47 - Confession 2

788 133 54
                                    

Hani menatap pintu rumah yang ada di depannya dengan gugup. Ia menghembuskan nafas pelan, lalu berjalan mendekati pintu itu.

Perlahan Hani mengulurkan tangannya. Menekan bel di dekat pintu hingga tak lama kemudian, sang pemilik keluar rumah.

"Hai, kak," sapanya dengan senyum canggung.

Jihoon tak menjawab, ia langsung menarik pergelangan tangan Hani masuk ke dalam rumahnya.

"Kak," panggil Hani namun Jihoon tak menghiraukannya.

Kemudian, langkah kaki Jihoon terhenti saat mereka berdua berada di depan pintu kamarnya.

Hani membelalakkan matanya kala Jihoon menariknya masuk. Demi apapun, Hani sangat takut sekarang.

"Orang tua kak Jihoon dimana?" tanya Hani memecah keheningan. Gadis itu masih berdiri di dekat pintu yang telah terkunci.

Jihoon mendudukkan dirinya di atas kasur. Ia mengeluarkan sebungkus rokok dan sebuah korek api dari dalam sakunya.

"Keluar kota," jawabnya sembari mengambil sebatang rokok dan menyelipkannya di bibirnya. Suara geretan korek api terdengar jelas karena saking heningnya ruangan itu.

"Kak Jihoon ngerokok?" tanya Hani tak percaya dengan apa yang barusaja ia lihat.

Jihoon menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Bukannya udah biasa anak cowok itu ngerokok?" tanyanya dengan ekpresi datar.

"Ya tapi kan-" Hani menggantungkan kalimatnya. Jantungnya berdetak kencang saat Jihoon menatapnya tajam, seketika nyali gadis itu langsung menciut.

Hani menggelengkan kepala. "Gak papa."

Jihoon menyunggingkan sudut bibirnya, tangannya menarik paksa Hani agar gadis itu duduk di sampingnya.

"Lo mau gak denger pengakuan gue?"

Hani menoleh. "Pengakuan apa kak?"

"Sebenernya gue suka sama lo," balas Jihoon sambil menyesap rokoknya.

Hani terkejut sambil mengibaskan tangannya untuk mengusir asap rokok yang berterbangan.

"Uhuk! Maksud kak Jihoon?"

Jihoon membuang puntung rokok lalu melenyapkan dengan injakan. Jihoon maju mendekati Hani, tangannya terangkat meraih dagu sang gadis.

Hani mengerjapkan matanya beberapa kali. Dalam jarak yang sedekat itu, Hani bisa melihat wajah Jihoon dengan lebih jelas.

"Gue suka sama lo, tapi gue gak suka cara lo yang tiba-tiba nembak gue. Terlihat murahan. Biarin gue aja yang ngejar lo,"

"Ditambah soal pelet itu. Lo gila, ya? Lo cewek teraneh yang pernah gue temuin. Asal lo tau sebenernya gue gak amnesia. Gue inget semuanya, gue cuma heran kenapa gue bisa pacaran sama lo? Dan jawabannya ternyata gue kena pelet." lanjutnya sambil tertawa miris.

Hani menundukkan kepalanya, tak berani menatap sang lawan bicara. Hani tahu ini semua karena kesalahannya. Ia benar-benar menyesal.

"Kalo kak Jihoon suka sama aku, kenapa waktu itu nolak aku?"

"Kan gue udah bilang, gue gak suka cara lo yang tiba-tiba nembak gue,"

"Maaf kak," cicit Hani.

Jihoon menghela nafas, tangannya terulur mengusak pelan rambut gadis itu. "Gue juga minta maaf,"

Andai aja lo tau siapa gue, cewek kuncir dua. batinnya.

Jihoon tersenyum tipis hingga hampir tak terlihat. "Btw, maksud lo pelet gue biar apa, hm?"

"Hah?" Hani mengerjapkan matanya tampak gelagapan.

Jihoon terkekeh. "Biar bisa milikin gue?" tebaknya.

Anjir, masih nanya lagi!

Hani menggelengkan kepalanya ribut. "Bukan gitu, kak,"

Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya. "Terus?"

Hani menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "A-anu itu-"

"Setelah malam ini gue bakal jadi milik lo," potong Jihoon sembari menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya.

-oOo-

Hani berjalan terseok-seok menuju rumahnya. Saat gadis itu membuka pintu, ia mendapati sang kakak yang tengah duduk di sofa.

"Baru pulang? Liat tuh udah jam berapa," Hyunsuk menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi.

Hani meneguk ludahnya dengan susah payah. "Kan tadi malem gue udah bilang mau ke rumahnya Yuna, bang,"

Hyunsuk menaikkan sebelah alisnya. "Lo gak bohong kan?"

"Gak kok," jawab Hani cepat.

Hyunsuk memicingkan matanya curiga, menatap Hani dari atas ke bawah, hingga membuat gadis itu risih.

"Apa sih, bang!"

"Kaki lo kenapa?"

"Oh, ini," Hani beralih menatap kakinya. "Kepleset di kamar mandi."

Hani melirik Hyunsuk yang masih menatapnya tajam. Sebenarnya Hani tak berbohong soal kakinya. Tadi malam saat Jihoon memeluknya gadis itu mendadak gugup dan ingin buang air kecil.

Namun saat di kamar mandi, Hani tak berhati-hati hingga dirinya jatuh terpeleset.

Hani juga menolak saat Jihoon mengajaknya ke rumah sakit, dengan alasan takut. Akhirnya Jihoon lah yang menjadi tukang pijat dadakan tadi malam.

Drrtt

Ponsel Hani bergetar, matanya membulat kala melihat nama 'mama' disana. Dengan segera Hani mengangkat panggilan tersebut.

"Halo ma?"

"......."

"Mama serius?"

"......."

"Iya ma, Hani sama abang bakal jemput kesana."

Hani mengakhiri panggilan itu, ia melirik Hyunsuk yang tengah menatapnya dengan alis bertaut.

"Mama ada di bandara, bang."




















Jangan mikir yang aneh² ya:v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan mikir yang aneh² ya:v

[✓] Black Magic || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang