemuda itu kini sedang bersiap-siap sambil sesekali melirik Hani yang tengah sibuk membantu Rose mengemasi pakaian serta barang-barang miliknya. Hingga tanpa sadar membuat kedua sudut bibir Jihoon tertarik ke atas.

"Mama ke parkiran dulu, ya? Romy rewel. Kamu nanti jalan pelan-pelan sama Hani," pesan Rose pada Jihoon.

Pemuda manis itu mengangguk patuh, Rose tersenyum lalu mengecup singkat kening putranya.

"Hani, mama titip Jihoon, ya!" ucap Rose sebelum meninggalkan mereka berdua.

Hani menghela nafas pelan, suasana berubah menjadi hening. Hani melirik wajah Jihoon, mereka saling menatap dan saling tersenyum canggung.

Rasanya sangat aneh, seperti orang yang baru kenal saja.

"Kak, ayo," Hani mendekati Jihoon dan memegang tangan pemuda itu untuk membantunya berjalan.

Jihoon mengangguk kemudian mereka berdua melangkahkan kaki meninggalkan ruangan tersebut.

Tak ada pembicaraan apapun antara Jihoon dan Hani selama perjalanan menuju tempat parkir. Mereka sibuk dengan isi pikiran masing-masing.

"Kak," panggil Hani tanpa mengalihkan pandangannya pada Jihoon.

Jihoon hanya berdehem sebagai responnya, membuat gadis itu meneguk ludahnya dengan susah payah. Jihoon menjadi sangat dingin.

"Kakak yakin besok mau sekolah?" tanya Hani ragu, pasalnya ia khawatir pada kondisi Jihoon yang belum benar-benar stabil.

"Iya." balas Jihoon singkat, padat dan jelas.

"Tapi kak, kak Jihoon kan baru keluar dari rumah sakit. Kak Jihoon harus istirahat! Minimal seminggu dulu lah di rumah, lagian besok juga-" ucapan Hani terpotong saat Jihoon menempelkan jari telunjuknya di bibir gadis itu.

Hani terdiam. Pipinya memerah diikuti dengan jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Lo berisik banget,"

Hani mengerucutkan bibirnya, sedikit kesal dengan oknum bernama Park Jihoon itu. Sedangkan sang empu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

-oOo-

Pintu terbuka, gadis manis bermarga Choi itu masuk ke dalam rumah. Senyumnya merekah ketika melihat sang kakak yang sedang duduk di sofa.

Hani mengerutkan keningnya heran, tumben sekali kakaknya itu tidak bermain game. Hyunsuk hanya berdiam diri seperti tengah memikirkan sesuatu, bahkan pemuda itu tak menyadari kedatangan Hani.

"Bang," panggil Hani membuyarkan lamunan Hyunsuk.

Hani mendudukkan dirinya, memeluk lengan Hyunsuk erat. "Bang, kak Jihoon besok udah mulai sekolah lagi," ucap Hani dengan senyum yang masih bertengger di bibirnya.

Hyunsuk melepaskan pelukan Hani, pemuda itu menatap Hani dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Gue kecewa sama lo," ucap Hyunsuk tiba-tiba.

Hani menaikkan sebelah alisnya. "Maksudnya?"

"Lo pelet Jihoon, kan?"

Deg

Hani membulatkan matanya terkejut, apa ia tidak salah dengar? Bagaimana bisa Hyunsuk tahu?

Gadis itu mencoba menormalkan ekspresi wajahnya. "Haha apasih bang, lo becanda?" Hani tertawa dengan nada canggung.

"Dobby udah ngasih tau semuanya." balas Hyunsuk datar.

Hani terdiam, jantungnya berdegup kencang. Ia tak menyangka Doyoung akan memberitahu segalanya pada Hyunsuk.

Hani menatap Hyunsuk, dapat ia lihat raut wajah kekecewaan disana. Sedetik kemudian buliran air mata itu turun dan membuat Hani panik.

"Bang," Hani memegang tangan Hyunsuk tapi langsung ditepis oleh pemuda itu.

"Gue ngerasa udah gagal jadi abang lo," cicit Hyunsuk.

Hani menundukkan kepalanya, air mata mulai turun secara perlahan dari kedua pipi mulusnya. "Maafin Hani, bang." lirih gadis itu.

"Gue mau lo berhenti." Hyunsuk mengusap air matanya lalu beralih menatap adiknya itu.

Hani mendongak. "Tapi bang-"

"Berhenti atau lo bukan adek gue lagi!"

[✓] Black Magic || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang